Mereka berdua pun masuk ke dalam rumah dan Arlan menuntun Ara ke arah taman belakang karna acaranya akan diadakan di sana.
"Woh luas juga taman lu." Ucap Ara setelah sampai di taman. Terdapat dua meja bundar lumayan besar dengan masing-masing 5 kursi dan satu meja kotak kecil.
"Segini mah kecil Ra." Arlan meletakkan kuenya di meja kecil lalu membuka kotak kuenya.
"Black forest, lu tau dari mana gw suka ini?" Lanjut Arlan.
"Dari gista, siapa lagi. btw ini kado lagi." Ucap Ara mendekat lalu memasangkan lilin 18 di atas kuenya dan menyerahkan kadonya.
"Semoga lu suka ya. Tadi sih gw udah kasih sample ke temen gw katanya enak." Lanjut Ara sambil tersenyum ke Arlan.
"Yang cowo itu? btw thanks padahal lu udah kasih Hoodie"
"gw lupa kalo udah beli kado yang ini duluan, btw kok lu tau?"
"Nebak. Lu jadi deket ya sama dia."
"Emm- ga sengaja sih."
Arlan yang hendak bertanya lagi mengurungkan niatnya karna keluarga Gista dan Rafi sudah memasuki taman. Mereka pun langsung berkumpul di meja kotak dan merayakan ulang tahun Arlan. Setelah selesai merekapun memberikan selamat lalu berfoto dan akhirnya terbagilah tempat duduk orang tua dan anak muda tapi tidak beberapa lama Gista dan Rafi dipanggil ke tempat orang tua berada.
"humm bicarain pertunangan kah?" Gumam Ara saat Gista dan Rafi pergi meja sebelah.
"Ra lu ga ada rasa sama sekali sama Rafi?"
"Ga kok dulu ada sih, dia kan mantan gw. Tapi kita emang ga cocok kalo bukan jadi sahabat."
"Lah lu pernah pacaran sama Rafi?"
"Iyaa, pftt dulu Gista jutek bgt sama gw kalo diinget lucu bgt."
"Lucu gimananya?" Arlan yang senang melihat tawa Ara menopang dagunya sambil melihat Ara yang makan sambil tersenyum manis.
"Ya jadi pas pdkt sama Rafi dia tuh ngangep gw musuh tapi tingkahnya lucu aja gitu. Kaya anak kecil yang ga mau mainannya dimainin sama orang lain."
"Apalagi dulu Rafi dingin banget orangnya tapi dia anget banget kalo ke gw jadinya Gista cemburu. Gw yang biasanya muka datar trus acuh pas ketemu Gista, sampe akhirnya ga kuat buat nahan ketawa dan ngunyel-ngunyel pipinya saking gemesnya." Ara yang antusias bercerita pun menoleh ke arah Arlan lalu pandangan ke duanya pun bertemu dan itu berlangsung selama beberapa detik. Ara yang tersadar duluan pun mengalihkan pandanganya lalu menunduk menatap makanannya. Arlan yang walaupun sudah tertangkap basah memperhatikan Ara tidak merasa malu bahkan tidak ingin mengalihkan pandangannya.
"Dan akhirnya gw cerita kalo sikap gw yang dingin dan acuh itu cuma buat ngetes Gista aja. Ya mau gimana pun Rafi itu satu-satunya sahabat gw, kalo pun punya pacar gw pinginnya dia bahagia soalnya dia selama ini cuma terpaku sama gw doang. Bahkan sampe sekarang pun gitu, untungnya ga terlalu karena ada yang lebih penting dari gw yaitu Gista."
"Ehh tapi gw ga sedih kok. Gw malah seneng banget akhirnya ada yang bahagiain Rafi apalagi yang bahagiainya sekarang jadi sahabat gw juga jadi double seneng." Ara mengalihkan pandangannya dari menunduk jadi mendongak ke langit dan kebetulan ada bulan yang bersinar dan Ara pun makin terlihat senang.
"Kalo kebahagian lu siapa?"
"Emm- ya Rafi Gista lu juga, pokoknya orang-orang disekitar gw, kalo mereka semua bahagia gw juga bahagia."
"Wah gw termasuk nih."
"Iya lu kan temen gw."
"Kalo yang tadi nganterin lu?" Gumam Arlan.
"maksudnya?" Ara menoleh ke Arlan dan menyeritkan dahinya binggung.
"Orang yang nganter lu pulang itu yang waktu itu ketemu di mall kan?"
"Ohh iyaa itu si raihan."
"Bukan Izza?"
"Sama sih dua-duanya nama dia."
"Trus tadi lu beneran double date dong?"
"Ehh- ga kok malah gw ngancurin date sahabat gw." Ucap Ara sambil mengalihkan pandangan dan suara yang makin lama makin kecil sambil tertawa miris.
"Emangnya kenapa?"
"Ahh- ada something susah dijelasinnya."
"Ohh okay." Arlan mengangguk paham.
Suasana pun jadi hening, karna makanan beratnya sudah abis Arlan pun bangun dari duduknya dan mengambil dua piring kue. Satunya pun dia taruh di hadapan Ara.
"Thanks lan." Ara tersenyum lalu Arlan duduk kembali dan memakan kuenya.
"Enak?" lanjut Ara.
"Enak, kayanya dari pada hobi, ini lebih ke keahlian lu."
"Berlebihan, gw ga seahli itu kok. Lagian ini masih kue gampang."
"Ya tetep aja enak. Nanti-nanti gw minta bikinin lagi boleh? Tenang gw bayar."
"Boleh kok, gausah bayar juga ga papa lan."
"Asik gratis."
"Ehh tapi nanti kelas 3 katanya lu bakal pindah lagi ya ke Bandung?"
"Ehh lu tau dari mana?"
"Dari Rafi."
"Ohh, iya gw cuma setahun doang di sini."
"humm gitu ya."
"Ra mau pulang?" Tiba-tiba dari Arah belakang Rafi datang dan menepuk pundak Ara.
"Ehh- ga kerasa udah malem" Ara melihat jam di tangan ternyata sudah cukup malam.
"Yaudah yu." Ucap Rafi. Sebelum bangun Arapun menyempatkan untuk melihat ke meja para orang tua dan terlihat semuanya sedang asik mengobrol kecuali mama Rafi yang sedang menatap datar ke arah Ara.
"Gw balik sendiri aja."
"Dih."
"Iya lu kan masih harus nganterin Gista."
"Gista kan ada ortunya." Ucap Rafi datar.
"Ya tetep aja."
"Yaudah gw yang nganter aja gimana?" Ucap Arlan menengahi.
"Lu yang punya acara masa pergi, dah gw balik sendiri aja." Ara pun langsung membuka aplikasi untuk memesan taksi.
"Ra." Rafi merampas hp ditangan Ara. Ara menatap Rafi datar.
"Lu kenapa sih? Gw ada salah."
"Ga, sini cepet balikin hp nya."
"Ck, seenggaknya di anter Arlan."
"Ga, sini." Ucap Ara dengan sedikit penekanan.
Rafi pun mengembalikan hp nya lalu pergi kembali ke tempat duduknya. Ara tidak menggubris Rafi malah melanjutkan fokus ke hpnya.
"Lu ada something sama mama nya Rafi?" Ucap Arlan dan membuat Ara terbeku.
"Bener ya tapi kok Gista ga pernah cerita ya, malah kayanya dia cerita keluarga lu sama Rafi tuh Deket banget."
"Umm, kok lu bisa tau?"
"Ga sengaja liat aja ekspresi mama Rafi tadi."
"Ohh, ehh- gw duluan ya taksinya udah dateng. Thanks makan malemnya." Ara tersenyum manis lalu bangun dari duduknya.
"seenggaknya gw anterin ke depan ya." Arlan pun ikut bangun dan Ara pun mau tidak mau mengangguk setuju.
"Om Tante, mi pi aku pulang duluan ya."
"Loh Ra ga dianter Rafi?" Ucap papa Rafi.
"Nggak om"
"Ihh kok gitu Raa, Fi cepet anterin."Gista pun menatap Rafi dan Rafi hanya mengalihkan pandangan acuh.
"Iya Ra udah malem loh ini." Lanjut mami Gista.
"Gausah mi aku udah pesen taksi." Balas Ara tersenyum.
"Batalin aja atau kalo ga mau sama Rafi ama Arlan aja, atau mau dianter papi sekalian kita pulang ya kan mi?." Papi Gista ikut bicara dan meminta persetujuan kami Gista.
"Iya Ra."
"Aduh gausah mi pi rumah kita kan jauhan. Udah Ara pulang sendiri supir taksi nya aman kok mi." Ara tersenyum.
"yaudah Ara duluan ya mi, pi, om tante."
"duluan Gista." lanjutnya sambil melambaikan tangan ke Gista. Arlan dan Ara pun meninggalkan taman.