"Eri, kok jauh banget perjalannya? Perasaan cuman ga lama," Hoshi menatap Erion disebelahnya yang mengendarai mobil alias menjadi sopir malam ini.
"Eh? Jalannya bener kan ini?" Erion malah bertanya balik.
"Heh Lo gimana sih, kok bisa sampe ga ingat jalan emang udah berapa kali ketempat perkumpulan?" tanya Ankaa heran. Kok bisa-bisanya orang yang mengajak mereka malah lupa jalan, kan ga lucu kalau mereka hanya berjalan tanpa tau arah, tersesat dong namanya.
"Baru satu kali, aku Hoshi dan Rigel baru join Minggu lalu karena suatu hal heheh. Makanya ga terlalu ingat dengan jalannya," jelas Erion. Satu detik kemudian terdengarlah berbagai protes dari teman-temannya yang duduk dibelakang.
Tolong ingatkan bahwa telinganya sangat berharga, kalau mendengar enam suara bisa gawat Indra pendengaran nya!
Hoshi yang duduk tenang didepan akhirnya menyuruh Erion berhenti sejenak. "Aku saja yang nyetir,"
"Jangan!"
"Kenapa?"
"Kita tidak tau lokasinya, mending tanya pada Altair dulu diakan yang bawah kita tempo hari,"
Helaan nafas terdengar, "Ini." Hoshi segera menunjukkan isi dari layar handphone-nya kepada Erion yang langsung tersenyum malu. Ternyata Hoshi telah menghubungi Altair dan mendapat lokasi mereka melalui maps.
Tugas sopir berahli pada Hoshi yang mengambil alih kendaraan lalu menancap gas menuju tanda yang telah ditandai dalam peta tersebut.
"Untung ada Hoshi." ujar Rigel lega.
Tidak membutuhkan waktu yang lama akhirnya kedelapan manusia itu tiba di lokasi yang tidak jauh dari area gunung.
Dapat dilihat ada sebuah vila yang lumayan luas terpampang jelas didepannya. Vila ini bisa dibilang terpencil dari area kampung. Namanya juga perkumpulan rahasia, ya tentu rahasia dan tidak sembarang orang bisa masuk. Hanya yang memiliki logo yang berhak!
"Selamat Malam!" sapa mereka secara bersamaan ketika masuk ke pintu vila yang terbuka lebar.
Usai memperlihatkan logo masing-masing mereka diizinkan masuk. Tidak ada yang menyahut sapaan itu. Suasana cukup sepi, di ruang tengah tidak terlihat ada makhluk hidup. Mungkin sedang berapa di halaman belakang?
"Cek ke belakang yuk!"
Lama-kelamaan terdengarlah suara musik yang disetel volumenya sangat kuat saat pintu menuju halaman belakang menampakkan dirinya. Ternyata benar dugaan mereka.
"Hai, selamat datang anggota baru!" sapa lelaki yang tengah memanggang daging barbeque. Membuat semua yang berada disitu menengok ke pintu.
Allura merasa tidak nyaman saat mengedarkan pandangannya pada sekitarnya karena hanya menampilkan para pria tidak ada satupun perempuan yang terlihat. Apa jangan-jangan hanya mereka berempat yang berbeda jenis?
Rasanya ia ingin memukul Erion karena tidak memberi tahu informasi yang jelas. Bilang kek kalau gada perempuan dikumpulkan ini! Tau-tau begini ia tidak jadi join!
"Wah ternyata anggota barunya cewek! Gue gak nyangka ada cewek yang punya hobby kek gini!" Cowok berpakaian serba hitam hendak menghampiri mereka yang masih mematung di daun pintu. Yang diikuti oleh tujuh temannya yang lain.
"Iya, empat cewek dan satu cowok!" ucap Rigel. Entah kenapa ada perasaan tak suka ketika mereka mengelilingi Allura dan kawan-kawannya.
"Tolong jangan terlalu dekat, jaga jarak dulu. Nanti mereka tidak nyaman diperlakukan seperti itu." Hoshi datang ditengahnya keramaian itu. Menghadang mereka agar tidak terlalu dekat.
Tidak sadar bahwa keempat gadis dibelakang sedang terharu alias baper dengan Hoshi yang menyelamatkan mereka. Avv!
"Dia benar. Kalian kembali ketempat tadi dengan tenang!" sang pemilik vila datang melerai. "Ngomong-ngomong... Perkenalkan namaku Altair, salam kenal,"
"Salam kenal juga. Namaku Alhena, kalau yang ini Allura dan Adara juga Ankaa." Alhena membalas uluran tangan cowok itu saat menyadari bahwa sahabat nya tidak berniat berjabat tangan. Ya udah, dia mengalah.
"Menarik. Semua nama berawalan huruf A," sahut
Dengan demikian semuanya saling memperkenalkan satu sama lain agar lebih akrab. Ternyata orang-orang itu sangat ramah pada mereka, tidak seperti dugaan yang menyeramkan.
"Anu maaf, kenapa daritadi tidak ada satu pun perempuan yang terlihat?" akhirnya pertanyaan yang sejak tadi bersarang di kepala Allura, Ankaa dan Adara tersampaikan. Berterimakasih lah kepada Alhena yang sudah berani bertanya.
"Hm memang tidak ada. Baru kalian yang perempuan yang ingin bergabung ditempat seperti ini. Gadis-gadis kebanyakan hobby berbelanja atau jalan-jalan ke mall, mana mungkin mereka menyukai hal yang merepotkan seperti mendaki gunung." jelas salah satu dari mereka.
"Jarang yang kayak kalian," oke itu pujian atau apa? Allura tidak tau harus menanggapinya seperti apa. Setahunya banyak perempuan yang menyukai hal yang sama seperti mereka dikota. Tidak tau kalau di kampung, apa ini hanya opininya?
"Baiklah mari kita mulai pestanya setelah itu akan ada pengumuman oleh Altair!" ujar mereka semangat. Disela-sela kesibukan masing-masing, Allura dapat merasakan seseorang menyoroti nya dari kejauhan atau hanya perasannya saja? Karena saat berpaling mencari keberadaan orang itu, ia tidak dapat menemukannya!
Buku kuduknya berdiri merinding...!
Sedangkan orang yang dicari-cari tengah tersenyum tipis dari balik pintu dapur yang dekat dengan halaman belakang. "Hai, apa kabar yang disana." katanya sambil terkekeh kecil.
__________________________
"Eh mana Aren? Perasaan tadi dia lagi tiduran di ayunan deh," tanya Reki, teman sekelas Erion dan Allura sewaktu SD, katanya ya katanya. Allura bahkan tak mengingatnya.
Secepat kilat Allura langsung menatap Reki yang kebetulan tak sengaja menatapnya juga. Aren? Mirip nama orang yang sangat dikenalinya. Apa hanya kebetulan saja? Tidak mungkin kan orang yang sama, dikarenakan dia sedang berada di luar negeri.
"Kau terlalu sibuk dengan anak baru makanya tidak memperhatikan Aren yang masuk vila karena merasa kedinginan," balas Lexi yang sedang berjongkok itu. "Mungin sebentar lagi dia bakal datang dengan sendirinya."
Dan benar saja, tiba-tiba pria yang bersurai hitam legam dengan iris mata birunya yang sangat indah itu datang menuju kearah satu gadis yang tengah membelakanginya.
"Hey Allura what's up?"
Tepukan halus dipundaknya membuat gadis yang tidak lain dan tidak bukan adalah Allura segera menoleh dan terkesiap.
Ia memekik tertahan karena terkejut dengan orang dihadapannya. "Kak Aren!" Allura tanpa ba-bi-bu lagi langsung memeluk pria itu yang balas pelukan hangat itu. Mereka sama-sama tidak memperdulikan tatapan-tatapan yang lain.
"Kangen!"
"Iya aku tau. Aku juga sangat-sangat merindukan adik kecilku ini!"
"Kapan kak Aren pulang dari London? Kok nggak kasih kabar selama beberapa tahun ini?"
"Hahaha maaf, bulan lalu kak baru saja datang. Rencanannya mau kasih surprise ke kamu, eh malah ketemu disini." Aren mengusap air yang ada pada sudut mata Allura.
Yaps! Pria itu adalah kakak sepupu Allura. Anak dari Uncle Sam dan Aunty Anna, bayangkan sudah sekitar tiga tahun mereka tidak saling berkomunikasi ataupun bertemu karena disibukkan dengan urusan masing-masing.
"KAK AREN!" teriak heboh Ankaa, Adara dan Alhena kemudian ikut menyambar Aren yang masih dipeluk Allura. Nafas Aren tercekat ketika dipeluk erat oleh tempat gadis itu. Untung ia sabar.
"Kalian saking kenal?" tanya Altair mewakili yang lainnya. Membuat kelima orang itu menghentikan tawa dan memandang Altair.
"Allura adik sepupuku dan mereka bertiga ini sudah ku anggap adik sendiri makanya aku jadikan adik angkat," jelas Aren sambil tersenyum.
Aku iri padamu brother, batin Rigel.
"Tapi mata kalian tidak mirip. Yang satu berwarna biru dan yang satunya lagi berwarna cokelat," sahut Hoshi yang ikut penasaran. Kadang lho ia jadi kepo begini!
"Rahasia." jari telunjuk Allura menempel pada bibir ranum nya. Cukup ketiga temannya saja, kalau orang asing mah ga usah, hahaha.
Mereka menghembuskan nafas kecewa mendengar jawaban Allura. Enak aja mereka mau tau urusan pribadinya!
"Kau masih mau menyembunyikannya?" Aren mengelus puncak kepala Allura dengan sayang.
"Iya." tentu ada alasan kenapa Allura merahasiakan sesuatu. Dan sekali lagi, yang mengetahuinya hanyalah Author!