Chereads / Unexpected Surprise / Chapter 13 - Chp. 13

Chapter 13 - Chp. 13

Api unggun yang dibuat dengan susah payah itu pun berhasil dinyalakan. Ini akibat dari kelalaian mereka yang lupa menaruh korek api dalam ransel. Barang yang tidak perlu malah dibawah; novel misalnya... Okeh itu penting karena menemani disaat senggang.

Skiplah!

"Wah. Benar-benar ya, tega banget nggak ngajak kita bermain skateboard, hanya Allura yang dibawanya kesana," kesal Rigel pada Erion yang fokus menyantap pisang goreng buatannya Ankaa.

"Emang situ tau caranya naik skate?" sahut Ankaa.

"Tentu saja belum tau, kan belum diajarin!" ujar Rigel, mengundang tawa para sahabatnya. Kini semuanya tengah duduk melingkar menggelilingi api unggun.

"Aku juga tidak." ucap Hoshi yang disetujui oleh Rigel, Alpha, Ankaa dan Adara. Sedangkan Alhena tidak menyahut membuat ke-lima orang itu menatap Alhena dengan raut wajah penasaran.

"Bagaimana dengan mu?"

Alhena Menunjuk dirinya, "Aku? Hm, Tentu saja tahu tapi tidak se-pro Allura, sih." jawabnya.

Kok Adara dan Adara merasa terasingkan ya gegara kedua temannya lain menyembunyikan fakta tentang skating. Mereka bahkan tidak tahu jika Alhena dan Allura mempunyai hobi selain mendaki gunung, yaitu bermain skateboard!

"Kapan kalian berdua berlatih naik skate? Aku bahkan tak pernah melihat kalian bermain. Siapa yang ngajarin?" tutur Ankaa sambil menyeruput secangkir susu kesukaannya.

Apa tidak ada topik lain? Allura sudah bosan mendengar ucapan yang menjerumus pada skateboard. Salahkan Erion yang mulut ember, jadinya kan gini.

"Hey jawab,"

Allura terhenyak, "Aku dan Alhena itu teman masa kecil, sebelum ketemu kalian berdua saat masuk SMP. Nah sejak kecil kami udah tertarik berselancar karena keren, makanya..." jelasnya.

"... Kami berlatih bareng. Tidak ada seorang pelatih yang mengajari, hanya kami yang berlatih sendirian." sambung Alhena.

Tanpa disuruh pun mereka kini berahli pada Erion, bukan, maksudnya Hoshi, Rigel maupun Alpha lantas memberi tatapan seakan bertanya, 'How about you?'

Mengerti dengan sinyal itu Erion terpaksa harus menjawabnya jujur, ia kemudian melirik Allura yang sepertinya juga sedang menunggu jawabannya.

"Aku termotivasi ketika seorang gadis datang menyelamatkan ku dengan skate berlambang burung Phoenix. Sejak saat itu aku mulai berlatih diam-diam tanpa sepengetahuan kalian, maaf." jelas Erion.

"Dan, siapa gadis itu?" tanya Ankaa kepo, nah kan bangkit lagi jiwa penasaran nya itu.

Cowok itu nampak menghela nafasnya, memikirkan kata-kata apa yang harus diucapkannya itu, "Entahlah... Sampai detik ini pun dia belum menyadarinya karena ingatan yang masih buram, katanya."

Deg!

Tak ayal kalimat itu membuat Allura terdiam sejenak. Apa barusan ia disindir? Tapi tunggu, katanya Allura menyelamatkan Erion dari bahaya dengan menggunakan skate-nya? Majide? Mengapa ia sama sekali tidak bisa mengingat kejadian itu?

Berbeda dengan Alhena yang menjentikkan jarinya seperti mengingat sesuatu yang hampir dilupakan nya. Iseng, ia menggerakkan lengannya seakan memberitahu pada Erion yang bingung dengan bahasa isyarat dadakan itu.

Awalnya Alhena mengira bahwa Erion tidak mengerti apa yang disampaikannya tapi tiba-tiba cowok itu membalas bahasa isyarat nya, hal itu mampu membuat Alhena tertegun.

'Biar temanmu yang mengingatnya sendiri, ya? Jangan dulu mengatakan apapun padanya.'

'Baiklah.'

Seperti itulah keduanya saling berkomunikasi lewat isyarat dan berakhir disitu, karena tidak mau ketahuan oleh siapapun bisa beribet nantinya.

Disamping itu, Allura terbahak selagi mereka bercakap-cakap. "Kalau begitu besok pagi mau berseluncur kesana?" tawarnya.

"Dengan senang hati!"

______________________________

Hari ke-2 berkemah mereka memutuskan untuk menghabiskan waktu di tempat tersembunyi itu. Sebenarnya Allura bersama Erion ingin melanjutkan pertandingan yang ditunda kemarin gegara hujan, tapi sepertinya lain kali saja karena kini mereka berdua sibuk membantu yang lain untuk menaiki skate.

Ingin tertawa rasanya bila melihat Ankaa, Adara, Hoshi, Rigel dan Alpha terjatuh saat mendaratkan kedua kaki keatas skate itu. Jahat, bukan?

Oiya, dikarenakan Erion cuma membawa dua buah skate saja oleh sebab itu mereka secara bergantian menggunakannya. Rencananya sih cuma ingin main berduaan sama Allura, tapi yasudah lah.

"Allura! Tak bisakah kita langsung meluncur begitu saja? Ribet banget kalau cuma berdiam diri 'kan daritadi malah jatuh terus," ucap Adara memberi pendapat.

"Justru itu! Gimana mau mengontrolnya kalau belum tau menjaga keseimbangan! Pertama-tama harus pelajari dulu aturan dasarnya, okey?" ujar Allura sedikit berteriak karena saat ini ia tengah berteduh dibawah pohon rindang sementara yang lain terpapar sinar matahari langsung.

"Udah gak sabar main ih!" adu Adara.

"Ngeluh terus daritadi, diem kek!" damprat Ankaa, suara Adara menganggu konsentrasinya tau!

Si pelatih hanya terkekeh geli, "Makanya sabar!" Allura berdiri lalu menyapu celananya yang kotor, ia kemudian mengambil alih benda itu dari tangan Adara.

"Lihat ini." Allura sudah sepenuhnya naik ke atas benda itu tanpa bergerak sedikitpun dan tak jatuh, "Lakukanlah seperti ini agar tak jatuh." Ia pun memberi tips dan langsung memberi praktek.

Dengan instruksi Allura kini kedua sahabatnya itu bisa menjaga keseimbangan, Alhena yang melihat itu pun melompat senang.

"Pelatih terbaik!" puji Ankaa dan Adara kompak.

Allura tersenyum penuh arti, merasa bangga pada diri sendiri karena melatih sahabatnya dengan baik, eaaa.

"Ekhem, Allura... Bisa ajarin gak?" pinta Hoshi tiba-tiba saja padanya hampir membuat Allura jantungan. Kalau muncul jangan dadakan bisa tak?

Mengernyit heran, Allura memandang Erion yang hanya cengengesan dibelakang sana. Apa yang dilakukannya sampai anak didiknya meminta bantuan pada Allura? Tidak bisa melakukannya dengan becus kah? Canda.

"Erion ngapain aja, sih?" tanya Allura balik.

"Enggak ngerti ngejelasin kek gimana, dia ngomong bertele-tele gitu," kata Hoshi tenang.

Tidak terima, Erion menepuk bahu Hoshi cukup lama, "Jangan gitu, Lo ngeremehin cara ngajar gue ya? Noh, buktinya kok Rigel dan Alpha bisa paham penjelasan gue, masa Lo enggak." semprot Erion.

"Enggak! Kami gak paham sama sekali, Allura sekalian ajarin kami ya!" sahut Rigel lantas ikut bergabung dengan Hoshi, mengabaikan tatapan galak Erion yang tertuju padanya.

"Yakin nih? Masa teman sendiri di kucilkan begitu, gak kasihan apa?"

"Gak! Heh apa lu, wajahnya biasa aja kali gak usah bikin puppy eyes, najis tau gak. Imut enggak, jelek ada!" sarkas Rigel, waw mulutnya pedas ya. Bukannya tersinggung Erion malah memasang wajah menahan tawa.

"Hahaha, padahal gue hanya gak enak kalau Allura kerepotan karena kalian Tapi silahkan. Gue mau duduk manis ya mau santai dulu!"

"Nggak ngerepotin kok, aku senang kok bisa bantu, hayuk!"

_____________________

Disisi lain, seorang gadis sedang kesepian ditengahnya keramaian yang ada. Jujur saja, Alhena sudah gatal ingin mengajak Allura berseluncur bersama namun ia urungkan ketika melihat Allura sibuk dengan aktivitas nya.

Padahal ini adalah momen yang ditunggu-tunggu oleh nya.

Sepatu hitam muncul di depannya itu kemudian Alhena mendongak menatap orang yang berdiri sembari menyodorkannya skateboard.

"Hoshi? Udah selesai?"

Cowok itu mengangguk, kini mengambil posisi bersandar ke pohon dengan tatapan lurus ke depan.

Hening melanda keduanya, mereka tak terlalu akrab dan tak ada bahan obrolan sama sekali. Pendiam bertemu si dingin. Tentu terasa kaku.

"Kau... Tau kenapa ingatan temanmu bisa begitu?" Alhena melirik sekilas Hoshi sebelum menjawab pertanyaan itu.

"Hm, bisa dibilang begitu. Ada sedikit masalah, itu privasi jadi aku tak bisa memberitahumu, maaf."

Mengangguk mengerti, "Trus, kau mengingatnya? Tentu kita berdua saat itu berada disana ketika peristiwa nya terjadi," ucap Hoshi, ia duduk di samping gadis itu yang terdiam.

"Kita berdua?"

"Kau lupa? Aku anak laki-laki yang melarang mu menyusul Allura karena itu berbahaya, bisa saja kau akan menjadi beban jika membuat Allura kewalahan, kan?"

Masih terus mengingat... Ah, ternyata ia hampir melupakan anak laki-laki yang menyeretnya keluar, bisa dikatakan anak itu menyelamatkan dirinya.

Hoshi terkesiap akibat jentikan jari gadis itu didepan wajahnya, mengagetkannya.

"Jangan bilang kau anak yang tingginya mencapai daguku, memakai kacamata bulat,... Dan dalaman berwarna ungu---"

"Tunggu, tunggu! Kapan kau mengintip celana dalamku? Dan ya, dulu aku pendek tapi sekarang tidak lagi, tinggi ku sudah 183cm," tutur Hoshi kaget, tak sengaja menyela. "Kini terbalik, kau bobotnya hanya sampai bahuku!"

"Iya-iya... Hm, kapan? Saat aku tak sadar menarik celana olahraganya eh habis itu terpampang jelas kain itu." Alhena semakin terbahak ketika pipi cowok itu merona malu.

"Lupakan!" tegas Hoshi mencekal lengan gadis itu.

"Tak akan!"

"Harus!"

"Mau uang berapa supaya kau tak lagi mengungkitnya?"

Alhena melengos.

"Uangku udah banyak, gak usah pake sogok." tukas Alhena, "Kalau mau bisa tunggu sampai aku gegar otak trus lupa ingatan."

Tanpa mereka sadari, semua pasang mata memandangi objek yang tengah bercakap dengan dipenuhi gelak tawa. Pemandangan jarang yang dilihat oleh kaum Adam, ternyata Hoshi bisa tersenyum lebar seperti itu. Tidak adil!

"Tawa Hoshi manis banget," sahut Alpha.

"Iya." balas Ankaa.

Dengan cepat Allura menghampiri mereka dengan senyuman yang tak pernah luntur itu. Sorry ya dirinya menjadi penganggu kesenangan orang, akan tetapi naluri nya seakan terpanggil ketika mereka menyebut namanya dengan Erion.

Sebelumnya, Allura berdehem sejenak guna menyadari kedatangannya, "Ekhem, ngomongin apa? Kok ada namaku?"

Lantas, dua sejoli itu langsung terdiam tanpa harus menjawab...

Gugup.

Alhena menggeleng sebelum menatap datar, "Aku membicarakan mu karena menghiraukan ku, tak mengajakku bertanding skateboard." alibi-nya, berpura-pura ngambek, hehe.

Haduh, kirain apa. Allura tak curiga padahal Alhena sudah gugup setengah mati, entah kenapa...

"Kalau begitu sekarang kita tanding!" Allura Kembali semangat.