"Kak Charles tidak penasaran dengan reaksi Asha nanti?" Michelle menoleh pada Charles yang mengemudi dengan tenang di sebelahnya. Mereka berdua sedang dalam perjalanan pulang sebab mama meminta mereka mengambil keperluan Andra dan keperluannya untuk menginap di rumah sakit.
Charles tersenyum sambil tetap fokus ke jalanan. Satu sisi dia senang dan lega karena Lala berhasil siuman setelah mengalami kondisi pasif dalam waktu yang lama. Ia juga senang karena setelah ini mungkin Asha akan ditendang keluar dari rumah. Tapi, entah kenapa Charles juga merasa sedih dan kecewa. Untuk sebuah alasan yang tidak bisa dia bagikan.
"Ya, dia akan segera pergi dari kehidupan kita. Mungkin dia harus kembali ke tempat yang seharusnya," balas Charles sambil menghentikan mobilnya sebab lampu lalu lintas berwarna merah.
"Kembali ke tempat yang seharusnya? Maksud kakak?" tanya Michelle penasaran.
"Ya, tentu saja kembali ke rumah sakit. Bukankah dia dokter. Menjadi nyonya rumah sangat tidak cocok untuknya. Dia tidak anggun, tidak memiliki citra elegan, tidak bisa berdandan. Kamu lihat sendiri, kan? Dia tidak bisa merawat dirinya sendiri sekalipun dia seorang dokter."
Michelle tertawa puas mendengar penjelasan Charles. Dia tidak menduga lelaki itu akan berkata selugas dan sejelas itu.
"Kak Charles ini benar-benar tidak ada sedikitpun memujinya. Semua yang kak Charles sebutkan memang benar-benar mencerminkan si Asha itu."
Charles ikut tertawa kecil, "Bukankah memang dia tidak pandai dalam mengurus rumah? Kamu tahu sendiri masakannya tidak enak. Dia tidak pintar mengurus pakaian. Dia juga tidak pandai berdandan. Sehari-hari penampilannya itu-itu saja. Sungguh tidak menarik. Tidak seperti Lala. Dia sempurna."
Michelle mengangguk setuju, "Iya. Kak Lala memang sempurna. Dia memiliki semua hal yang harus dimiliki seorang istri pemimpin perusahaan. Kharismanya, caranya berpakaian yang selalu bagus, dia pandai merawat diri juga berdandan. Dia juga sangat cocok denganku."
"Jadi dia kakak ipar kesukaanmu?"
Michelle pun tersenyum lebar dan mengangguk antusias. "Tentu saja. Dia adalah kesukaanku. Pokoknya aku akan menjaganya. Membantunya supaya lekas sembuh dan supaya ia bisa segera kembali ke rumah. Si Asha itu harus segera kita singkirkan dari rumah kita apapun yang terjadi."
"Kamu benar," sahut Charles menyetujui. "Aku juga tidak sabar ingin Lala segera pulang dan melihat wajah Asha itu kacau karena ternyata dia bukan istri satu-satunya Andra."
"Benar. Aku yakin dia akan sangat frustasi karena merasa dikhianati," tambah Michelle kemudian tertawa puas.
***
Charles dan Michelle tiba di rumah. Mereka turun dari mobil lantas masuk ke dalam rumah. Michelle meminta tolong supir untuk bersiap-siap mengantar barang ke rumah sakit. Perempuan muda itupun meminta bibik menyiapkan beberapa keperluan mama dan Andra yang akan menginap di rumah sakit.
Michelle dan Charles pergi ke ruang tengah. Menghempaskan diri di sana sambil melihat sekeliling mencari Asha. Istri Andra itu tidak mungkin pergi tanpa pamit. Mobilnya masih ada, dan ia pun masih dalam masa cuti bulan madu meskipun bulan madu mereka terbilang tidak berjalan baik.
Michelle dan Charles saling bertukar pandang seperti mengetahui apa maksud satu sama lain dengan pandangan mata saja. Michelle mengangkat bahunya ringan tanda ia tidak tahu keberadaan Asha.
Charles yang merasa haus pun beranjak. Ia pergi ke dapur untuk mengambil minum. Lelaki itu akhirnya menemukan Asha. Mendapati perempuan itu sedang menuang jus ke gelas.
"Di sini rupanya," ucap Charles cuek sambil mengambil air dingin di lemari pendingin.
Asha menoleh pada adik iparnya dan tersenyum, "Kamu sudah pulang rupanya. Mau makan? Atau kamu ingin jus juga?" tawar Asha.
Charles tersenyum miring sambil meminum air yang baru saja ia ambil. "Tidak perlu terlalu memedulikanku. Kamu nikmati saja sisa waktumu di rumah ini. Mungkin saja setelah ini kamu tidak akan bisa menikmati kedamaian di rumah kami."
Asha tersenyum saja. Ia tidak terlalu ambil pusing dengan apa yang Charles ucapkan. Adik iparnya itu memang tidak menyukainya. Dan Asha tidak ingin memaksakan keinginannya pada siapapun termasuk keluarganya saat ini. Mungkin Charles dan Michelle perlu waktu untuk menerimanya.
"Kak Charles lama sekali. Kakak bilang ingin mengambil minum saja," ucap Michelle yang menyusul Charles ke dapur.
Asha menoleh pada Michelle dan tersenyum padanya. "Hai, mau jus?" tawarnya.
Michelle tersenyum miring dan menggeleng, "Tidak terima kasih. Jangan terlalu berusaha baik pada kami. Kamu tidak akan berhasil."
"Berusaha baik? Aku hanya menawarkan jus," ucap Asha.
"Iya. Itu termasuk berusaha baik padaku. Dan aku tidak suka. Kamu nikmati saja sisa waktumu di rumah ini. Sebelum nanti Kak Lala pulang dan kamu ditendang dari sini."
Lala lagi. Siapa sebenarnya Lala itu? Asha jadi penasaran karena sama sekali tak ada petunjuk apa pun mengenai Lala.
"Maksud kamu apa? Ditendang? Siapa? Aku?" tanya Asha.
"Tentu saja. Kamu akan segera disingkirkan dari rumah ini setelah Kak Lala kembali. Jadi nikmati saja waktu yang bisa kamu habiskan di sini. Mungkin saja waktunya sudah tidak banyak. Silahkan menikmati waktumu menjadi nyonya muda di rumah ini," ujar Michelle yang berdiri menyadarkan bahunya di pintu dapur dengan tangan terlipat di dada.
"Kenapa aku perlu khawatir? Aku punya Andra. Dia suamiku," balas Asha berusaha tetap tenang.
Charles dan Michelle saling bertukar pandang kemudian tertawa mengejek.
"Andra? Kamu mengandalkannya?" tanya Charles meremehkan. "Sampai pada saatnya nanti, dia pasti tidak akan membantumu. Dia sudah pasti lebih memilih Lala. Dan kamu akan kembali ke rumah sakit kebanggaanmu itu. Tidur di sana dengan pasien-pasienmu. Oh, sungguh menyedihkan. Kamu pasti akan berakhir kesepian. Menyendiri. Kehilangan semua yang kamu miliki sekarang yang selalu kamu banggakan. Oh, dan satu lagi. Tentu kamu juga akan kehilangan mamaku. Mama pasti akan memilih Lala juga," ujar Charles dengan bangga dan mengejek Asha.
Lala lagi. Asha benar-benar tidak tahan dengan nama itu. Sebenarnya siapa dia? Kenapa hanya Asha di rumah itu yang sepertinya tidak mengetahui tentang perempuan itu?
"Jadi ini semua berkaitan dengan Lala itu? Apakah dia juga anggota keluarga ini? Kenapa aku sama sekali tidak mengenalnya? Aku tidak mengetahui tentangnya sama sekali."
Michelle tersenyum meremehkan, "Kamu bertanya mengenai Lala? Kamu yakin ingin tahu? Yakin tidak akan terkejut?"
Asha mengerutkan dahinya ragu. "Kenapa aku akan terkejut? Jika dia memang anggota keluarga, bukankah lebih baik jika aku mengenalnya?"
Michelle menoleh pada Charles seolah meminta persetujuan dari lelaki itu. Menjelaskan mengenai Lala bukan merupakan tanggungjawabnya. Itu adalah hak Andra sebab Andra yang membawa Asha ke rumah mereka.
"Kamu benar ingin tahu tentang Lala? Yakin tidak akan menyesal?" tanya Charles.
"Tentu saja. Kenapa aku harus menyesal? Bukankah lebih baik jika sesama saling terbuka. Dan lagi kenapa harus menyembunyikan tentang Lala dariku?" balas Asha.
Charles saling bertatapan dengan Michelle sebentar. Seolah memberikan isyarat pada Michelle untuk memberikan jawaban dari pertanyaan Asha. Michelle yang menangkap maksud Charles pun mengangguk kecil lantas menoleh pada Asha.
"Jadi, Lala itu adalah anggota keluarga kami. Dia adalah nyonya muda yang sesungguhnya di sini. Dia adalah istri Kak Andra. Istri Kak Andra yang sesungguhnya. Istri yang paling Kak Andra sayangi dan selama ini ia nantikan kehadirannya. Dan setelah Kak Lala datang nanti, kamu pasti akan disingkirkan. Lihat saja nanti," ujar Michelle.
[]