Chereads / The Royals : The Princes Were Villains / Chapter 4 - Rivals turn into coalitions

Chapter 4 - Rivals turn into coalitions

Malam ketika Kayari dan Jeremiah bersenggama di atas kasur, keduanya saling mengorek info satu sama lain. Sayangnya Kayari benar-benar dalam keadaan mabuk, sementara Jeremiah memastikan semuanya terekam di dalam kepala. Semua yang ingin dia ketahui termasuk rencana kelicikan Kayari yang tidak peduli terhadap Royce sekali pun. dia hanya ingin menjadi ratu. Dan sialnya hal itu digunakan Jeremiah pada saat seperti ini. Sebagai senjata untuk melawan Kayari dan Royce sekaligus.

Royce terkesiap. Menelan salivanya. Fakta baru yang terungkap. Untuk beberapa saat dia terdiam, namun detik berikutnya tidak pula merasa asing lagi. Kayari ingin menjadi ratu dengan melakukan apa pun, sementara dia ada di dalam rencana Kayari. Mungkin yang cukup mengejutkan adalah bagaimana itu dituturkan oleh Jeremiah, seolah pria di depannya lebih tahu tentang Kayari daripada dirinya sendiri. Sementara dia adalah orang bodoh yang tidak tahu apa-apa. Royce membenci perasaan itu.

Rasanya ingin berteriak, tetapi hanya berakhir Kayari menggeram dan mencaci-maki Jeremiah Reign dalam hati. Berpikir apakah wajah tampan itu bisa dia buat menjadi perkedel dengan kaki atau tangannya. Tapi sayangnya dia baru saja melakukan manicure dan pedicure. Kuku-kuku cantiknya akan rusak hanya untuk Jeremiah sialan yang menurutnya sama sekali tidak penting.

Melihat reaksi yang diberikan oleh Royce dan Kayari dalam diam, Jeremiah Reign merasa puas sekali. Semuanya menjadi jelas kalau mereka bertiga adalah rival.

Kembali berpikir atas apa yang Jeremiah katakan, Royce sudah mengetahui Kayari dengan jelas. Bukankah seharusnya dia sudah terbiasa akan hal itu? Dan lagi, ada banyak sisi Kayari yang tidak ditunjukkan dan diketahui orang lain. Sisi yang hanya Royce tahu, sebab dia tumbuh di dekat wanita itu.

Mengedikkan bahu dengan santai, Royce kerap memanggil Kayari si penyihir jahat. Jadi hal seperti ini tak lagi mengejutkannya. "Siapa yang tidak tahu kalau penyihir ini akan berbuat seperti itu? Bukankah sudah rahasia umum kalau tuan putri Kayari Manayaka itu akan melakukan apapun untuk menjadi ratu? Dia gila kekuasaan. Persis seperti kita." tukasnya membuka suara pada akhirnya.

Jawaban Royce membuat Kayari dan Jeremiah terkesiap. Mereka berdua sama-sama sadar walaupun tidak perlu dikatakan dengan jelas, tetapi tahu kalau Royce membela Kayari.

"Jadi—Pangeran Reign. Lebih baik kau menjelaskan langsung apa maksudmu mengumpulkan aku dan Pangeran Royce Manayaka. Sungguh tak mungkin hanya ingin mendeklarkan bahwa aku berniat mengkhianati Royce."

Menganggukan kepalanya sambil terkekeh, Royce bertepuk tangan puas. "Sumpah, Putri Manayaka, kau benar-benar cerdas. Baik. Baik. Jadi begini…, kita memang saling bersaing, tapi di luar kita lebih membahayakan. Sebelum salah satu dari kita menjadi raja atau ratu, bisa-bisa kita sudah hancur terlebih dahulu.

Kau mengerti maksudku kan? Selatan dan utara berniat menyatukan kekuasaan karena untuk memperkuat, dari lawan yang ingin menghancurkan. Merebut daerah kekuasan kita. Jadi sebelum itu mari kita saling bekerja sama menyingkirkan mereka. Membuat mereka di pihak kita. Saling melindungi kekuasaan kita sampai benar-benar aman bersamaan dengan menentukan siapa yang menguasai nantinya."

"Freenemy?" Hanya satu kata yang Royce ucapkan tapi cukup menjelaskan jawabannya. Dia tahu bagaimana bahaya posisi mereka.

Jeremiah mengangguk. "Jadi kau setuju?" Alih-alih memikirkan siapa yang akan mendapat kekuasaan penuh, memastikan dulu mereka akan tetap mendapatkannya.

Royce sebenarnya menganggap itu hal yang penting. Tapi bagaimanapun, bisa dibilang Kayari adalah pemikir yang baik saat seperti ini. Wanita itu memiliki strategi dan logika yang sangat baik. Pun dia menoleh meminta persetujuan.

Kayari mengedikan bahunya. "I'm in!"

Hari itu menjadi saksi pertemuan mereka di mana tiga orang yang sama-sama kuat dan licik saling bekerja sama, sekaligus saling menjatuhkan.

***

"Penentang monarki jelas adalah beberapa orang dibalik pemerintahan. Perdana menteri Atlas Ok dan asosiasinya yang paling berkeras." Jelas Royce menjabarkan salah satu musuh mereka.

"Menjunjung tinggi kesejahteraan rakyat adalah moto-nya. Promosinya. Padahal keinginan mereka juga mengeruk keuntungan sebanyak-banyaknya. Membayangkan undang-undang seperti apa yang akan disahkan nantinya. Hanya demi menguntungkan mereka. Untuk itu aku harus kerja keras sekali." keluh Jeremiah sambil menghela.

"Kau bagus dalam berpura-pura menjadi pangeran bijaksana. Sangat mencintai rakyat." sarkas Kayari mengakui kemampuan sekaligus menjatuhkan Jeremiah.

"Hei! Aku benar-benar mencintai rakyat lho. Aku ini pangeran yang baik!" bantah Jeremiah.

"Ya. Ya. Ya." Kayari tak ambil pusing dan membiarkan berlalau begitu saja.

"Pria Salah satu penerus perusahaan Ok, Archer Ok. Perusahaan industri terbesar di negara ini. Tentu dia cukup terganggu dengan sistem monarki. Membayar pajak yang besar juga untuk kerajaan selalu dikeluhkan pastinya. Jelas dia mendukung penghapusan monarki." jelas Jeremiah menjelaskan sambil memberikan majalah dengan tampang pria tampan muda di depannya.

Kayari melirik ke muka depan majalah tersebut dengan malas. Namun lama-kelamaan senyuman terlihat. Royce memandang muak bisa menebak sekali apa yang gadis itu pikirkan.

"Archer Ok—wow tampan juga." ujarnya tersenyum nakal.

Jeremiah melirik. "Tipemu?"

"Dia jago dalam merayu. Suruh saja jalang ini tidur dengan Archer—Auw sakit Kayari!"

Satu pukulan dengan siku melayang ke pinggang kurus Royce. "Sudah ku bilang makanya buat otot di tubuhmu itu!"

Kayari memandang Jeremiah dan mengedikan bahu. "Biasa saja. Hanya dia mirip seseorang. Mantanku. Luciel Ok, dulunya seorang model. Sebelum—"

"Itu dia! Mereka satu keluarga!" seru Jeremiah.

Persis seperti yang diperkirakan Royce, dia menganggukkan kepalanya sambil melipat kedua tangan di dada. "Sudah ku bilang kan dia berguna kalau urusan begini—auw!" Kembali dipukul oleh Kayari.

"Diam kau berengsek!" kecam Kayari. Galak. Kadang Royce tidak mengerti mengapa Kayari hanya seperti ini padanya. Kalau di depan orang, dia benar-benar putri cantik tidak tersentuh yang terlihat sempurna juga elegan.

"Ya aku akan buat daftarnya," kata Jeremiah tidak menunggu lama.

"Aku dan Royce juga," kata Kayari langsung bergerak. Hendak membuat daftar orang-orang di pemerintahan yang melawan kerajaan. Melakukan propaganda, atau melihat peluang-peluang yang bisa mereka masuki.

Tangan Royce diangkat dengan wajah datar. Malas. "Bisakah kau saja?"

Seperti biasa. Kayari tahu Royce sebenarnya tidak suka mengurusi hal semacam ini. Memberikan senyuman manis yang malah mencurigakan, Kayari berkata, "tentu bisa. Tapi setiap kau membawa jalang ke kamarmu, aku akan nyalakan alarm kebakaran. Bagaimana?"

Royce menghela napas. "Baik-baik! Aku ikut." Kayari tidak terkalahkan.

"Ah ya dan satu lagi. Saingan terberat kerajaan kita. Kerajaan yang ingin memperluas kekuasaannya. Dan ya putri Manayaka, aku rasa kau pasti kenal. Mungkin ini adalah pria yang membuatmu membenci pria-bria wilayah barat.

—Pangeran Chatal Percival."

Royce langsung menoleh terkesiap ke arah Kayari, menyaksikan wanita itu membeku dengan rahang mengeras. Royce tahu jelas sedalam apa kebencian Kayari pada pangeran bermarga Percival itu.

[]