Chereads / Aira : begins with a smile / Chapter 22 - Friendship

Chapter 22 - Friendship

Ara berjalan beriringan dengan Arlan dengan suasana hening. Setelah keluar gerbang terlihat taksi yang sudah terparkir menunggu Ara.

"Beneran ga mau dianter?" Ucap Arlan memastikan sambil membukakan pintu taksi untuk Ara.

"Gausah kan lu yang punya acara lan." Ara tersenyum tipis lalu memasuki taksinya.

"Thanks ya udah mau dateng, kue sama kadonya." Arlan tersenyum dan menutup pintu taksi lalu berdiri sampai taksi tidak terlihat di matanya.

[Disisi lain]

Beberapa menit setelah Ara pergi, Rafi duduk dengan muka datar sedangkan orang tua Rafi dan Gista masih asik mengobrol, Gista yang paham dengan sikap Arlan pun bangun dari duduknya.

"Mi pi ma pah Gista pulang duluan ya, Fi ayo anter aku."

"Loh buru-buru banget sayang." Ucap mama Rafi terlihat binggung.

"Aku rada ngantuk ma gapapa kan aku pulang duluan." Gista menarik tangan Arlan agar bangun dari duduknya.

"Iya ga papa kok, kita juga ikut pulang gimana. Kayanya udah malem juga."

"Ehh kalian tunggu Arlan dulu aja masa Arlan belum dateng kesini udah ditinggal."

"Ohh iya yaudah sana, pelan-pelan ya bawa mobilnya fi." Mami Gista yang mengerti maksud anaknya pun tersenyum. Gista pun tersenyum senang ke arah mamanya dan menarik Rafi untuk meninggalkan rumah Arlan.

"Loh lu berdua mau balik?" Tanya Arlan saat berpapasan dengan Arlan dan Gista di depan pintu.

"Iyaa aku duluan yaa, maaf ga bisa sampe malem." Gista berbicara tanpa menghentikan jalannya dan masih dengan menarik Rafi. Rafi yang ditarik hanya pasrah dan masih dengan wajah datarnya.

Arlan yang mengerti maksud Gista tersenyum tipis.

Rafi membukakan pintu untuk Gista lalu pergi ke sisi lain untuk menyetir. Rafi pun mengemudikan mobilnya keluar dari pekarangan rumah Arlan tapi ketika akan berbelok ke arah kiri yang menuju rumah Gista.

"Ke kanan." Ucap Gista.

"Mau kemana?" Arlan memberhentikan mobilnya.

"Kamu kan khawatir sama Ara."

"Gausah, dia bilang mau pulang sendiri." Arlan pun menjalankan mobilnya ke arah kiri. Suasana hening sejenak.

"Tadi ada sesuatu kan?"

"Ga ada apa-apa."

"Tapi pas Dateng kamu langsung meluk Ara kalo ga ada apa-apa pasti ga gitu." Gista menundukkan kepalanya dan berbicara dengan nada rendah.

"Kalo kamu emang khawatir kenapa harus ditutup-tutupin." Lanjutnya.

"Cemburu?"

"Bukann. Aku juga khawatir tau, emang kamu fikir aku siapanya Ara sih? Aku kan juga sahabatnya Ara. Lagian aku tau kok kalian ga bakal main dibelakang aku."

"Makasih." Arlan memberhentikan mobilnya dipinggir jalan lalu memeluk Gista lembut.

"Makasih udah ngerti in aku sama Ara." Lanjutnya dengan tutur lembut.

"Yaudah cepetan jalanin mobilnya." Gista melepaskan pelukan Arlan dengan wajah merah karna malu. Arlan pun terkekeh pelan melihatnya lalu menjalankan mobilnya menuju rumah Ara.

[Kembali ke Ara]

Ara menyandarkan kepalanya ke jendela lalu menghela nafas pelan.

"Sebenernya apa yang salah ya dari gw. Dulu emang ga sebaik itu sih tapi ramah aja gitu jadi ga kerasa, beda sama yang sekarang kaya ada sesuatu yang ga disukain dari gw. Kayaknya pas abis pindah komplek ga sih."

"Ahh tau ah pusing." Ara pun memejamkan matanya karna merasa lelah dan lama-kelamaan terlelap.

Setelah melalui perjalanan cukup lama karna macet, taksi yang ditumpangi Ara pun sampai di depan rumah Ara. Ara yang merasa mobil yang ditumpanginya jadi tenang pun membuka matanya pelan.

"Udah sampe mba, baru mau saya bangunin." Ucap supir taksi.

"Iya pak yaudah makasih ya pak." Ara pun keluar dari taksi dengan senyum tipis. Lalu taksi pun meninggalkan rumah Ara. Ara memasuki rumah dengan mata yang sedikit tertutup dan mulut yang sesekali menguap.

[Mobil Rafi]

"Oh iya aku khawatir karna tadi panic attack Ara kambuh." Ucap Rafi membuka pembicaraan.

"Ehh yaampun kok kamu bisa tau?" Gista menoleh kaget kearah Rafi.

"Ohh iya tadi Ara nemuin temennya ngedate, yaampun kok aku bisa lupa. Aku ga peka bgt." Gista tertunduk menyesal tidak ingat dengan trauma Ara.

"Sahabat macem apa aku." Gista terisak pelan.

"Ga papa, bukan salah kamu kok lagian tadi dia ketemunya sama Vero jadi tenang aja." Arlan menggunakan sebelah tangannya untuk mengusap pelan kepala Gista dan sebelah lagi untuk menyetir mobil.

Tidak beberapa lama mobil yang Rafi dan Gista tumpangi pun sampai di rumah Ara. Karna waktunya tidak jauh berbeda dengan sampainya Ara. Ara yang sedang menutup pintu pun menyeritkan dahinya melihat mobil yang dikenalnya yang seharusnya masih di rumah Arlan sekarang berada di depan rumahnya. Ara pun mengurungkan menutup pintu dan berjalan ke gebang lalu membukanya. Mobil Rafi pun memasuki rumah Ara. Rafi pun keluar dari mobil lebih dulu.

"Ckck batu." Ara menggeleng melihat Rafi. Rafi acuh dan berjalan ke pintu diseberang tempat duduknya.

Rafi hendak membukakan pintu untuk Gista tetapi Gista membuka pintunya sendiri dan langsung berhambur ke pelukan Ara.

"Kenapa nih? Wah lu ngapain anak orang Fi?" Ara membalas pelukan Gista lalu melotot ke arah Rafi sedangkan Rafi masih dengan wajah datarnya.

"Maafin aku ya Ara." Gista terisak dipeluk Ara.

"Hah? Maaf kenapa emang kamu punya salah apa sama aku?" Ara binggung sambil mengusap punggung Gista menenangkan.

"Tapi tadi aku nyambut kamu sambil ngegodain kamu padahal tadi kamu abis date. yaampun aku sahabat macam apa hiks."

"Tapi kamu ga papa kan?" Gista menunduk ke Ara dan menatap Ara dengan tatapan sedih.

"Yaampun apasih aku ga papa kok lagian tadi kan aku udah bilang kalo pacarnya temen aku itu kak Vero." Ara terkekeh pelan sambil mencubit pipi Gista karna gemas.

"Beneran?"

"Iyaaa." Ara pun makin mengencangkan cubitannya.

"Ihh sakit tauu." Gista melepaskan cubitan Ara dan mengerucutkan bibirnya sebal.

Ara terkekeh melihatnya, Rafi pun tersenyum tipis melihat keadaan yang baik-baik saja.

"Apa lu senyum-senyum." Ara menatap sinis ke arah Rafi. Rafi yang tadinya memasang senyum tipis langsung merubah wajahnya ke mode datar lagi.

"Kamu mau pulang atau nginep gis?" Ucap Rafi mengabaikan Ara.

"Umm Aku nginep aja deh. Ga papa kan raa?"

"Ga papa dong. Apa yang ga buat Gista." Ara tersenyum manis ke arah Gista.

"Yaudah aku balik ya. Jangan takut sama setan ya kan pawangnya ada disebelah kamu." Rafi mengusap kepala Gista lembut lalu menoleh ke arah Ara dan menyentil dahinya.

"Lucknut banget, kalo gw setan berarti lu iblisnya dong." Ara mengusap dahinya sambil mendelik ke arah Rafi. Rafi hanya mengangkat bahu acuh lalu berjalan memasuki mobilnya.

"Ga sopan." Ucap Ara sedikit berteriak tapi senyum tipis tercetak di wajahnya. Gista yang melihatnya ikut tersenyum.

"Hati-hati Fi." Gista melambaikan tangannya Rafi pun mengklason tanda sebagai tanda balasan.