Melihat Raja berhasil mencetak angka daripada lawan timnya, Ratu berteriak dalam hati. Teman-temannya belum mengetahui hubungan mereka yang kembali terjalin. Meskipun Astrid sudah menduganya. Terlebih, dari dulu ia tahu Ratu memang tak sanggup move on dari mantan SMA-nya.
"Yah, Kak Raja cuma tanding satu babak aja," keluh gadis lain.
Cukup! Ini lebih dari keterlaluan. Bisa-bisanya mereka tidak merasa berlebihan. Apakah para gadis itu sangat mengidolakan Raja sebegitu lebaynya sampai-sampai tidak rela Raja selesai dari pertandingan.
Ratu melirik ke arah Raja, pria itu sedang duduk dan mengulap keringat. Lapangan bola basket dalam ruangan tetap saja membuat kekasihnya keringetan.
"Dia ganteng juga meskipun kusut," gumamnya.
"Ha?" Astrid mendengar kata ganteng dari mulut Ratu. Sudah pasti tertuju untuk salah satu pria. "siapa yang kamu puji ganteng?"
"Gak ada. Eh, kita pulang sampai pertandingan selesai ya?" tanyanya menghindari pertanyaan Astrid.
"Iya. Kan biasanya gitu, masa gara-gara sakit lu jadi pikun sih, Rat," ejek Lena.
Ya mau bagaimana lagi? Ratu juga ingin merasakan pulang bersama pacar. Dulu, sebelum mereka jadian, Ratu memang sering pergi dengan Raja, pria itu berbaik hati menjemput dan mengantarkan pulang. Tentu saja sekarang beda keadaannya. Lebih ingin menikmati momen.
"Gak apa-apa. Nanya aja, iseng."
Matanya kembali fokus pada pertandingan. Lebih baik menunggu diajak pulang bareng saja. Aneh, padahal saat mereka bersama, Ratu terlihat seperti enggan melihat Raja. Tapi sekarang?
Tanpa diduga, Raja melirik ke arahnya dan tersenyum. Ia baru sadar, jangan sampai orang-orang curiga kalau mereka sudah bersama.
Kisah mereka memang sudah merambat ke mana-mana, tapi bukan sebagai pacar melainkan teman SMA.
"Lihat gak, tadi kak Raja ngelihat ke arah kita. Apa dia lagi lihatin Gea ya?" tebak pengunjung lain.
Tunggu, siapa Gea? Kenapa Ratu sangat asing dengan nama itu? Salah satu fans Raja kah?
"Ya mungkin saja. Lagian, di sini Gea yang paling cantik. Kita mah apa, hanya kentang."
Bagi Ratu, kekasihnya tak pernah pandang rupa. Mungkin saja Gea emang secantik itu, tapi dari bukti yang nampak, Ratu yakin Raja tidak pernah mengunggulkan soal kecantikan.
Waktu pertandingan tinggal 20 menit lagi. Raja terlihat sedang mengobrol dengan teman timnya, lalu berjalan dengan menyangking tas ranselnya ke arah kursi penonton.
Tunggu, apa jangan-jangan pria itu akan menyusul Ratu? Sekarang?
"Len, anterin ke toilet yuk!" panik Ratu. Bukan apa-apa, ia tak mau jadi bahan gosip berbulan-bulan di kampus.
"Lah, nanggung. Lagian tumben banget minta dianterin. Apa gara-gara kejadian kemarin lu trauma ya? Bentar deh, nanggung banget tuh!" tunjuk Lena ke arah lapangan.
Sorak-sorak banyak penonton bukan ditujukan pada tim basket yang sedang bertanding panas, tapi pada Raja yang semakin dekat ke arah penonton.
Pria itu benar mendekati kursi Ratu, berjongkok dan membuat Ratu membuang muka. Tapi percuma, semua orang sudah melihatnya.
"Aku nanti ada acara setelah main basket. Mungkin pulang agak malam, kamu online jam berapa?"
Ratu tidak berani celingukan, memastikan semua orang akan mengamatinya. Bahkan sederet bangkunya saja ikut menguping pembicaraan mereka.
"J-jam delapan. Mungkin."
"Oke. Dan ya, kursi kalian sepertinya masih ada yang kosong, bisa geser?"
Astrid, Lena bahkan Laura tergagap. Mereka pindah posisi, membiarkan Raja duduk bersisian dengan Ratu.
Lengkap sudah gosip terkini. Mana pernah Raja melihat ke arah penonton, pria itu sering menganggap fansnya tak ada. Hanya iseng saat misinya membuat cemburu Ratu dulu.
Tapi sekarang, bahkan pria itu dengan beraninya malah mendekati Ratu, berbicara juga duduk berdampingan.
Ratu tak banyak bicara. Gadis-gadis lain langsung berbisik. Mengira kalau sekarang Ratu layak mendapatkan predikat gadis tercantik lantaran bisa menaklukan pria setampan Raja.
"Boleh aku minta minummu?"
"I-iya. Ini!" gugup Ratu.
Sedangkan pria itu hanya bisa tersenyum. Menampilkan mata tajamnya ke sekitar, menghimbau agar penonton lebih fokus ke arah lapangan bukan malah melihat Ratu dan Raja.
"Tim kamu kok gak pada semangat?"
Daripada sibuk dengan pikirannya sekarang mendingan Ratu lebih bersantai karena duduk sederet dengan pacar sendiri.
"Itu namanya strategi. Lihat saja nanti, mereka bakalan menang kok, timku memang selalu begitu membuat tim lawan merasa bangga dengan kekuatan mereka diam-diam mematikan."
Berjarak hanya beberapa sentimeter saja dengan Raja membuat Ratu sedikit gugup. Apalagi ia yakin bangku di belakangnya pasti sudah menduga apa yang terjadi di antara mereka berdua.
Dan benar, perkataan Raja tentang strategi timnya akhirnya Raja menang dengan angka lebih unggul 7 poin.
"Ayo," ajak pria itu tiba-tiba.
Ratu sedikit mendongak, "ke mana?"
"Menyapa teman-temanku."
"Aku sudah kenal sebagian dari mereka."
"Itu dulu waktu kamu masih menjadi mantanku, sekarang kan status kita udah beda?"
Pernyataan Raja langsung membuat Astrid, Lena dan Laura tak mengedipkan mata. "Jadi kalian..?" ucap Astrid menggantung.
Raja hanya tersenyum dan dengan beraninya menggandeng tangan Ratu, banyak sekali orang-orang yang bisik-bisik di belakang mereka.
Teman-teman Raja memberi tepuk tangan. Baru kali ini Raja sepede itu menunjukkan hubungannya dengan seorang gadis padahal dari dulu Raja memang selalu menyembunyikan setiap ada kaum hawa yang berusaha mendekatinya.
"Jadi ini adik senior yang sudah meluluhkan hati seorang Raja Angkasa?"
"Jangan menakut-nakutinya. Dear, kenalkan ini teman-temanku. Tapi jangan terlalu akrab, mereka lebih bobrok daripada aku sendiri."
Ternyata, Ratu salah duga. Dulu sebelum mereka sedekat ini, dalam pikiran Ratu, seorang Raja tak akan sudi memperkenalkan pacarnya karena terlalu banyak. Tapi nyatanya hari ini Ratu bisa bertatap langsung dengan teman-teman Raja.
"Halo, Kak. Aku Ratu, maaf sekali aku tidak bisa ikut pesta bersama kalian. Teman-temanku sudah menunggu dan aku harus pergi sekarang."
Baru mengambil beberapa langkah, Raja kembali menarik tangannya. Ia pun tersenyum kikuk. "Aku.."
"Jangan tidur cepat ya?"
"Baiklah. Aku akan menunggumu pulang."
Ratu sudah berusaha menarik tangannya sendiri, tapi Raja malah menggenggamnya lagi.
"Hati-hati."
Mereka menjadi tontonan. Bahkan, Laura yang awalnya tidak begitu menyukai kedekatan Raja dan Ratu pun menyukai mereka sekarang, karena ia suka dengan tingkah laku lucu mereka.
Huft..
Betapa leganya, sejak tadi Ratu seakan lupa caranya bernapas karena harus berhadapan dengan orang se-famous pacarnya. "Ayo kita pulang!" ajaknya setelah berhasil terlepas dari jeratan Raja.
Mereka sudah keluar dari ruangan, Laura dan Lena langsung menghadang Ratu. Beda dengan Astrid yang tampak biasa saja karena tahu bagaimana ending hubungan temannya.
"Silakan, kalian boleh bertanya apa saja. Tapi, jangan memberi nasihat tentang bagaimana Raja. Bagiku, dia pria yang baik."
Dasar! Cinta memang buta dan membutakan!
"Sadar, Ratu! Kita kan cuma penasaran bagaimana kalian balikan. Padahal kan dulu kamu yang gak sudi menerima dia lagi?"
Ya habis gimana dong! Namanya perjuangan harus dihargai bukan?