Chereads / Terjebak Dendam Masa Lalu / Chapter 14 - Bab 14-Apakah Pertemuan Pertama

Chapter 14 - Bab 14-Apakah Pertemuan Pertama

-Terjebak Dendam Masa Lalu-

Naomi menggeleng, "Bayiku tidak ada di dalam."

"Apa-"

"Ada apa ini? Kenapa ada keributan di depan ruangan bayi!"

Degh ....

Pandangan ketiganya menoleh ke sumber suara. Naomi juga ikut berbalik dan mendongak, tatapannya langsung bertemu dengan sepasang mata elang. Naomi menahan nafasnya sebentar, kenapa dia bertemu lagi dengan laki-laki itu.

"Dokter Aiden." Si perawat berseru.

"Ada apa ini? Kenapa ribut-ribut di depan ruangan bayi."

Aide melangkah mendekat, pandangannya langsung terfokus ke satu orang. Matanya melotot.

"Naomi?" tanyanya dengan setengah tidak yakin.

"Kau Naomi bukan? Kita bertemu lagi." Aiden tersenyum kecil, dia mengamati Naomi dengan teliti, dahinya langsung mengkerut bingung.

'Dia memakai baju pasien, apa dia sakit?'

Hening. Tidak ada kata yang keluar dari mulut Naomi. Wanita itu mematung mengamati Aiden.

"Naomi! Kau mendengarku? Naomi, halo Naomi." Aiden melambaikan tangannya di depan wajah Naomi.

"Nyonya ini mencari-cari bayinya, Dok." Salah satu perawat memberitahu.

"Eh…. Bayiku?" ucap Naomi refleks.

Bayi?

Aiden merutuki kebodohannya, Naomi berdiri di depan kaca memandangi bayi-bayi yang ada dalam inkubator. Jelas wanita itu sedang mengamati bayinya.

'Ayolah Aiden, wanita itu sudah menikah, dan dia juga memiliki bayi, lupakan dia'

"Ehem ... oh begitu." Aiden berdehem kecil untuk mencairkan suasana, "Jadi bayimu yang mana?" Aiden ikut mendekat, dia mengikuti arah pandangan Naomi yang suram dan kosong.

"Kami sudah menanyakan itu Dok, tapi Nyonya ini belum mengatakan siapa nama bay-"

"Angela," jawab Naomi.

"Hah?" Aiden berbalik menatap Naomi saat ucapan perawatnya dipotong oleh wanita itu. "Siapa?" ulang Aiden tidak yakin.

"Angelana Adams, itu nama bayiku."

Aiden mengerut bingung. Nama belakang bayinya Naomi terasa familiar.

'Adams? Apa ada Adams yang lain yang memiliki nama belakang itu? Apa Naomi menikah dengan salah satu keluarga Adams,' pikirnya.

Satu-satunya Adams yang Aiden kenal adalah teman lamanya, Alfian Adams yang juga merupakan suami Airin.

Apa Alfian memiliki sepupu lain?

"Tiga hari yang lalu diletakkan di ruangan ini, tapi sekarang sudah tidak ada lagi. Kemana bayiku?" Naomi langsung panik. Pikirannya melayang kesana kemari, tidak mungkin kan Alfian membawa bayinya begitu saja. Apa dia masih waras? Putrinya itu masih lemah dia tidak terlahir normal. Angel terlahir prematur. Dia membutuhkan inkubator dalam waktu yang lama.

Naomi menjambak rambutnya sendiri, "Tidak mungkin kan." Dia menggeleng pelan.

"Naomi," ucap Aiden pelan.

Wanita itu tidak menghiraukannya, dia terlalu panik dengan pemikirannya sendiri.

"Naomi, aku akan menanyakan perawat. Kau tunggu saja di sini!" pintanya.

Naomi linglung sesaat. Pikirannya bergerak lambat. Dia tidak bisa mencerna perkataan Aiden. Dalam benaknya hanya ada Angel, putrinya yang kemungkinan besar dibawa oleh Alfian.

"Tidak!!" Naomi berteriak histeris.

Dia langsung berlari menyusuri lorong dengan cepat. Aiden ingin menyusulnya, tapi salah satu perawat menghampirinya menanyakan perihal kemajuan bayi di dalam inkubator.

Aiden menghela napas pelan sambil memandangi punggung Naomi yang mulai menjauh.

Dia berbalik menatap sang perawat. "Cari tau tentang bayi wanita tadi. Beri kabar jika sudah mendapatkannya. Jika dia sudah dipindahkan, berikan salinan datanya."

------------

Naomi tidak menghitung berapa banyak orang yang sudah dia tabrak. Dia hanya berlari kesetanan. Naomi tidak bisa membayangkan hidupnya tanpa Angel- putrinya.

Naomi membuka pintu utama bagian luar yang menghubungkan langsung ke parkiran. Berharap Alfan masih disana, walaupun Naomi sendiri tidak yakin mengingat laki-laki itu sudah pergi dari ruangannya dua jam yang lalu.

Bukk...

Tubuh Naomi terhuyung ke belakang. Dia menabrak bahu kokoh dan kekar.

"Shitt!!"

Laki-laki itu mengumpat kasar. Suara serak dan merdunya langsung menghipnotes Naomi. Dia mendongak, tatapannya bertemu dengan sepasang mata kelabu yang jernih dan tajam.

Naomi terdiam sesaat.

Degh ....

Laki-laki itu membawa desiran baru dalam darahnya. Naomi tidak bisa berpaling dari wajah adonis bak dewa Yunani itu. Alisnya tajam dan tebal, hidungnya mancung, kulit putih dan rahang yang tegas.

Nafasnya tertahan beberapa detik, sebelum tubuhnya hampir terjatuh kembali. Sepasang lengan kokoh langsung memeluknya. Naomi bisa merasakan pahatan yang tercetak di tubuh kekar laki-laki itu.

"Dasar merepotkan!! Kalau jalan pakai mata, kau pikir rumah sakit dan jalan ini milik nenek moyangmu apa!" ketusnya tajam.

Bentakan kasar yang terdengar berbanding terbalik dengan perasaan yang tertawan saat pandangan pertama.

Naomi langsung tersadar, dengan cepat dia melepaskan pelukan itu, kemudian membungkuk pelan, "Maaf, saya buru-buru"

Tanpa mendengar jawaban sambutan. Naomi bergegas kembali pada tujuan awalnya, menemukan Angel.

Naomi menarik napas panjang sambil menetralkan gejolak aneh yang sempat dideranya. Aroma asing langsung tercium seketika. Naomi melotot, dia mengendus pelan lengan bajunya. Hening.

Naomi mematung seketika, otaknya bergerak cepat tanpa dia suruh. Aroma ini, aroma yang sama dengan laki-laki malam itu. Naomi berbalik dengan cepat, dia tidak menemukan laki -laki itu.

Apa ini?

Siapa dia?

Pikiran Naomi langsung kacau. Dia bingung dengan semua rentetan kejadian yang menimpanya.

Apa jangan-jangan laki-laki yang dia tabrak tadi adalah orang yang sama yang menidurinya tujuh bulan yang lalu.

Ayah biologis putrinya, Angela.

Naomi berbalik dengan cepat, ia menyusuri pandangannya ke segala arah namun sosok laki-laki tampan tadi tidak lagi terlihat.

Naomi menarik napas panjang, dia tidak peduli. Toh mana mungkin pria setampan pemuda tadi mau menidurinya kan? Rasanya justru aneh apalagi mereka tidak saling mengenal.

Naomi mengeling pelan, itu hanya kebetulan. Berapa banyak orang di dunia ini yang memiliki aroma parfum yang sama bukan? Sekarang yang dia butuhkan saat ini adalah Angel-Putrinya.

----------

Brak..

Pintu ruangan Aiden terbuka dengan keras, membuat kaget ampunya.

"Naomi?" ucapnya refleks.

Laki-laki yang tadi membuka pintu langsung mengerutkan keningnya bingung. sejak kapan namanya berubah jadi nama wanita.

Aiden mendecih pelan, "Saga! Kapan kau datang?"

Saga-Pria itu hanya melongos, kemudian duduk di sofa yang ada dalam ruangan Aiden. Dia menggelengkan kepalanya pelan lalu menjatuhkan seluruh beban tubuhnya di atas sofa yang empuk itu.

"Saga!!" Kali ini suara Aiden terdengar seperti bentakan.

Saga menggeliat pelan, kakinya bahkan sudah melewati pinggiran Sofa. Laki-laki itu membuka matanya dengan santai.

"Kapan kau datang? kau bilang mau meninggalkan negara ini setidaknya 10 tahun. Ini baru setahun, kenapa kau balik? Merindukanku hah?" tanya Aiden panjang lebar. Dia menaikan alisnya menggoda Saga.

"Ck.. kau pikir aku belok!" balas Saga ketus.

"Kalau tidak merindukanku berarti merindukan Airin?" ucap Aiden asal.

Hening ....

Tidak ada satu suara pun yang keluar dari bibir Saga. Aiden memukul pelan bibirnya. Dia merutuki kebodohannya yang mengatakan kata terlarang. Harusnya dia paham situasi.

"Aku hanya mampir sebentar, nanti malam aku kembali ke Swiss," ucapnya tegas. Aiden merinding sesaat. Laki-laki itu kembali mengalihkan pandanganya pada tumpukan kertas yang berserakan di atas mejanya.

"Aku tidak akan pulang setelah ini," ucap Saga mengakhiri ketegangan itu.

Bersambung ....