"Wah! Allura cepat sekali, Alhena pun tak ingin ketinggalan!"
"Kerennya! Aku jadi termotivasi!"
Adara serta Ankaa menonton dilayar monitor bagaimana Alhena bersama Allura tengah berseluncur dengan hebat. Ngomong-ngomong, para kaum Adam sudah memasang berbagai kamera disudut makanya mereka bisa leluasa menonton aksi tersebut.
Mereka langsung berdecak kagum ketika Allura berbelok ditikungan dengan secepat kilat, gadis itu bahkan tidak memelankan skate-nya malahan semakin mempercepat laju nya, tak ayal Alhena menjerit menyangka kalau temannya itu akan jatuh jika begitu tapi nyatanya tidak.
Sekarang Allura melewati garis finis dengan tepukan sebagai sambutan atas kemenangannya. Ah iya, kali ini tak ada taruhan ataupun hadiah, hanya semata untuk bersenang-senang saja.
"Berasa nostalgia, heheh." ujar Alhena saat sampai di sana. Dulu sampai sekarang pun Alhena tak bisa menandingi Allura. Tentu saja, sahabatnya itu sangat ahli dalam berselancar. Perlu diketahui bahwa Allura juga berpengalaman dalam snowboard. Seluncur Salju.
Sayangnya perihal tentang skate dilarang orangtuanya karena itu bahaya, menurut mereka. Oleh sebab itu, Allura tidak bisa sesuka hati bermain bersama Alhena karena diawasi. Syukurlah ia kini diluar jangkauan kedua orangtuanya.
"Oiya hampir lupa, tempat ini kan direkomendasikan oleh Alpha, jadi kau pasti mahir menggunakan skate, yakan? Tapi kenapa ikut kami berlatih dari awal?" tutur Rigel pada Alpha yang tersenyum konyol.
"Aku hanya sesekali datang jika ingin kabur buat istirahat disini, yang kulakukan pun hanya berlari kebawah terus baik lagi begitu seterusnya sampai kelelahan, setelahnya aku tidur dibawah pohon dengan tenang." ya begitulah, Alpha tak bisa tertidur pulas jika belum kelelahan kalau sudah otomatis ia akan langsung terkirim di dunia mimpinya.
Rigel membeo, "Etdah, itu istirahat apa olahraga? Atau jangan-jangan kesurupan??" Alpha hanya terkekeh pelan.
"Kan beda-beda orangnya, Rigel!" balas Erion, "kau saja malas menimpang di rumah, kerjaan cuma tidur seharian." sambung Erion, membuka kartu temannya itu.
"Kau kayak orangtuanya kalau ngomong gitu," ucap Hoshi yang langsung mendapat anggukan kepala tanda setuju dari semuanya.
"Emang kenyataan nya kan begitu! Tanya aja sana pada Alpha kalau gak bener," nah kan ujung-ujungnya juga Alpha yang kena.
"Guys! Gimana kalau Kalian saling duel gitu? Dua lawan dua dalam main skateboard, setuju gak? Untuk sekarang tak usah pake taruhan, ya." Allura Menganti topik pembicaraan agar suasana kembali riuh.
"Setuju!!!"
____________________
Peluh membasahi permukaan wajah Allura, kini ia bergerak tidak nyaman dalam posisi tidurnya. Napasnya memburu... Setelah sekian lama lagi-lagi mimpi aneh itu menghampirinya.
'Pergi dan menjauh lah! Disini bahaya, hiraukan saja aku!'
'Jangan! Ametta!'
Kepingan-kepingan ingatan bersarang dalam benaknya, ada anak laki-laki yang mengusirnya agar tak tertimpa pohon; dan diakhir tiba-tiba seruan seseorang menyebut nama gadis yang tak diingatnya siapa itu. Allura bergerak gelisah.
Alhena melengak akibat sentuhan tak sengaja di bahunya. Langsung saja, gadis itu mengambil air lalu memercikkan nya pada Allura karena sahabatnya itu tidak bangun juga saat Alhena mengguncang tubuhnya. Khawatir.
"Allura! Bangun, hey ayo cepetan bangun!"
"Ha, ha, ha," Allura langsung mendudukkan dirinya di bantu Alhena yang terlihat khawatir.
"K-kau menangis? Ada apa, Lura?" tanya Alhena kaget melihat tetesan demi tetesan air mata membanjiri pipi gadis itu.
Menyentuh wajahnya guna memastikan, Allura terlongong-longong. Bengong. Berpikir mengapa ia menitikkan air mata?
"Tidak tau, tiba-tiba jatuh sendiri padahal aku tidak ingin menangis," ucap Allura bingung. Sekarang ada apa dengan dirinya kali ini? Alhena pun terdiam sembari menunggu ucapan Allura selanjutnya.
"Hey apa kau bermimpi buruk lagi? Seperti apa itu?" tanya Alhena sambil membukakan penutup botol berisi air mineral, habis itu diberinya pada Allura yang langsung meneguk habis minuman itu.
"Sebelum itu... Kau kenal gadis dengan nama Ametta?" tanya Allura balik hingga membuat Alhena tertegun sejenak.
Ametta?
Bukankah dia itu---
"Jawab Alhena, iya atau tidak?" desak Allura kemudian.
"Yang kutahu Ametta itu pernah bermain denganmu dulu waktu kecil. Lalu, pergi tanpa kabar." Mata Alhena menatap objek selain Allura yang sepertinya kembali membaringkan tubuhnya.
"Begitu ya... Kau punya fotonya?"
"Enggak ada."
"Aku penasaran deh sama orang itu,"
"Orang yang mana?" Allura langsung melirik sinis Alhena yang sepertinya cuek, buktinya gadis itu hanya sibuk membongkar isi ranselnya entah mencari apa.
"Ya si Ametta lah! Ih telmi banget sih jadi orang!" ucap Allura frustasi, ia kemudian mengacak rambut nya asal saking gemasnya dengan Alhena.
"Ya Maaf, aku gak fokus soalnya, makanya kalau ngomong tuh yang jelas."
"Oke aku kalah," Allura mengangkat tangan.
"Gitu dong, ahahaa kan makin kyud." goda Alhena.
Byarrr!
Sedetik kemudian terdengarlah suara petir yang bergemuruh di iringi dengan gerimis lalu mulai menjadi deras membasahi terpal yang membungkus tenda itu. Suara air yang jatuh mengenai terpal sangat berisik.
Tidak terpikirkan bahwa beberapa hari ini cuacanya buruk, apa mereka salah mengatur waktu? Atau tidak becus memeriksa cuaca untuk kedepannya agar rencana berjalan dengan lancar?
"Aduuhhh! Nyebelin banget!" ujar Alhena sambil berusaha menutup kedua telinganya dengan bantal agar suara bising tak terlalu menusuk Indra pendengarannya, namun sepertinya itu usaha yang sia-sia karena suara gemericik air masih terdengar jelas.
"Ribet juga ya kalau mempunyai telinga yang sensitif."
"Diam kau."
Allura tersenyum dan kembali memejamkan mata agar kembali berpetualang di alam bawah sadarnya. Hujan-hujanan begini enakan tidur nyenyak apalagi bermimpi tentang fantasy dimana Allura mempunyai kekuatan khusus untuk melindungi siapapun, avv no halu no life.
"Oyasumi nasai!" ucap Allura girang, seakan tidak terjadi apa-apa dan melupakan mimpi buruknya tadi. (Selamat Tidur!)
"Allura, Alhena! Gawat, ada yang bocor buruan bantuin!"
Seruan diluar tenda membuyarkan khayalan Allura yang sudah diambang pintu masuk menuju alam mimpi. Etdah gaje ya.
Jujur saja suara Adara itu tidak enak didengar, nadanya melengking tinggi dan suaranya cempreng, menurut Allura. Maklum ia sedang kesal karena dibangunkan makanya dia berpikir seperti itu. Hm.
"Apa?!" Allura terpaksa membuka tendanya, lalu angin kencang + dingin langsung masuk menusuk permukaan kulitnya, bahkan selimut yang dipakai Alhena terbang dari tempatnya. Anginnya bukan main, ya.
"Itu terpal diatas tenda Erion bocor, kita bantu pindahin yuk!" ajak Ankaa sambil menunjuk pada tenda kuning yang diguyur air hujan. Pemiliknya pun berusaha mengangkut barang nya keluar dari tenda agar tenda itu bisa dipindahkan.
"Kan mereka bisa sendiri, diluar dingin banget. Ngomong-ngomong kenapa kalian belum tidur juga? Udah jam dua subuh noh."
"Aku gak bisa tidur karena tingkah Ankaa yang aneh. Dia terlihat waspada pada sekitar tenda dan mengatakan bahwa sebentar lagi akan turun hujan, dan lihat! Hujan turun!"
"Kasihan." mereka menatap dengan iba pada Adara yang tengah berkacak pinggang pada Ankaa yang bersikap cuek. Toh, cuekin aja daripada berdebat.
"Hoshi!" sontak semua yang ada disitu memandangi pria yang habis diguyur oleh air hujan akibat tak sengaja terpeleset dan malah mundur ke terpal yang bocor.
Nampak Hoshi menggigil kedinginan tapi ia menampilkan mimik wajah yang datar seakan udara dingin tidak menyiksanya saat ini juga. Berusaha terlihat biasa-biasa saja.
"Nih handuk nya," Alhena datang dengan membawa kain yang lumayan tebal, bisa menghangatkan tubuh tegap Hoshi.
"Makasih."
Disisi lain, Rigel yang berdiri sejak tadi di belakang Hoshi dengan jahilnya malah mendorong Hoshi hingga cowok itu menabrak Alhena didepannya.
"Ihhh bajuku ikut basah!" ujar Alhena kesal.
"Ciee~, barusan habis berpelukan~,"
"Gimana, hangat gak?"
Benar-benar ya, rasanya Alhena ingin menceburkan kedua temannya itu ke sungai agar berhenti menggodanya yang saat ini semakin gugup dibuatnya.
"Bukan hangat, tapi dingin!" balas Alhena.
"Ini pake dulu, kan kau gampang sakit." Ankaa memberikan jaket kulitnya untuk Alhena supaya temannya itu tidak masuk angin, bisa-bisanya Alhena akan demam keesokan harinya. Wah, sangat berbanding terbalik dengan Allura dan Adara yang pecicilan itu, Ankaa malah perhatian dengan Alhena.
Tanpa mereka sadari bahwa kaum Adam sedang dalam mode jahil, anggap saja sifat Rigel tertular pada Alpha, Hoshi dan Erion.
Kini dorongan kuat dari Hoshi berhasil membuat Rigel bernasib sama seperti cowok asal Jepang itu. Ya Hoshi membalas perlakuan Rigel dua kali lipat dari apa yang dilakukan temannya itu. Pembalasan lebih kejam dari sebelumnya!
Malam ini dengan cuaca tak mendukung, suara gemuruh petir bahkan angin kencang adalah momen yang tak terlupakan oleh mereka, ditambah dengan keisengan satu sama lainnya yang saling memercikkan air maupun mencari orang untuk dipeluk karena tubuh yang basah.
Hal ini juga bisa membantu mereka untuk mengakrabkan diri~.
Disamping itu, Allura yang sudah sepenuhnya basah kuyup langsung terdiam sejenak. Ia kemudian meraba dadanya. Perasan apa ini? Ia kesulitan mendeskripsikan perasaan yang tiba-tiba dirasakan nya. Apa yang terjadi padanya?
"Entah mengapa dadaku terasa sakit, tapi kenapa?" lirih Allura sedih. Nama seseorang muncul begitu saja dibenak gadis itu yang semakin dibuat bingung. "Ametta?" sebenarnya siapa dia?