Chapter 3 - Offer

Kayari terkejut ketika pertama kali masuk ke ruangan yang menjadi tempat pertemuan. Bukan karena desain elegan mewah dibuat senyaman mungkin, dengan makanan dan minuman dengan harum teh semerbak. Bukan. Dia sudah biasa melihat yang seperti itu di kerajaannya. Tapi karena di salah satu bangku sudah duduk manis seorang pria yang tak lain adalah saudara tirinya sendiri.

— Royce Manayaka.

Sebenarnya mereka berdua sama-sama terkejut. Bertanya-tanya apa maksudnya. Jeremiah sengaja mengumpulkan mereka bertiga.

"Begini—kita punya tujuan sama. Menguasai kerajaan." ujar Jeremiah membuka pembicaran antar mereka bertiga.

"Ya, dan kau adalah yang paling harus disingkirkan," ujar Royce tanpa basa-basi seperti biasa. Langsung pada intinya. Ini adalah salah satu pesona Royce, membuat orang seakan enggan untuk melawannya. Sebab Royce membuat terintimidasi dengan menunjukkan keyakinan bahwa dia pasti menang. Tidak takut terhadap apa pun. Walaupun Kayari sendiri tahu bagaimana Royce sebenarnya.

Kayari menikmati ini. Melihat dua orang dengan kekuatan sama berhadapan. Sementara dia hanya perlu menunggu siapa yang jatuh terlebih dahulu. Sangat menyenangkan dan menarik.

"Kau yakin bisa menyingkirkanku? Aku yang paling berpeluang di sini," ujar Jeremiah. Dia mungkin adalah salah satu yang sama sekali tidak merasa terintimidasi sama sekali dengan Royce. Jeremiah memang terkenal cerdas dan Kayari tahu bahwa pria itu juga licik dengan cara yang spektakuler mengagumkan. Logikanya berjalan sangat baik, tahu bahwa dirinya memang kandidat paling disukai semua orang.

Mendengar apa yang dikatakan Jeremian, Royce terdiam. Kalau saja dia tidak berada dalam posisinya saat ini, mungkin masih ada peluang besar, sekalipun Jeremiah dielu-elukan sebagai penerus takhta yang paling mumpuni. Hal ini jelas karena bisa dibilang dirinya adalah anak dari istri kedua raja. Sementara Jeremiah punya reputasi lumayan bagus.

"Mungkin kau bisa menang karena menggunakan Kayari. Bekerja sama. Tapi bagaimana kalau aku bilang — Ayo menikah, Kayari Manayaka. Aku akan menjadikanmu ratu." Jeremiah melirik ke Kayari sambil tersenyum licik. Sebuah ancaman nyata untuk seorang Royce. Ada satu lagi orang gila yang hadir dalam hidup Kayari. Di luar nalar, sama seperti dirinya.

Royce sukses bungkam. Kayari juga membeku. Sama-sama terkejut. Namun Kayari tahu jelas kelicikan Jeremiah akibat kejadian malam itu. Mereka berdua bersenang-senang sampai berakhir di atas kasur. Ia tidak lagi menganggap Jeremiah malaikat sempurna seperti yang sering ia dengar dari orang-orang di luar sana.

Untuk Royce, ini luar biasa. Di luar sana, Jeremiah itu adalah sosok super sempurna dan bijaksana. Di depannya, tetap sempurna, tetapi dengan cara yang agak berbeda. Ia dapat melihat sisi sang adik, Kayari, dalam diri Jeremiah. Manipulatif. Ambisius.

"Aku tidak mau. Kau pikir aku percaya padamu, Pangeran Reign? Oh ayolah!" Kayari membuka suara. Sarkastik penuh diberikan untuk Jeremiah Reign.

Jeremiah tertawa puas sekali. Seperti pesakitan yang menemukan heroin dalam jumlah besar. Jelas membuat Kayari dan Royce geram. Pun dia buru-buru mengontrol diri. Berhenti tertawa karena sumpah, Kayari sangat menarik. Berawal ingin menjebak, menjadi ingin mengetahui lebih dalam, bukan hanya karena takhta, tetapi ada sesuatu lainnya yang membuat Jeremiah ingin menjadikan Kayari sebagai kesehariannya. Mungkin karena dia sendiri menyadari bahwa keduanya seperti cermin.

Ia dan Kayari berhadapan seperti pantulan cermin, sifat yang serupa sekalipun dengan eksekusi berbeda.

Menganggukkan kepala setelah kembali mengontrol diri, senyuman tersungging di bibir Jeremiah. Senyuman yang sulit diartikan. "Kau benar. Persis seperti yang kau katakan malam itu. Kau tidak akan mempercayai siapapun," ujar Jeremiah kembali membawa ingatan akan adegan seks malam mereka yang berusaha Kayari lupakan.

Tidak mau kalah, Kayari mengirim serangan balik. Menyajikan fakta yang tidak pernah akan dipikirkan siapa pun. "Ya. Aku lebih baik menikah dengan Royce," kata Kayari. Royce sendiri agak terkejut ketika adiknya mengatakannya. Jelas karena rencana itu menjadi sesuatu yang paling gila mengingat mereka memiliki ikatan keluarga dan hubungan yang jauh dari kata baik.

***

Kayari memang cukup gila dengan rencana-rencananya. Bahkan dia tidak tagu sama sekali mengatakan dengan lantang di depan Jeremiah tentang dia dan Royce yang tidak masalah menikah asal dapat memiliki kekuasaan dan takhta daripada menerima tawaran Jeremiah yang jelas abu-abu.

"Aku lebih baik menikah dengan Royce," kata Kayari. Royce sendiri agak terkejut ketika adiknya mengatakannya. Jelas karena rencana itu menjadi sesuatu yang paling gila mengingat mereka memiliki ikatan keluarga dan hubungan yang jauh dari kata baik.

"Benarkah?" tanya Jeremiah seakan ragu.

Menganggukkan kepala, Kayari mengerti alasan keraguan Jeremiah. Dia sendiri bukan tipikal wanita yang menginginkan pernikahan, kecuali untuk alasan yang paling tepat. "Ya. Bukan tentang kepercayaan, tapi setidaknya peluang lebih pasti. Aku percaya pada strategi dan peluang," jelas Kayari dengan pasti. Mempercayai Royce bukanlah yang dia pilih. Kayari tidak mempercayai siapa pun selain dirinya sendiri. Namun dia adalah seseorang yang berani bertaruh pada risiko dan peluang. Jika gagal, Kayari akan memiliki rencana yang lainnya.

Royce sedikit lega mendengar itu. Kayari tetaplah Kayari dan dia menyukai sifat adik tirinya yang itu.

Jeremiah kembali tertawa. Menjadikan ruangan ini seakan seperti tontonan sirkus dengan badut yang pura-pura bodoh sambil menunjukan poker face. "Bukan. Bukan kau maksudku, Kayari. Tapi Royce," katanya sambil memandang pria yang lebih tua dua tahun darinya.

Ketiganya lahir di tahun yang berbeda, Royce yang lebih tua, setelah itu Kayari dan yang terakhir adalah Jeremiah.

Dahi Royce berkerut bingung ketika mata Jeremiah langsung fokus menangkap sosoknya. "Apa kau benar mempercayai Putri Manayaka?" tanyanya dengan sengaja. Berusaha mengacaukan isi pikiran Royce. Dan lagi, menurut Jeremiah, harusnya Royce sadar kalau Kayari sangat licik.

Kayari bersumpah kalau Jeremiah adalah orang terberengsek saat ini. Menghancurkan semua rencananya. Strategi yang dia buat sedemikian rupa.

Terdiam beberapa saat dalam keheningan. Royce Berusaha mencerna kalimat itu sambil melirik Kayari yang sekarang rahangnya mengeras dan tangan mengepal. Royce kenal sekali Kayari sejak kecil. Dapat membaca dengan baik arti reaksi demi reaksi gadis itu. Sejujurnya dulu saat dia belum diketahui sebagai anak dari raja dan hanya menjadi buah hati dari seorang pelayan, dia sering sekali memandang diam-diam si tuan Putri kecil yang asik dengan dunia sendiri. Menggambar atau membaca. Diam di taman atau berlari-lari sambil meniup balon. Mungkin sekarang terdengar konyol dan terlalu picisan, tapi bisa dibilang, apa yang Kayari lakukan saat itu, selalu membuat senyuman di wajahnya.

Iya, dulu selagi gadis itu masih kecil dan sebelum semua kenyataan terungkap.

"Apa maksudmu? Ke arah mana pembicaraan ini?" tanya Royce langsung. Berhati-hati pada Jeremiah tanpa ingin membuat Kayari cemas.

"Begini—tuan putri cantik kita telah membuka semua yang ada di kepalanya saat bersamaku di atas kasur. Ya silakan memuji untuk ide cemerlangku sebelumnya. Jadi, dia sama sekali tak berniat mendukungmu atau siapapun. Untuknya hanya perlu menjadi ratu. Menguasai. Sekalipun itu jatuh pada tanganmu. Dia berniat menyingkirkanmu sesudahnya."

[]