"Ha. Ha. Ha." Dua orang gadis berlari dengan napas yang ngos-ngosan akibat terlalu lama berlarian. Dibelakang ada beberapa orang yang mengejar mereka karena berusaha kabur.
Keduanya terhenti sejenak untuk memperhatikan sekitar. Seperti nya mereka tidak ingat dengan jalan yang dilalui mereka beberapa waktu yang lalu. "Ankaa... Masa kita langsung pergi. Mereka berdua gimana dong?" tanya Adara.
Ankaa dan Adara bisa saja langsung mencari jalan keluar, tapi pikiran mereka tertuju pada dua sahabatnya yang masih di kurung di tempat yang mengerikan.
Mendengar derap langkah yang semakin mendekat, Ankaa pun menarik Adara untuk mengajaknya berlari, lagi. Gadis itu akan menggunakan gelombangnya supaya bisa menemukan tempat itu. Pasti!
Saat hendak berbelok ke tikungan tanpa sadar Ankaa menabrak seseorang hingga orang itu jatuh terjerembab ke tanah. Sedangkan Adara segera menahan tubuh temannya agar tidak bernasib sama seperti itu.
"Kalian, kok bisa disini? Kami baru saja ingin mencari kalian!" Allura langsung memeluk Ankaa dan Adara yang tengah menatap heran kepada empat cowok asing itu.
"Gimana ceritanya kalian bisa kabur?"
"Meremehkan kekuatan kami berdua ya kalian," Adara mencubit pipi Alhena yang berada disebelahnya. Karena mengingat bahwa mereka sedang dikejar, Adara hanya menjelaskan secara singkat karena mereka kembali berlari bersama.
Jadi gini, saat Ankaa dan Adara tengah diseret entah kemana, dan saat para orang jahat itu sedang lengah. Mereka pun memanfaatkan nya untuk kabur. Mengingat mereka orang yang jahat, Adara maupun Ankaa tidak segan-segan melancarkan pukulan keras kepada mereka dan berhasil kabur. Begini-begini mereka jago bela diri dibandingkan Allura dan Alhena.
"Owh begitu, bagus deh kalau bisa bela diri, kalau enggak bisa ribet ntar," kini Rigel yang bersuara.
Disisi lain, Erion tidak fokus mendengar penjelasan singkat itu karena pikirannya melayang pada tujuan utama nya saat mendaki gunung ini.
Tepukan halus dapat ia rasakan dipundaknya, tanpa menoleh pun dia sudah tau pelakunya. "Udah ga usah dipikirin. Harusnya senang karena hari ini telah ngebantu orang yang dalam bahaya," ujar Hoshi.
"Hm, iya..."
______________________
Sore menjelang malam membuat hembusan angin semakin kencang menambah kadar dingin. Keempat gadis itu bernafas lega setelah masuk ke rumah teman barunya. Ya, itu adalah rumahnya Erion dan kawan-kawannya. Karena jarak paling dekat disitu.
Berbeda dengan mereka, Alpha bahkan enggan untuk masuk kedalam. Ia jadi teringat dengan teman-temannya yang masih di gunung sana, pasti mereka merasa tersiksa. Sementara dirinya? Main kabur segala.
Dengan rambut panjang yang menutup sebagian besar wajahnya dan pakaian yang kotor membuat dia terlihat seperti orang gila.
Allura langsung menghampiri nya kala cowok itu ingin beranjak pergi tanpa sepengetahuan yang lainnya. "Alpha, kan?" tanya Allura, sekedar untuk memastikan.
Cowok itu tampak terkejut dengan kehadirannya. "Iya,"
"Mau kemana?" tanyanya basa-basi.
"Hm. Aku mau pulang, permisi,"
"Hah? Ketempat tadi maksud nya? Ga usah, mending bareng kita aja. Di sana bahaya tau," lanjut Allura. "Sini aku perbaiki penampilannya supaya orang-orang ga ngeliatin kamu." tanpa basa-basi lagi, Allura menggandeng Alpha menuntunnya kedalam karena diluar sangat dingin.
Didalam nampak teman-temannya mengobrol satu sama lain dan sesekali tertawa mendengar lelucon nya Rigel. Kalau Alhena sedang mengotak-atik handphonenya untuk memesan makanan sebagai tanda terima kasih kepada empat cowok yang telah menolong mereka. Makan malam bersama.
"Ada gunting rambut sama pakaian bagus?" tanya Allura pada Hoshi yang hanya berdiam saja, tidak ikut nimbrung sama yang lain.
"Ada," Hoshi beranjak berdiri dan menuju kamarnya berada, kemudian mengambil apa yang diminta oleh Allura. Hanya sekali lihat saja ia sudah tau apa yang akan dilakukan gadis itu. Setelah memilih pakaian yang layak, cowok itu memberikannya pada Allura yang entah sejak kapan ada didalam kamarnya.
"Ngapain di kamarku?"
"Ihhh masa diluar, jadi pinjam ya kamarmu cuman ga lama kok. Kamu juga bantuin," seperti nya Allura sangat tidak tau malu sama sekali ya. Belum sehari kenal tapi udah begini.
Sedangkan Alpha? Dia hanya diam dan menurut saja.
Ketika Allura hendak memotong rambut yang sebagian itu menutup wajahnya, Alpha segera menggeleng cepat. "Jangan! Tetap seperti ini saja,"
"Lah, matanya ketutup gimana bisa liat nanti."
"Aku nyaman dengan gaya rambut begini," Alpha masih pada pendapatnya.
"Kalau begitu, aku potong sedikit saja ya hm sampe sinii," Allura menunjuk di bagian bawah mata cowok itu. Karena tidak ingin memperpanjangnya Alpha hanya pasrah saja saat gadis itu mulai melancarkan aksinya.
"Hm. Lumayan." puji Hoshi yang menonton dari atas kasur.
"Nih kaca."
Rambut yang semula menutupi sebagian wajahnya dan berantakan kini sudah menjadi lebih baik saat Allura memperbaikinya tadi. Sekarang ia terlihat rapi.
"Giliran ku telah selesai, sekarang aku serahkan padamu Hoshi. Kalau begitu aku tunggu diluar!"
Hoshi hanya mengangguk mengerti.
Sehabis melirik punggung gadis itu menghilang dari arah pintu, pandangan Hoshi berpindah ke cowok yang sedang menunduk didepan kaca itu.
"Bisa mandi sendiri atau perlu bantuan?" tanya Hoshi to the point. Sembari mempersiapkan alat mandi.
Alpha tersentak kaget mendengar ucapan itu. Tentu saja ia bisa mandi sendiri, mentang-mentang dirinya terlihat tidak tau mengurus badan malah diremehkan. Ok, skip.
Fyi : Alpha tau mengurus diri sendiri tapi ditempat nya, mereka dilarang melakukannya. Karena pekerjaan lebih penting daripada mengurus diri, Kata mereka. Ga guna kan sudah bersih tapi tetap harus bekerja di lumpur lagi.
Tapi, Alpha mengambil waktu setidaknya satu Minggu tiga kali mandi. Meski harus kotor lagi tapi gapapa.
Kembali ke topik!
"Bisa." Alpha menerima sodoran alat mandi lalu berjalan ke kamar mandi.
_______________________
Allura sibuk menyantap makanan seraya mendengar cerita dari teman-temannya. Dari kenapa mereka sampai ada di desa ini, tujuan, dan lain sebagainya. Allura mah hanya sebagai pendengar saja, malas berbicara.
"Allura," panggil Hoshi dari arah pintu sambil menggiring Alpha keluar dari persembunyiannya. Lantas hal itu membuat semua pasang mata menoleh meski bukan mereka sih yang dipanggil.
Gadis itu tersenyum senang, "Nah kan jadi tampan!" pujinya.
Alhena langsung memekik kecil lalu menoleh kearah Allura. "Tipe pria idamannya Allura mah!" godanya dan mendapat sorotan dari para sahabatnya.
"Kau juga kali!" toyor Adara gemas. Jadi intinya Alhena dan Allura mempunyai tipe yang sama! Udah.
Bingung tidak tau harus berekspresi bagaimana, Alpha akhirnya hanya diam lalu duduk di kursi kosong paling ujung disebelahnya Alhena.
Rigel menopang dagunya kesal karena sejak kedatangan Alpha dan Hoshi dirinya sudah tidak diperhatikan lagi. Para gadis cepat sekali ya berpaling, batinnya.
"Eh ngomong-ngomong boleh dong ceritain ke kita, kenapa bisa ada tempat seperti itu? Tadi kami mau laporin ke polisi Lo malah larang," sahut Rigel kemudian.
"Hm. Gimana ya. Kalian akan tau nanti tapi tidak sekarang," Alpha mengaruk tengkuknya padahal tidak gatal sama sekali. Ia hanya bingung dan tidak tau memulainya darimana. Jadi kapan-kapan saja lah!
"Lah, kok gitu, kan udah penasaran banget," ujar Ankaa dan Rigel kompak. Nih dua manusia, orangnya tukang kepo ya!
"Cieee kompak, uhuy," goda Alhena.
"Lo ngapain ngikutin kata-kata gue, sih?" tanya Rigel mengabaikan godaan teman-temannya.
"Ih siapa juga yang ngikutin, gr banget!" balas Ankaa.
Tanpa sadar Ankaa menyenggol tas milik Allura disampingnya dan membuat secarik kertas eh bukan lebih tepatnya sebuah foto lama yang didalam nya terdapat anak perempuan yang imut sedang berpose di kaki gunung itu.
Mata Erion yang semula akan tertutup akibat mengantuk kini terbuka lebar saking lebarnya hingga Rigel dan Hoshi terkejut setelah menoleh mendapati mata besar itu.
"Heh, matanya biasa aja kali, santuy! Bikin takut orang aja Lo!" ujar Hoshi.
Mengabaikan ucapan Hoshi, Erion pun memunggut satu foto itu dan tersenyum lebar. "Anak ini siapa namanya?" tanyanya menatap bergulir keempat gadis didepannya.
Sontak saja, Ankaa, Adara dan Alhena menoleh secara bersamaan kepada Allura yang menatap bingung Erion. "Dia!" Tunjuk mereka serempak.
"Aku, kenapa emangnya?" tanya Allura heran, kok jadi merinding begini ya, canda!
"Ketemu juga orangnya!"