Sepulang dari rumah sakit, Raja benar-benar layaknya seorang satpam yang hampir setiap hari stand by di rumah Ratu, mulai dari memastikan gadis itu minum obat dan tidak melakukan aktivitas berat lainnya.
"Kenapa lu gak nikah aja sih sama kak Ratu?" heran Aurora. Ya, adiknya yang selalu protes dengan setiap kelakuan abangnya hanya geleng-geleng kepala. Aurora sakit saja boro-boro dirawat, disyukurin iya.
Tapi Raja memang sesayang itu dengan Ratu. Tante Anggita saja heran sendiri, kalau gini kan tidak ragu lagu merestui hubungan anaknya dengan pria seperhatian Raja.
Raja memang hampir setiap hari ke rumah Ratu, menganggap seperti rumah sendiri. Toh rumahnya memang hanya dianggap tempat untuk tidur. Tanpa ada penghuni, sibuk dengan dunia mereka sendiri.
Sudah lama sekali orang tuanya tak pulang, hanya rutin mengirimkan uang ke rekening anak-anaknya. Mereka pikir itu adalah jalan satu-satunya menjalankan kewajiban sebagai orang tua.
Sebagai gadis yang memang sudah kehilangan rasa kasih sayang, Aurora terbiasa, dan hanya bisa menganggap orang-orang itu tak nyata. Hanya Raja lah yang ia punya di dunia.
"Gue berangkat dulu, nanti kalau lu mau nitip sesuatu kalau pulang bakalan gue beliin. Lagian, lu kalau dapet banyak maunya ya? Pakai absen nggak masuk sekolah tiga hari."
Ya elah, Raja kan gak tahu seberapa menderitanya orang yang sedang PMS. Cowok itu keluar, menyambar jaket dan kunci motor, meskipun harus terlambat kuliah tak akan ada orang yang berani menegurnya, satpam di kampus bahkan beberapa rektor di kampus mengenal baik orang tua Raja, penyumbang dana terbesar di kampusnya.
***
Hari-hari Ratu terasa sepi. Padahal baru kemarin tidak bertemu Raja, cowok itu terlalu manis untuk dilupakan.
"Ngelamunin apa, Sayang?" Anggita sudah beberapa hari ini juga libur ke toko kue, khawatir putrinya akan membutuhkannya. Toh, ada beberapa pegawai yang bisa diandalkan.
"Gak apa-apa, Ma. Cuma lagi mikir aja sih," Ratu memang tak pernah menyembunyikan apa pun dari mamanya, wanita yang selama ini menjadi semangatnya untuk terus bahagia.
"Mikirin Raja, ya?" tebak sang mama. Siapa lagi orang iseng yang sudah mematahkan stigma kalau Ratu akan terus awet dengan status jomblonya.
Ya, meskipun sampai sekarang rasa sakit hatinya dengan Raja belum benar-benar hilang. Tapi setidaknya cowok itu tak pernah sekalipun benar-benar punya hubungan yang serius dengan gadis lain. Entahlah, semoga saja Raja memang tidak mempermainkannya lagi.
"Aku.. salah nggak sih Ma, kalau misalkan nanti Raja dekat dengan yang lain tapi akunya nggak suka."
Takut sang mama akan memarahinya karena malah memikirkan tentang percintaan, Anggita malah memberikan respon tak terduga.
Sungguh, dari dulu ia ingin putrinya jatuh cinta dan juga mendapatkan pria yang baik, baik dengan Ratu dan juga Anggita. "Tentu saja nggak salah, tapi itu boleh kamu lakukan kalau Raja memang pacar kamu, Sayang. Memangnya sampai sekarang nak Raja belum nembak kamu lagi?"
Eh, dari mana mamanya tahu kalau Ratu memang sempat menolak Raja. Ia masih abu-abu dengan perasaannya. Tanpa diduga, sejak tadi Raja memang sudah berdiri di depan pintu, mendengar obrolan Ratu dan tante Anggita. Jadi, selama ini Ratu menunggu ungkapan cintanya? Apakah sekarang waktu yang tepat untuk menyatakan?
Tapi, Raja datang hanya membawa makanan yang kebetulan disukai Ratu. Tanpa bunga, coklat, apalagi hadiah mewah lainnya.
"Aku.. masih nggak tahu, Ma. Raja itu kayak apa ya, menurutku orangnya agak pemaksa, dan sebelnya aku selalu berhasil kepaksa sama dia. Tapi bukan hal yang aneh-aneh ya, misalkan dulu dia sok-sokan nemenin belanja, terus nganterin aku, maksa harus makan bareng. Ya pokoknya dia tuh banyak akalnya, Ma!"
Raja tersenyum. Bukan merasa tersindir, tapi merasa saat ini Ratu begitu bahagia dengan ekspresi Ratu. Gadis itu terlihat malu-malu dan merona.
"Tapi kamu suka kan" goda Anggita lagi.
Demi Tuhan! Ingin sekali Ratu menjawab iya, tapi masalahnya gak mungkin kan sekarang Ratu berharap Raja menembaknya.
"Ma, misalkan nanti aku jadian lagi sama Raja, apakah mama mengizinkan aku.."
Ucapan Ratu mengambang, kaget bukan main karena mendengar pintu rumahnya terbuka. Lihat? Sejak kapan Raja berdiri di depan rumahnya, dan apakah pria itu mendengar semua yang dibicarakan dengan mamanya?
"Kamu..?"
Raja dengan muka badaknya terus berjalan. Menunduk, tanda sopan dengan tante Anggita. "Halo, Tante. Ini, ada makanan untuk Ratu."
"Wah, makasih. Ya udah kalian ngobrol aja, Tante mau ke toko, tadi Sila kirim pesan buat ngecek persediaan dan stok pesanan."
Tapi Raja ingin meminta izin sekarang. Meskipun terburu-buru, tapi rasanya ingin sekali Raja meresmikan hubungannya dengan Ratu sekarang.
"Begini, Tan, tadi aku nggak sengaja dengar obrolan kalian. Maaf, kalau lancang. Jadi, apakah tante sendiri gak marah semisal saya ini menjadi pacar Ratu?"
"Raja! Ih, tadi tuh aku cuma bercanda."
"Tapi aku nggak bercanda." tegas Raja.
Ya, bagaimanapun caranya, ia ingin dunia tahu bahwa Raja bukan pria berlabel playboy, ia juga bisa jatuh cinta setulus-tulusnya dengan seorang gadis.
Menggigit bibir bawahnya, Ratu malu. Sungguh sangat malu! Kenapa Raja sama sekali tidak canggung menyatakan cinta di depan mamanya.
Lebih gilanya lagi, pria itu malah berjongkok seolah sedang melamar pasangannya. "Jadi, maukah kamu menjadi pacarku, Ratu Pertiwi? Setidaknya berikan aku kesempatan menjadi pria paling menguntungkan di hidupmu."
Ah, Anggita malah cengengesan. Tak menyangka, pria yang sedang mendekati anaknya begitu berani. "Udah, terima aja. Kasihan tahu, Ratu. Selamat ya, langgeng buat kalian."
Sesantai itu Anggita menanggapi kelanjangan seorang pria yang mendekati putrinya secara terang-terangan. Lagian, dulu dia juga berpacaran, menikmati masa puber dan juga jatuh cinta.
Anggita menepuk bahu Raja, pamit pergi dan membiarkan mereka menyelesaikan sisanya.
"Ih, kamu gila! Raja."
Ratu melepaskan tangannya yang sejak tadi digenggam Raja, duduk dan menepuk jidatnya. Belum pernah semalu ini di depan mamanya. "Untung tadi mama merestui kita."
"Kita?" tanya Rata. Ia yakin kata 'Kita' adalah tanda kalau Ratu sudah menerimanya. Ah, nyesel gak streaming di instagràm tadi. Lumayan kan, agar lebih dari 500 ribu followersnya tidak melulu mengajaknya kencan buta dan pendekatan.
Lagi pula, Raja juga bukan tipe pria yang akan mau menyanggupi ajakan gadis yang tidak dikenal, apalagi hanya kenalan dari media. Big no!
"Ya mau bagaimana lagi, aku gak mau menyakiti hati mama. Dia udah excited tahu, berharap kita balikan."
Mendengar suara Ratu yang bisa berteriak, Raja yakin kalau gadis itu sudah lebih sehat. "Ya dari dulu aku memang berharap kita balikan, kamunya yang susah didekati. Begitu udah dekat, banyakkkk banget rintangannya. Aku datang untuk kamu cuma mau jawaban iya, Ratu. Bukan macam-macam.
Ratu melihat pria itu berjongkok di depannya, memangku tangan dan mengacak rambut Ratu. Sayang sekali dengan gadis itu.