Chereads / Aira : begins with a smile / Chapter 23 - Friendship (2)

Chapter 23 - Friendship (2)

Ara dan Gista memasuki rumah Ara sambil bergandengan tangan.

"Loh tante sama om ga ada?" Gista binggung melihat rumah yang sepi.

"Iya lagi ada urusan."

"Kok ga bilang, tau gitu aku ikut dari tadi."

"Ga inget."

"Dasar kamu kalo ga ada orang dirumah bilang aja ke akuu nanti aku temenin atau ga kamu nginep aja dirumah akuu Ra."

"Iya nanti bilang."

"Bener ya!"

"Iya bawel."

Merekapun memasuki kamar Ara lalu Gista pun langsung menghempaskan badannya ke kasur.

"Ga mau mandi dulu?" Ara menaruh tasnya dan duduk di sofa.

"Kamu duluan aja aku masih cape." Gista mencari posisi yang nyaman dan memejamkan matanya.

"Yaudah." Ara pun pergi duluan ke kamar mandi.

Gista membuka matanya lagi lalu meraih hp nya yang dia taruh di nakas. Lalu nada dering tanda panggilan masuk terdengar.

"Halo?"

"Lu nginep dirumah Ara?" Tanya orang diseberang sana.

"Iyaa, kenapa?" Gista mengubah posisinya jadi duduk.

"Mau gw gojekin makanan?"

"Apa nih tumben banget, pasti gara-gara Ara."

"Yaudah kalo ga mau."

"Ihh jangan gituu."

"Araaa aku mau pesen makanan, kamu mau apaa?" Ucap Gista berteriak.

"Cheesecake sama eskrim." Balas Ara dengan teriakan juga.

"Makanan beratnya." Ucap orang diseberang.

"Makanan beratnya Ra." Gista mendengus sebal tapi tetap menanyakannya.

"Aku masih kenyang." Ucap Ara keluar dari kamar mandi sambil mengusap wajahnya dengan handuk.

"Tuh denger kan. Kalo aku pizza Frankfurter bbq extra keju mozzarella biar Ara bisa makan juga sama choco puff minumnya blue ocean 2 satunya buat Ara."

"Alesan pake nama Ara." Ucap orang diseberang sana.

"Ihh kalo ga ikhlas gausah. Aku minta Rafi aja."

"Canda yaudah itu aja kan tunggu ya."

"Makasih Arlan." Ara yang dari tadi sudah mendekat ke Gista pun berbicara ke teleponnya.

"Ehh-." Arlan terkaget mendengar suara Ara yang tiba-tiba.

Gista terkekeh pelan lalu menyalakan speaker nya.

"Sama-sama Ra, yaudah ya gw pesenin dulu makanannya."

"Eyaaa." Ucap Gista melencengkan kata iya dan langsung menutup telepon nya agar tidak diamuk.

"kok kamu tau itu Arlan?"

"Aku kira awalnya Rafi tapi kamu bilang kalo ga mau kamu bakal minta ke Rafi, ya berarti itu Arlan. Emang siapa lagi yang deket sama kamu." Ucap Ara dan menduduki dirinya di sofa.

"Iya juga ya."

"Udah sana kamu mandi, bau." Ucap Ara sambil pura-pura menutup hidungnya.

"Enak aja ga bau tau." Gista pun bangun dari duduknya.

"Bajunya ditempat biasa ya, udah di laundry kok." Ucap Ara sambil pindah ke sofa dan memejamkan matanya.

"Okayy." Gista pun mengambil baju di lemari sebelah Ara yang isinya baju-baju milik dia yang sengaja dia taruh di rumah Ara. Setelah mengambil baju Gista pun langsung masuk ke kamar mandi.

Setelah lumayan lama waktu berlalu Ara yang sedang asik memejamkan matanya terganggu karna mendengar suara bel berbunyi.

"Udah nyampe kah pesanannya, cepet banget." Ara pun keluar dari kamar dan berjalan menuruni tangga untuk mengambil pesanannya. Setelah membuka pintu Ara melihat orang yang familiar di depan gerbang.

"Loh kok lu yang nganterin lan." Ara menyeritkan dahinya karna melihat Arlan dihadapannya.

"Sekalian aja nyari angin."

"Yaampun, mau masuk dulu?"

"Ehh- gausah udah malem gaenak. Nih." Arlan pun semua makanan yang dipesan Gista dan Ara tadi.

"Okayy makasih yaa, maaf ya jadi ngerepotin padahal hari ini ulang tahun lu."

"Ga papa elah gw yang mau kok."

"Yaudah gw balik ya." Lanjutnya sambil melangkah pergi lalu memasuki mobilnya.

"Hati-hati ya lan." Ara melambaikan tangannya diiringi tersenyum tipis.

Setelah Arlan tidak terlihat dari pandangannya lagi Ara pun memasuki rumah dan menuju kamarnya lagi. Terlihat Gista yang sedang tiduran sambil menerima panggilan telepon dari seseorang.

"Rafi?" Ucap Ara pelan saat Gista menoleh ke arah Ara, Gista mengangguk mengiyakan.

"Udah dulu ya Fi, aku mau makan. Bye goodnight to" Gista pun menutup telepon nya. Ara yang mendengarnya hanya memutar bola matanya malas.

"iriya makanya cari pacar."

"Geli iya." Dan merekapun saling terkekeh. Ara duduk disofa dan langsung membuka semua makanannya. Gista bangun dari tidurnya dan duduk di sebelah Ara lalu langsung menyantap sepotong pizzanya.

"kamu beneran ga papa ra?" Gista membuka pembicaraan dan menyenderkan kepalanya ke bahu Ara.

"Ga papa kok. Gausah dipikirin."

"Tapi aku rada ga enak sih ngancurin ngedate nya Nazla."

"Gapapa kok pasti Nazla juga ngerti, apalagi pacarnya Nazla kak Vero. Pasti kak Vero ga bakal asal milih ciwi."

"Iya sih."

"Tapi Ra apa rasa takut masih kerasa banget?"

"Emm- ga terlalu kaya dulu sih cuma gemetaran aja yang susah banget diilangin."

Gitu ya, oh iya trus cowo yang nganter kamu itu orang yang kamu suka?"

"Ehh- ga kok ngasal aja kamu kalo ngomong."

"Masaa."

"Iyaa gistaa."

"Boong ah."

"Benerr."

"Ga papa kali Ra kalo beneran suka atau kamu sukanya sama Arlan?"

"Yaampun kamu orang ke-empat yang bilang kaya gitu. Emang aku keliatan suka ya sama Arlan?"

"Ga sih, aku kan nanya buat mastiin."

"Ga kok ga suka."

"Tapi kenapa? Arlan kan ganteng baik juga perhatian lagi."

"Entah kalo pun suka, buat pacaran tuh masih agak susah buat aku."

"Aduhh si Arif itu brengsek banget sih coba pas kamu di sakitin kita udah kenal. Aku bakal pitek-pitek itu semua tulangnya."

"Pfft ga papa kok itu udah dilakuin sana Rafi."

"Tapi aku masih belum puass." Gista memasang wajah sebal sambil terus memasukan makanan kemulutnya. Ara yang melihatnya pun hanya bisa terkekeh pelan dan melanjutkan makannya.

Mereka pun melanjutkan obrolan sambil menghabiskan makanannya dan setelah selesai mereka gosok gigi lalu lanjut berbaring di kasur.

"Abis uts nanti mau main?" Tanya Gista.

"Harus ga sih tahun baru masa di rumah."

"Enaknya kemana ya?"

"Keluar kota sih yang pasti. Jakarta udah ngebosenin."

"Betul kayanya ajak anak skavo bakal seru ga sih?"

"Iyaa bener pasti seru banget."

"Tapi masa ciwinya cuma kita berdua-" Gista mengubah posisi tidurnya dari menghadap langit-langit kamar menjadi mengahadap ke Ara.

"Karna kak vero anak skavo, temen aku Nazla pasti ikut. Kalo ngajak temen aku yang lain ga papa? Lagian kamu kok tertutup banget sih masa di sekolah ga ada temen deket."

"Males, banyak orang munafik. Kamu aja udah cukup Ra."

"Aduh kalo kamu cowo trus ngomong kaya gitu kayanya aku udah jatuh cinta deh."

"Apa aku berubah jadi cowo aja?" Ucap Gista polos.

"Jangan dong masa kamu nge bl sama Rafi."

"Yaampun oh iyaa haha."

"Dasar aneh."

"Yaudah ga papa ajak temen kamu aja biar lumayan rame ciwinya. Gimana kalo ke vila aja?"

"Boleh. Okay nanti aku kabarin."

"Yaudah tidur-tidur udah malem." Lanjut Ara. Gista pun mengangguk dan mencari posisi yang enak, sedangkan Ara yang belum mengantuk karna di taksi sempat tidur pun memilih memainkan hpnya.