Tak seperti biasanya. Tumben sekali Ratu langsung bersikap layaknya pacar yang cemburuan setelah Sita menghubungi cowoknya.
"Nih ponsel kamu. Kalau mau niat bantu buruan, hal baik harus disegerakan."
No, Raja memilih tidak melakukan apa-apa. Tak mau dicap sebagai pria yang hanya modal kata-kata tapi gak ada kerjanya. "Santai, Sita emang selalu seperti itu. Seolah dia berpikir, di dunia ini yang paling menderita adalah dirinya saja."
Benar juga, dari suara tadi, Ratu bisa memperkirakan bagaimana sikap Sita ke pacarnya. Meskipun mereka adalah korban kehilangan orang tua bukan berarti dunia mereka berhenti saat itu juga. Ya, itulah yang ada di pikiran Ratu saat membahas mengenai papa kandungnya.
"Sekarang mending kamu pulang. Aku mau tidur."
"Dih, jahatnya. Noh, di luar hujan, Beb. Gak mau ah, aku lebih sayang kesehatanku. Bagaimanapun juga, aku harus stand by selalu bisa jaga kamu jangan sampai sakit deh pokoknya."
Siapa yang mengkhawatirkan siapa? Lagi pula, Ratu tak benar-benar mengusir Raja. Hanya belum terbiasa dengan keberadaan pria itu yang sekarang merangkap sebagai kekasihnya. Entahlah, penjelasan apa lagi yang dipunya Ratu nanti saat teman-temannya bertanya.
"Kamu bakalan diterkam teman-temanku besok, siap?"
"Aku akan menantikannya. Kamu masuk kamar saja kalau memang butuh istirahat, aku akan di sini saja. So, selamat tidur, dear."
Menurut. Sentuhan telapak tangan Raja sangat berpengaruh terhadapnya, seakan elusan itu memberikan data ngantuk yang berat.
Melihat Ratu sudah masuk, Raja akhirnya bisa melampiaskan rasa senangnya. Malu tadi saat Ratu mengatakan ya ketika dirinya ngajakin balikan.
Janjinya kepada Aurora akhirnya bisa ditunaikan. Ia memang berniat mengajak adiknya nongkrong semisal misinya berhasil.
***
Sepulang dari toko, Anggota kaget masih ada Raja di rumahnya. Apalagi melihat pria itu tertidur pulas di kursi. Apa gak pegal tuh lehernya?
"Ya ampun, Nak Raja. Ratunya ke mana? Kok kamu sendirian di sini?"
Bisa-bisanya Raja ketiduran? Padahal ia sudah berniat akan pulang setelah memastikan Ratu benar-benar terlelap juga menunggu hujan reda.
"Maaf, Tan. Hehe tadi enak hawanya buat tidur, hujannya awet."
"Tante buatin Teh anget ya biar badan kamu segar. Sekalian bangunin Ratu, dia itu ada tamu malah ditinggal bobok. Dasar!"
Raja nyengir kuda. Semoga Ratu tak masalah mamanya mengomentari sikapnya terhadap Raja.
Sambil menunggu kesadarannya benar-benar pulih, Raja pun menelpon Aurora dan izin pulang agak sorean.
Melihat Ratu bangun tidur, menampilkan sisi lain. Rambut seperti singa, menatapnya datar dan pede duduk bersisian. Tapi it's okey, tak masalah. Begini saja Raja tetap cinta.
"Tante tadi yang bangunin aku. Maaf ya kalau aku ketiduran. Gak tahu, gara-gara lihat video di Youtubé malah ketiduran."
"Gak apa-apa. Anw, video apa yang kamu tonton?"
"Cuma lagu-lagu aja sih. Lagu kita."
Dasar, bisa gak sih jangan sok romantis. Memangnya masih jaman gitu rasa sayang diungkapin hanya lewat melody dan alunan musik?
Anggita kembali datang, menyuguhkan apa yang ia bawa dari toko. Kebetulan memang bisa pulang lebih awal. Terkadang ramai dan sepi, begitulah kehidupan.
Mereka bercengkrama. Merayakan kecil-kecilan kini putri kesayangannya sudah punya pacar. Yang paling penting adalah Anggita tak perlu risau. Ia yakin Raja adalah pria yang baik.
"Tan, pamit dulu ya. Makasih sekali lagi kue dan juga cemilan bikinan Ratu. Aku pasti bakalan suka."
"Eh, itu buat Aurora ya! Bukan kamu, pede!"
Lagi-lagi Raja menampilkan deretan giginya. Baginya sama saja, toh gak mungkin juga Aurora menghabiskan semuanya, kecuali adiknya memiliki porsi makan mirip beruang.
***
Akhirnya Ratu bisa aktif ke kampus lagi. Kesehatannya lebih baik daripada kemarin-kemarin.
"Hey, duh betapa rindunya gue. Sini peluk dulu," pinta Astrid.
Laura pun sama rindunya, ia mengikuti apa yang dilakukan Astrid. "Kita bisa nongkrong lagi di kantin. By the way, tadi waktu masuk kampus ramai banget, lu tahu gak ada berita apaan?"
Mengangkat bahu. Mana Ratu tahu, sudah beberapa hari tidak masuk. Tak tahu-menahu tentang kabar terbaru dan terkini.
Sama-sama bingung, akhirnya Laura bertanya ke teman-temanku kelasnya yang lain. Ah, ternyata hari ini tanding basket dan ia yakin ada Raja di sana.
"So, lu dan Raja bagaimana?" tagihnya.
Bukannya tak suka, tapi Laura hanya ingin temannya aman sentosa dari ancaman kakak senior hanya karena didekati oleh Raja.
Baginya, hubungan tidak seperti mesin penggiling. Bukan untuk dipermainkan, meskipun ia tahu Raja memang tak main-main dengan perasaannya, tapi keselamatan Ratu adalah segalanya.
"Menurut kalian bagaimana? Hmm, takut salah ngomong ih," canda Ratu.
Melihat temannya tak terganggu saat menyebut nama Raja, Astrid sudah bisa menebak sejauh mana hubungan mereka. Syukurlah, setidaknya selalu ada jalan setiap masalah bukan?
"Selamat deh. So, nanti kita ditraktir kan?"
"Hah? Traktir? Kalian balikan?" tebak Laura. Memasang wajah sangar.
Mau bagaimana lagi, Ratu gak mungkin menutupi status hubungannya. Baginya Raja berhak mendapatkan pengakuan. Ia mengangguk, hanya tersenyum sekilas.
"Sorry, Ra, tapi kayaknya gue harus utamain perasaan gue. Dan santai, gue bisa jaga diri, mulai sekarang gue bakalan belajar deh karate sama Astrid biar gak dijahatin lagi."
Bukan itu masalahnya, Ratu gak tahu se-famous apa Raja di kampus. Bukan hanya Sita dan gengnya saja yang tak terima, tapi juga deretan adik kelas yang bergabung menjadi fans garis keras.
"Ya kalau gitu Rajanya harus getol jagain lu dong. Mau bagaimana lagi, gua cuma gak mau lu kenapa-kenapa."
Mereka saling menguatkan satu sama lain. Bagi Ratu, Astrid dan Laura memang teman paling sejati, gak pernah ingkar janji dan juga paling bisa diandalkan dalam segala situasi.
Pelajaran sudah dimulai, mereka kembali fokus dengan whiteboard. Sesekali Ratu mengecek notifikasi ponselnya. Banyak sekali ucapan dari pacarnya.
Entahlah. Padahal saat SMA, Raja tak seromantis itu. Ulang tahun Ratu saja, cowok itu lupa. Tapi kenapa perhatiannya meningkat pesat sih?
Oke, waktunya fokus kuliah. Urusan cinta-cintaan skip dulu deh.
***
Hap!
Sudah beberapa kali Raja berhasil memasukkan bola ke dalam ring. Entahlah, berapa poin sekarang.
"Gila, ternyata Raja sehebat itu ya!" teriak salah seorang gadis, membawa rok mini yang memamerkan pahà putihnya. Minder kan jadinya si Ratu?
"Ya dari dulu kali, tapi kayaknya dari tadi kak Raja gak fokus. Ngelirik ke pengunjung terus, siapa ya yang ditunggu? Kak Sita?" tebak gadis lain.
Seterkenal itukah kedekatan mereka? Kenapa Ratu malah tak tahu apa-apa?
"Sudah, jangan didengerin. Kalau lu aja percaya, hati lu juga harus percaya. Sita ataupun siapapun, gak bakalan ngubah fakta kalau lu yang sekarang menjadi kekasihnya. Oke?" bisik Astrid menyemangati.
Kata-kata Astrid membuat Ratu ingin membuat dunia tahu kalau sekarang Raja adalah miliknya. Duh, lebay juga ternyata dirinya setelah bisa balikan dengan ex boyfriend.