Sudah dua malam lebih Julie menghabiskan waktunya membaca buku yang sangat membingungkan dan membosankan. Dia meminjam buku Nyonya Derlina selama dua hari untuk keperluan risetnya. Riset? Julie berniat mencari tahu makhluk aneh yang selalu datang tiba-tiba. Seperti manusia tetapi memiliki sayap putih. Wajahnya sangat persis dengan manusia dari ujung kepala sampai ujung kaki.
"Nona Julie, kamu tertarik membaca buku tidak berguna seperti itu?" pekik Bibi Lala menghampiri meja Julie. Sontak perempuan itu mendongakan kepalanya menatap Bibi Lala yang sudah berdiri di depannya.
"Aku tanya, kamu suka buku itu?" sambung Bibi Lala sambil menatap Julie dengan ekspresi bingung.
"Tidak juga, tetapi semalam aku menemukannya di sudut rak buku," jawan Julie seadanya. Dia lalu menerima daftar nama-nama pelangan yang menunggak buku bulan ini.
"Coba kamu tanya Tuan Alexsander untuk mengembalikan buku yang di pinjamnya. Dia selalu meminjam buku yang sama dan selalu telat!" protes Bibi Lala sambil berjalan menuju tempatnya. Julie hanya mengangguk sambil membaca daftar nama yang tertera di lembaran itu.
"Tuan Alexsander, judul buku adalah dewa-dewi Yunani kuno?" baca Julie. Dahinya meyergit membaca nama Alexsander di kertas itu.
"Dia selalu meminjam buku yang sama tetapi selalu telat untuk membayarnya. Apakah dia pikir ini perpustakaan pribadinya?" celetus Bibi Lala lagi. Perempuan paruh baya itu sudah sangat kesal dengan kelakukan Tuan Alexsander.
"Mengapa dia meminjam buku yang sama?" tanya Julie bingung. Dias ama sekali tidak mengerti hal ini. Bibi Lala hanya menggelengkan kepala pertanda tidak tahu. Julie menghela nafas panjang sambil menatap bacaanya yang terakhir.
Bekerja di perpustakaan Nyonya Derlina cukup mudah, dia hanya duduk dan menerima pelangan yang akan mengembalikan buku. Tetapi karena hari ini adalah weekday jadi dia pelangan yang datang hanya beberapa orang.
Saat weekend, pelangan perpustakaan Newton akan di serbu. Buku di perpustakaan Newton cukup banyak dan lengkap. Bibi Derlina menyediakan semua genre dan buku majalah untuk di baca tetapi bangunan yang di sewanya sama seklai tidak terawat.
Perpustakaan Newton lebih tepatnya seperti bangunan tua dengan desain arsitektur Eropa klasik dan di samping kiri kanannya terdapat patung. Nyonya Derlina membeli bangunan tua itu karena biayanya yang sangat murah. Nyonya Derlina hanya memperbaiki pintu masuk dan mencat ulang temboknya.
Perpustakaan Newton hampir mengalami kerugian akibat beberapa pelangan yang menghilangkan buku dan menunggak pembayaran. Sehingga Julie di tempatkan di perpustakaan ini untuk memperbaiki sistem manajemen.
"Permisi Nona!" sahut suara itu.
"Tuan Alexsan?" seru Julie, matanya terbelalak melihat lelaki itu sudah berdiri di depannya dengan senyum ramah terbingkai di bibirnya.
"Maaf Nona manis, nama aku Alexsander," cetusnya lagi. Julie selalu salah menyebut namanya jika berhadapan dengan Tuan Alexsander. Aura gelap pria tua itu jelas terasa jika dia mendekati Julie.
"Boleh aku meminjam buku yang kamu baca?" ucapnya lagi namun sedikit hati-hati. Julie menatap buku yang di bawah pria tua itu. Covernya hampir sama hanya berbeda judul.
"Buat apa?" tanya Julie bingung.
"Aku sedang membacanya!" sambungnya dengan nada ketus. Tuan Alexsander hanya tersenyum misterius sembari memukul tongkatnya di lantai.
"Tuan Alexsander, anda selalu telat membawah buku!" teriak Bibi Lala dari ujung saja. Tuan Alexsander menatap wajah Bibi Lala lalu tersenyum penuh kebencian.
"Aku akan membayar semuanya!" sahutnya tanpa berkedip sedikit pun memandangi Bibi Lala. Wajahnya kemudian beralih menatap Julie yang sedang memandangnya dengan ekspresi bingung dan terheran.
"Aku ingin meminjam buku seri kedua!" ucapnya sambil menunjukan angka satu di cover buku yang berada di tangannya.
"Aku tidak tahu bahwa ini seri ke dua," seru Julie. Tuan Alexsander menghembuskan nafas pelan sembari berjalan menjauhi Julie.
"Bacalah sebelum aku meminjamnya lagi!" sahutnya dan menghilang dari balik pintu. Bibi Lala yang menatapnya bersiap menyemburkan sumpah serapah kepada lelaki tua itu.
"Lihat kan Julie, dia sangat aneh!"
"Dasar gila!" umpat Bibi Lala.
Julie menyadari bahwa kerugian di tanggung perpustakaan ini akan berakibat dari gaji karyawannya tetapi Julie tidak terlalu memikirkan itu. Duduk dan menikmati bacaan saja sudah membuatnya sangat Bahagia di tambah dia mendapatkan makanan dan minuman setiap hari.
"Aku merasa dia sama gilanya dengan ilmuan yang bunuh diri itu!" sambung Bibi Lala.
"Ilmuan yang bunuh diri?"
"Tuan Smith?" batin Julie. Hampir saja dia lupa bertanya mengenai kasus bunuh diri yang dilakukan Tuan Smith dua hari lalu. Sepulang dari perpustakaan, Julie berniat menghampiri Helen dan bertanya lagi.
"Tapi…"
"Lelaki tua itu mengincar buku ini?"
"Buku mengenai alam lain di dunia?" batin Julie.
"Ada apa?" gumamnya.
Julie bergegas menyimpan buku-buku yang dibawah pelangannya hari ini. Tidak lupa dia membersihkan tiap sudut ruangan sebelum pulang. Seperti biasa, Bibi Lala akan pulang lebih awal dan meninggalkan Julie sendiri. Dia akan sangat setia menyimpan makan malam di meja Julie sebagai tip tambahan atas kesedian perempuan itu menjaga perpustakaan sampai larut malam. Buku bercover hijau lumut belum selesai di baca Julie. Seri pertama ada di Tuan Alexsander dan yang dibawahnya adalah seri kedua.
Julie kemudian mengecek daftar buku pinjaman Tuan Alexsander selama ini. Jika ini seri ke dua berarti dia sudah sangat lama memegang seri pertama. Mata Julie terbelalak melihat daftar buku itu. Tuan Alexsander hanya meminjam satu judul buku dan selalu di perpanjang selama setahun ini.
"Sangat aneh!" batin Julie. Buku yang di bawa dari rumah Tuan Smith sudah dia kembalikan ke tempat semula jadi makhluk aneh itu tidak mungkin mengikutinya. Tetapi ketiga buku itu saling bersambung. Ada benang merah yang saling terikat diantara keduanya. Bedanya, buku Tuan Smith hanya bercerita mengenai perjalanan kasihnya dengan Rubi.
Julie bergegas kembali ke rumah dan melupakan semua masalah yang terjadi hari ini. Dia benar-benar bisa tua jika selalu mengingat kejadian ini.
"Halo, Helen?" Julie menyambungkan telepon dengan sahabatnya itu.
"Ia?"
"Ada apa?" sahut Julie. Suara Helen sangat serak dan lemas.
"Kamu sakit?"
"Tidak?" jawab Helen segera.
"Aku ingin ke rumahmu sekarang, bisa?" tanya Julie. Helen terdiam sejenak, hanya deru nafas yang terdengar dari sambungan telepon itu.
"Aku lagi sakit Julie, besok pagi saja. Bisa?"
"Oke, aku mau melihat koran yang menceritakan kematian Tuan Smith. Aku sangat oenasaran. Bisa kamu bantu aku?" jelas Julie lagi. Dia sangat menunggu jawaban Helen sekarang.
"Aku akan membantumu jika itu bukan mengenai Haris," serunya kemudian.
"Oke!" jawab Julie menyetujui, Jeana menghela nafas panjang. Dia agak ragu tetapi dia harus yakin dengan kata-katanya ini.
"Aku akan tidak menyebut nama Haris lagi dengan Tuan Smith, aku janji kepadamu!" tegasnya.
Bersambung…