Chereads / Unexpected Surprise / Chapter 12 - Chp. 12

Chapter 12 - Chp. 12

Pemandangan yang kini dilihat Allura sungguh diluar dugaannya, ternyata ada tempat seperti ini disebelah hutan tidak jauh dari tempat berkemah, ia tidak menyangka nya. Seolah tempat ini rahasia karena dihalangi gunung ini, makanya tidak ada satupun warga yang mengetahuinya. Tempat Tersembunyi!

Jalanan yang dibuat khusus skateboard, dengan dihiasi pemandangan indah serta ada tanaman langka. Jika menuju di atas tebing mereka bisa memandangi desa, hutan; pokoknya semuanya terlihat bila berdiri diatas sini.

Setelah melewati sebuah gerbang kini Erion mengajak Allura berdiri di atas tulisan Start.

"Mau main? Kita bertanding saja, bagaimana?" ajak Erion sambil menyerahkan salah satu skateboard kepada Allura yang dengan senang hati menerimanya.

"Boleh... Tapi mengherankan, kenapa kamu tau kalau aku bisa menggunakan skateboard padahal tak pernah nanya?" tutur Allura bingung.

"Kan sudah kukatakan padamu kalau dulu kita pernah bertemu," balas Erion. Dulu ia tidak bisa berdiri di atas skateboard tapi karena mengagumi seorang gadis yang memperlihatkan kebolehannya dalam berselancar membuatnya tertarik, meski masih pemula sih.

"Sudah lama aku tidak bermain skateboard, tapi aku terima tantangan deh!" Allura menatap skateboard ditangannya.

Allura tersenyum penuh arti, "Jika kalah, dapat apa?"

Erion nampak berpikir sejenak, dia lupa memutuskan hal itu. Yang simple aja kali ya? Takut juga bila taruhannya sangat berat, kalau dia kalah gimana? Nanti jadinya Senjata makan tuan, dong. Ok, sederhana saja.

"Yang kalah akan menyanyikan sebuah lagu..." lanjut Erion ragu. "Kalau menang akan dapat satu novel edisi terbatas, tentu dibelikan oleh yang kalah."

Simpel dari mananya? Nih mulut ngomong semaunya ya tanpa izin pemiliknya!

Mendengar itu, semangat Allura semakin berkobar seolah tubuhnya dilapisi api. Karena hadiahnya sangat istimewa, maka dari itu Allura akan menghadapinya dengan serius!

Mengangguk menyetujui ide cowok itu, "Yakin mau lawan aku?" tanyanya untuk memanas-manasi keadaan.

"Yakin."

"Gak bakal nyesel nanti?"

"Iya."

"Jangan nangis darah ya, aku gak akan segan-segan lho!"

"Yaampun mbak, iya-iya kapan mo mulai kalau daritadi ngomong terus." kesal Erion, diremehkan dia nih.

Tanpa disuruh pun keduanya mulai bersiap digaris start. Keduanya mengambil ancang-ancang untuk segera mengayunkan kaki guna menjalankan skateboard agar terjun.

"Satu, dua, tikus!" canda Erion. Gadis itu bahkan sudah didepan sebelum meliriknya tajam, lagi serius masih sempat-sempatnya bercanda ya dasar.

Plak!

"Yang benar! Jangan main-main atuh," semprot Allura sewot.

Tertawa sejenak karena berhasil menipu gadis itu, "Ini kita lagi main-main lho,"

Haduh.

"Oke-oke kali ini serius..." Erion berdehem sebelum berseru, "Satu, Dua, Tiga Mulai!" ujarnya semangat.

Brak! Brak!

Gesekan antara bola skateboard dan tanah saling bersahutan, mereka berdua langsung berselancar menuruni pinjakan. Melewati lika-liku perjalanan menuju garis finis.

Nampak Erion melambung ke kiri melewati Allura yang tersenyum saat angin menerpa tubuhnya kini ia merasakan kembali kenikmatan berselancar berkat Erion. Ah ngomong-ngomong tentang cowok itu dia sudah jauh didepan sembari menatap gadis itu dengan seringaian seakan dialah pemenangnya.

Lihat saja nanti. Allura segera saja membungkukkan tubuhnya guna mempercepat laju skateboard, kini rodanya melaju kencang dan kini keduanya saling beriringan, tidak ada yang mau mengalah satu sama lainnya.

Hati Allura entah kenapa merasa lega, seakan semua beban di bahunya hilang karena skating sangatlah menyenangkan. Jangan lupa untuk berterimakasih kepada Erion, dan maaf karena duel ini akan dimenangkan olehnya!

"Maaf, aku duluan!" seru Allura ketika menyalip Erion yang malah tersenyum tipis.

"Silahkan saja!" balasnya.

Didepan sana telah terlihat garis finis meski sudah samar-samar tapi masih bisa dibaca, sebenarnya Allura ingin mencoba skill lama yang jarang ia gunakan dengan mengambil jalan pintas yaitu meloncat dari jurang menuju ke seberang sana. Tapi, lain kali saja karena sekarang suara gemuruh petir terdengar menandakan bahwa sebentar lagi akan hujan lebat.

Dung! (Suara petir)

Sepersekian detik kemudian tiba-tiba saja hujan deras turun membasahi permukaan bumi membuat jalan itu menjadi licin dan mereka jadi kewalahan menghadapi situasi itu. Mereka kesulitan mengendalikan skateboard dengan leluasa. Melihat kondisi yang tak memungkinkan terpaksa Erion berhenti diikuti Allura yang hampir saja terjatuh.

Keduanya saling menatap, "Kita tunda dulu! Bahaya bisa diteruskan kalau hujan begini," Erion turun dari skate-nya lalu kembali menentengnya.

Allura pun menyetujuinya, "Iya, cuaca tidak mendukung sih padahal tinggal sedikit lagi sampai garis finis nya. Tapi yasudah lah, mending cari tempat buat berteduh!" ujar Allura.

Dengan begitu pertandingan antara kedua manusia ini tidak dilanjutkan, ralat, ditunda untuk sementara waktu, sekian!

"Kalau saja tadi tidak hujan, pasti menyenangkan melihat wajah yang kalah cemberut atau murung," canda Erion sembari menutupi kepala dan tubuhnya menggunakan daun pisang.

"Jahatnya, jadi pengen cubit pipinya," ceplos Allura, ia tentu melakukan hal yang sama dengan Erion. Untung saja disekitar sini ada beberapa pohon pisang yang daunnya lumayan besar.

Bruk!

"Eh?"

Tak sengaja Allura menabrak Erion yang tiba-tiba menghentikan langkahnya dan menoleh kesamping dengan seringaian khas-nya.

"Kenapa berhenti? Lanjut lagi jalannya," tanya Allura heran.

Namun cowok itu malah mendekati wajah mereka hanya meninggalkan 10cm saja, tenang ia tidak ada niatan buat mengecup gadis itu karena mereka belum ada hubungan selain pertemanan. Perlu diketahui bahwa Erion sangat menghormati perempuan!

"Cubit saja."

What?!

"Aku hanya bercanda doang gak usah hiraukan omonganku tadi, ya? Udah dingin lagi." keluh Allura.

"Katanya tadi mau cubit pipiku, nah ini udah dapat izin sama pemiliknya."

"Udah gak mau lagi. Oh, atau mau dapat tamparan aja, hm? Dijamin rasanya beuh enak," gurau Allura sekedar mengalihkan perhatian cowok itu.

Erion meringis pelan lalu berdehem sebelum mengambil alih skateboard dari tangan gadis itu, "Pasti berat sini biar aku saja yang bawain."

"Aw, co cweet nya," ledek Allura.

Keduanya tertawa akibat omongan Erion yang lucu tentu itu hanyalah akting semata agar suasana tidak canggung. Perjalanan pun terasa cepat berlalu dengan ditemani Senda gurau mereka.

Tak menyadari bahwa keduanya sudah sampai di tenda dengan terpal diatas melindungi tenda serta peralatan lainnya agar terhindar dari air hujan. Sejak kapan ada begituan? Ah, mungkin teman-temannya yang membuatnya, syukurlah kalau begitu.

"Aku kedalam dulu ya," Allura hendak membuka tenda tetapi dicegah Erion, sepertinya ada hal penting yang ingin ditanyakan?

"Setelah apa yang dilakukan kita tadi saat di tempat itu... Kamu tidak mengingat apapun?" tanya Erion dengan ragu-ragu cemas.

Allura termenung, "Tidak juga. Ingatanku samar-samar tapi serupa... Aku merasa mengingat sesuatu tapi tidak tau apa," jelasnya kemudian.

Wajah Erion tampak murung dan sedih namun segera ia merubahnya supaya gadis itu tidak melihatnya, "Begitu ya, tak apa."

"Masuk gih, ganti pakaian jangan sampai masuk angin." Erion mengacak rambut Allura sebelum beranjak dari tempatnya berdiri.