Chereads / Bukan Salah Istri Kedua / Chapter 29 - Bab 29 Kepulangan Lala

Chapter 29 - Bab 29 Kepulangan Lala

Rumah keluarga Andra sudah sangat sibuk sejak pagi. Banyak persiapan yang Michelle dan Charles lakukan. Mulai dari menghias ruang tengah sampai mempercantik sebuah kamar yang tak pernah Asha masuki yang terletak di sebelah kamar mertuanya.

Asha hanya mengamati sejenak kehebohan dan keseruan mereka menghias rumah tanpa ingin ikut membantu. Bukan karena tidak mau, lebih tepatnya karena mereka tidak ingin Asha membantu. Jangankan mengajak Asha turut serta merayakan kebahagiaan mereka, menyapa Asha pun mereka enggan. Hanya mama dan papa yang masih berkomunikasi dengan Asha. Itupun tidak seakrab dan sedekat dulu.

Asha keluar dari kamar yang ia tempat usai berganti pakaian. Ia baru saja menjalani shif malam dan baru pulang ketika papa mertuanya hendak berangkat ke kantor. Perempuan itu melihat di meja makan sudah tidak ada lagi sarapan. Dan ia pun memutuskan untuk memasak sendiri untuk dirinya.

Asha seperti merasa nelangsa. Sudah sejak Andra sibuk mengurus istri pertamanya, Asha tidak pernah lagi makan di meja makan yang sama dengan keluarga lainnya. Awalnya memang ia yang menghindar. Mama pun masih basa-basi mengajaknya sarapan bersama. Tapi Asha yang akhirnya mulai semakin enggan untuk bergabung. Bukan hanya karena ia masih sangat kecewa dengan keluarga itu. Tapi juga karena ia enggan untuk melihat wajah menyebalkan Charles dan Michelle yang tak pernah henti mengejeknya.

"Non, mau bibik buatkan sarapan?" tawar asisten rumah tangga yang bekerja di rumah itu.

Asha tersenyum pada wanita paruh baya yang bersikap ramah padanya. Asisten rumah tangga maupun pekerja lain yang ada di sana, masih memperlakukan Asha dengan baik. Mereka masih ramah dan membantu Asha dalam memenuhi kebutuhannya. Namun, Asha cukup tahu diri. Ia yang enggan untuk terlalu merepotkan. Sebagai seorang menantu yang rasanya hanya numpang tinggal di sana, Asha harus menjaga harga dirinya supaya keluarga itu masih memandangnya.

"Tidak perlu, Bik. Bibik membantu Charles dan Michelle saja menyelesaikan dekorasi. Saya rasa mereka lebih membutuhkan bantuan bibik," ucap Asha.

"Baik kalau begitu, Non. Nanti jika Non Asha memerlukan sesuatu, silahkan memanggil saya," ucap si bibik.

Asha pun mengangguk dan meneruskan kegiatannya memasak sarapan sederhana.

***

Andra dan Lala sudah selesai mengemasi barang. Keduanya duduk bersama di atas tempat tidur yang sebelumnya Lala gunakan. Perempuan itu sudah tampak lebih baik dan lebih segar dari sebelumnya. Lala sudah dinyatakan sembuh dan diperbolehkan pulang. Perempuan itu hanya diwajibkan untuk melakukan pemeriksaan rutin setiap minggu sesuai jadwal yang sudah mereka sepakati dengan dokter yang merawat Lala.

Tidak seperti Lala yang terlihat begitu bahagia karena sudah diperbolehkan pulang. Andra tampak lebih gelisah dari biasanya. Pikiran lelaki itu kacau. Ia belum menyiapkan diri untuk menghadapi situasi di rumah nanti. Terlebih karena Lala sudah boleh pulang dan Asha masih tinggal di rumah keluarga Andra.

Andra tidak sempat mengatur rencana lainnya. Ia terlalu fokus dengan proses penyembuhan Lala. Lelaki itu selama ini hanya memikirkan kesembuhan Lala dan mendampinginya tanpa memikirkan kemungkinan reaksi Lala apabila menemukan ada perempuan lain dengan status yang sama berada di rumah keluarganya. Lelaki itu kini bingung. Ia tidak tahu bagaimana harus menghadapi situasi ini selain jujur pada Lala nantinya.

"Sayang, kamu kenapa?" tanya Lala yang memeluk lengan Andra dengan manja kemudian menyandarkan kepalanya di bahu lelaki itu.

Andra menoleh pada Lala kemudian tersenyum dan mengusap lembut puncak kepala istrinya, "Aku kenapa? Aku tidak apa-apa. Hanya bosan saja karena harus menunggu dokter mengantarkan obat."

Lala balas tersenyum dan mengangguk setuju, "Aku juga bosan. Dokternya lama sekali. padahal aku sudah sangat ingin pulang. Aku rindu kasur empuk yang ada di kamar kita. Rindu Michelle dan Charles yang pasti akan ikut senang dengan kepulanganku."

Andra diam saja tidak memberikan jawaban. Ia sudah bisa membayangkan betapa bahagianya kedua saudaranya itu dengan kepulangan Lala. Yang menjadi beban pikirannya sekarang adalah bagaimana reaksi Asha dan Lala ketika bertemu nanti.

"Sayang, kamu sudah meminta bibik merapikan kamar kita, kan? Aku ingin langsung beristirahat nanti," ucap Lala.

"Sudah," sahut Andra. "Kamu tenang saja. Kita tinggal menunggu dokter kemudian kita bisa pulang. Mama pasti sudah menunggu kita di rumah," lanjut Andra.

***

Kembali ke rumah keluarga Andra. Di rumah, Bu Renata tampak ikut membantu penyambutan Lala yang akan segera tiba. Ia meletakkan beberapa kue di atas meja ruang tengah beserta minuman serta makanan kesukaan Lala. Bagaimanapun, perempuan itu menantunya juga. Dan Bu Renata merasa turut andil dalam keputusan Andra untuk menikah lagi. Kali ini, demi menunjukan perhatiannya yang tak berubah untuk Lala. Wanita itu dengan senang hati memasak masakan kesukaan menantunya bahkan secara khusus memesan kue kesukaan Lala di toko langganan keluarganya.

Wanita itu selesai meletakkan sepiring kue di atas meja ruang tengah. Ia lantas kembali ke dapur untuk mengambil beberapa piring kue lagi yang sudah dia siapkan. Di sana, ia dapati Asha sedang membuat nasi goreng. Wanita itu merasa miris. Hatinya terasa perih melihat Asha yang sekarang lebih kurus dari saat ia pertama kali datang. Asha kini jauh lebih diam. Perempuan itu juga lebih sering menyingkir dari keluarganya bahkan memilih mengasingkan diri di dalam kamar.

Bu Renata tidak menyalahkan sikap Asha. Perempuan itu tentu sangat kecewa. Apalagi setelah sebulan lebih ditinggal Andra tanpa sekalipun mendapat kabar dari suaminya sendiri. Bu Renata tahu akan hal itu sebab setiap Andra menelfon, lelaki itu selalu menanyakan tentang Asha. Dan ketika Bu Renata coba meminta Andra untuk mengirim pesan atau menelfon langsung ke ponsel Asha, Andra selalu menoleh. Anaknya itu bilang, ia malu pada Asha. Ia merasa sudah berbuat kesalahan yang besar dan ia tidak ingin membuat Asha semakin membencinya dengan mengganggu istrinya.

Bu Renata diam saja mengamati Asha. Perempuan itu kini sudah selesai masak dan sedang menuang masakannya ke piring. Tidak langsung memakan masakannya, Asha lebih dulu mencuci peralatan memasak yang ia gunakan kemudian mengembalikannya ke tempat semula. Asha telihat berhati-hati seperti takut merusak barang yang baru ia gunakan. Dan setelah menyelesaikan kegiatan mencucinya, perempuan itu mengambil piring berisi makanan buatannya dan duduk di tempat makan kecil di dapur yang biasa digunakan makan oleh asisten rumah tangga mereka.

"Sha, kamu bisa makan di ruang makan. Jangan di situ. Itu tempat makan asisten rumah tangga kita," ucap Bu Renata.

Asha hanya menoleh pada mertuanya lalu tersenyum tipis, "Tidak apa, Ma. Di sini pun sama saja. Saya pun lebih nyaman makan di sini," balasnya.

Bu Renata menghela nafas kemudian melanjutkan kegiatannya mengambil piring kue lalu ia bawa ke ruang tengah.

Tak lama setelah itu, terdengar suara riuh dari arah ruang tengah. Michelle dan Charles dengan heboh meledakkan balon hingga membuat konfeti beterbangan mengotori lantai. Mereka kemudian berpelukan dengan Lala yang rupanya sudah tiba.

Asha yang penasaran dengan keributan itu pun keluar dari dapur. Matanya menangkap peristiwa membahagiakan di rumah Andra itu dengan tatapan datar dan hampa. Saat tiba-tiba suasana menjadi tenang, Lala pun akhirnya bertemu pandangan dengan Asha. Keduanya sama-sama terdiam dan Lala mulai penasaran dengan kehadiran Asha di rumah keluarganya.

Lala menoleh pada suaminya yang berdiri di belakang. Perempuan itu mendapati suaminya sedang menatap Asha dengan tatapan bersalah. Seketika perasaan Lala kacau. Ia dekati Andra kemudian bertanya, "Kenapa dokter itu ada di sini?"

[]