Sorak dan tepuk tangan memadati area lapangan basket. Kebetulan memang ada pertandingan basket antara jurusan sastra dan ilmu komputer. Padahal kedua jurusan tersebut tidak ada kegiatan ekstra tambahan, tapi memang selalu perang panà s.
"Lihat deh, pacar kamu lagi-lagi mencetak angka dengan fantastis."
Ratu mengeluh dan menghela napas panjang, ia sudah terbiasa dengan tuduhan konyol teman-temannya. Pandangannya jengah menatap ke tengah lapangan. Ada pria jangkung yang super nyebelin, sok tampan dan sok pangeran.
"Gue gak ada apa-apa sama si kunyuk itu. Kalian aja yang terlalu hiperbola."
"Iya, gue setuju kalau Ratu gak usah kehasut sama label the prince and princess campus. Banyak yang udah jadi korbannya Raja, cowok itu adalah predator gila yang berwajah malaikat." bela Astrid, salah satu teman Ratu yang tak mendukung hubungan Raja juga Ratu untuk balikan.
"Playboy tuh bisa diubah, Ratu. Lu sih gak pernah baca novel, makannya susah diajak ngehalu," cibir Lena.
What! Ini tahun berapa sih masih hanyut sama novel romance? Ini dunia nyata, Lena! Sampai kapan pun Ratu tak akan terpancing dengan pesona sok ganteng Raja Angkasa.
Karena malas selalu dipojokkan dengan Raja, Ratu memilih meninggalkan area lapangan basket dan pulang. Lagian ini bukan pertandingan besar, hanya ajang sok unjuk bakat dari setiap pemain.
Ratu Pertiwi, gadis manis yang memiliki lesung pipi dan rambut yang tak pernah berganti warna, always hitam sejak lahir. Ia begitu menyesal memilih kampus yang ternyata sama dengan musuh bebuyutannya, Raja Angkasa adalah cowok paling menyebalkan baginya.
Dug!
Sebuah bola mengenai pinggangnya, Ratu kaget bukan main dan menoleh ke arah lapangan mencari sosok yang melemparinya bola. Pasti kerjaannya Raja, siapa lagi makhluk bumi yang suka usil dengannya selain Raja.
"Siniin bolanya!" teriak Raja.
Sontak banyak penonton yang makin bersorak, bukan untuk pemain basket tapi untuk pasangan yang selalu didoakan semoga lekas jadian.
"Kan lu yang lempar, kenapa gue harus bersusah payah buat ke situ?" tantang Ratu. Tangannya dengan sengaja memutarkan bola basket, ia memang mahir bermain karena sering menghabiskan waktu dengan kakaknya, Noah.
"Cepetan!" bentak Raja lagi.
"Kalau gue gak mau gimana? Lu mau apa?"
Karena suka dengan ekspresi Raja yang sudah tak bisa menahan sabar, Ratu malah melepaskan salah satu penjepit rambutnya yang runcing lalu menusuk bola di tangannya hingga kempes. Ah, beres. Ia berlari keluar dari lapangan sesegera mungkin sebelum dibuang ke planet lain oleh Raja.
"Gadis gila!" Raja ikut berlari mengejar Ratu, dan tentu saja pertandingan tetap dilanjutkan dengan pemain pengganti.
Lawan Ratu bukanlah Raja, cowok itu terlalu cepat untuk mengejar Ratu. Mereka terpojok sampai akhirnya Ratu tak bisa melarikan diri lagi. Benar-benar sial.
"Apa sih masalah lu sama gue, Hah? Masih dendam? Ayo selesaiin bareng-bareng jangan kayak anak-anak paud yang suka merengek minta dimanjakan!" tangan Raja sudah menghadang tubuh Ratu sehingga posisi gadis itu berada di antara kedua tangan Raja yang menempel di tembok koridor.
"Alasan gue benci sama lu karena lu ada di bumi, Raja. Gue enek lihat muka lu, gue enek satu planet sama lu, gue enek karena selalu dipasangin sama cowok yang gak pernah serius sama janji-janjinya."
Masalahnya hanya satu, Raja adalah mantan pertama Ratu saat SMA dulu. Hanya beberapa bulan mereka pacaran dan putus di tengah jalan karena Raja ketahuan selingkuh dengan Lalita, osis yang terkenal saat dulu mereka SMA.
Padahal saat pendekatan Raja terlihat menjadi cowok super baik, penurut dan tak pernah terjun ke dunia yang salah seperti sekarang. Tapi itu adalah Raja yang dulu, beda dengan Raja yang tengah berdiri di hadapannya. Ini mah setà n!
"Lu tuh yang gak pernah mau ngebuka hati, gue sih welcome kalau lu mau jadi pacar gue lagi."
"Gak usah mimpi, fúck you!"
Dengan bangganya Raja menyombongkan diri, padahal Ratu sangat muak dengan cowok modelan begini.
"Kalau gak bangga gak bakalan ada Raja Lovers di kampus, Sayang. Jangan-jangan lu termasuk salah satu di antara mereka? Siapa sih yang gak kehantam sama kegantengan gue?"
"Minggir, gue mau pulang!" Ratu enek dengan gaya selangitnya Raja, mau muntah sumpah!
Tapi Raja tak akan melepaskan Ratu begitu saja, ia menarik gadis yang masih sama lucunya saat mereka masih berpacaran. Menautkan bibir dan menenggelamkan ciuman yang membuat Ratu tak bisa berkutik.
Satu detik, dua detik, tiga detik. Ya, hanya tiga detik ciuman itu berlangsung tapi berefek buruk bagi Ratu terutama jantungnya. "Gila! Apa yang lu lakuin sama bibir suci gue?"
Raja malah tertawa, begitulah dirinya saat mendapatkan apa yang ingin ia lakukan dari dulu. "Bodoh, lu udah umur 20 tahun tapi gak tahu apa itu ciuman? Perlu diulang lagi? Ah, jadi gue yang pertama mencicipinya?"
Refleks Ratu segera mundur dan sebelum kabur ia menginjak sepatu Raja lalu lari terbirit-birit. Raja tak mengejarnya lagi karena tahu betul gadis itu sedang malu.
Entahlah, sejak diputuskan oleh Ratu, Raja mendadak menjadi cowok yang dingin. Ia mengikuti ke manapun Ratu pergi, bahkan masuk ke kampus yang sama.
Tapi demi menyembunyikan lukanya, Raja memberikan identitas baru dengan menyamar menjadi cowok super badas yang suka menggoda barisan betina. Mulai dari kakak kelas senior sampai bocil, intinya tujuannya hanya satu yaitu membuat Ratu cemburu.
***
Begitu sampai di kamarnya, Ratu merebahkan diri dan menghentak-hentakkan kaki di ranjang saking kesalnya. Ia kembali menyentuh permukaan bibirnya yang baru saja dikecup oleh Raja.
Ya, itu adalah ciuman pertamanya. Dari sekian mantan, Ratu tak pernah mau dicium. Itulah mengapa hubungannya tak pernah awet, emang ya jaman sekarang harus serba grepe-grepe. Anak SD aja udah berani peluk-pelukan.
"Sialan Raja! Bukan ini yang gue inginkan. Apa susahnya sih minta maaf, mantan ya mantan aja, gak usah nyosor kayak bebek!"
Ia ingat betul bagaimana rasanya memergoki Raja yang tengah bermesraan dengan Lalita, gadis yang pernah populer pada masa SMA-nya.
Karena terlalu memikirkan Raja, orang yang dipikirkan malah menelponnya. Ia sampai sekarang memang masih hafal nomor mantan kunyuknya.
Raja : Kenapa kabur? Padahal kita belum lanjut yang kedua, lu pasti ketagihan kan?
Ratu : Jangan sok ganteng! Gue anggap tadi lu lagi mabuk! Ah, lu kan emang suka mabuk dan gak jelas!
Ratu langsung meng-offkan ponselnya, percuma juga ganti kartu karena Raja memang punya banyak akal mendapatkan nomernya lagi.
Di mata Ratu, Raja sudah banyak berubah. Dari segi penampilan sih makin tampan dan macho, tapi segi karakter dan attitude cowok yang pernah menjadi cinta monyetnya berubah menjadi player yang mengumbar janji sana-sini.
Ia kembali merebahkan tubuhnya, menatap langit-langit kamar yang makin memudar. Rasa kantuknya semakin menyerang dan akhirnya Ratu tertidur setelah memikirkan Raja. Dasar mantan menyusahkan!