Chereads / Bukan Salah Istri Kedua / Chapter 30 - Bab 30 Penjelasan

Chapter 30 - Bab 30 Penjelasan

"Kenapa dokter itu ada di sini?" tanya Lala dihadapan Andra. Perempuan itu dengan jelas menunjukan sikap cemburunya dan tanda tanya besar.

Keberadaan dokter yang pernah mereka temui di rumah sakit waktu itu, tentunya bukan sebuah kebetulan. Apalagi Lala dapati dokter itu berpakaian santai di rumah keluarga suaminya. Lala pun tidak pernah mendengar Andra menyinggung mengenai dokter itu. Dan setahu Lala, tidak ada satupun anggota keluarga besar Andra yang berprofesi sebagai dokter. Jadi kenapa dokter itu di sana?

"Sayang jawab! Kenapa dokter itu ada di sini? Dia dokter yang waktu itu kita tanpa sengaja bertemu di resepsionis, kan?" desak Lala tidak sabaran. Ia benar-benar dibuat penasaran sekaligus kesal sebab suaminya tidak menjawab pertanyaan yang ia ajukan.

Charles dan Michelle ikut diam melihat reaksi Lala. Keduanya menoleh pada Asha dan menatapnya penuh kebencian. Seolah Asha-lah yang menyebabkan masalah di rumah itu.

Asha sendiri masih diam. Ia berdiri di tempatnya tanpa beralih sedikitpun. Tiba-tiba ia bimbang dengan dirinya sendiri. Seolah memang ia pun salah karena berada di tempat itu. Tapi jika dipikirkan lagi, Asha merasa bahwa ia tidak sepenuhnya salah. Sebab ia memang ada di sana dan tinggal di sana. Dan cepat atau lembat, Lala tentu akan mengetahui keberadaannya sekalipun ia bersembunyi.

Andra menatap Lala dengan tatapan bersalah yang sama. Lelaki itu berusaha menenangkan istrinya.

"Lala, kita ke kamar dulu. Nanti aku jelaskan di sana," ucap Andra memegang kedua bahu Lala yang menegang.

Lala menatap Andra berusaha percaya pada suaminya. Ia kemudian menatap ke arah Asha sesaat lalu kembali pada suaminya, "Baiklah. Aku ikut kamu," jawab Lala.

Andra pun bernafas lega sejenak. Lelaki itu kemudian merangkul Lala dan membawanya ke kamar yang tadi Charles dan Michelle hias. Andra menutup pintu lalu menguncinya. Dan setelahnya tidak Asha ketahui apa yang mereka lakukan atau mereka bicarakan.

Di dalam kamar Andra dan Lala, lelaki itu mengajak istrinya duduk lebih dahulu. Mereka duduk di atas tempat tidur yang biasa mereka gunakan kemudian sama-sama berusaha menenangkan diri. Andra perlu berfikir jernih dan menata kata-kata yang akan ia sampaikan pada Lala. Berusaha meminimalisir kemungkinan salah ucap dan mengakibatkan Lala mungkin akan semakin marah padanya.

"Kita sudah di kamar. Kita hanya berdua saja dan kamu sudah bisa menjelaskannya padaku," ucap Lala yang kini lebih tenang dari sebelumnya. "Sayang, kenapa perempuan itu di sini? Bukankah dia dokter yang tanpa sengaja bertemu dengan kita di rumah sakit?" kata Lala mengulang pertanyaannya.

Andra menarik nafas dan menghembuskannya sekaligus. Bagaimanapun, ia harus jujur. Sebab jika ia berbohong lagi, tentu kekacauan akan semakin meluas nantinya.

"La, maaf aku harus jujur padamu. Mungkin ini adalah sesuatu yang akan menyakitimu. Jika kamu ingin menyalahkan orang, maka salahkan aku saja," ucap Andra berusaha setenang mungkin. "Benar bahwa perempuan itu adalah dokter yang kita temui di rumah sakit. Namanya adalah Asha. Dan dia memang tinggal di rumah ini," ujarnya.

Lala masih bisa menerima jawaban itu. Ia mengangguk pendek dan menggenggam tangan suaminya, "Jadi dia memang tinggal di sini? Apa dia istrinya Charles? Tidak mungkin dia saudaramu sebab aku tidak pernah bertemu dengannya atau tahu tentang dirinya sama sekali," ujar Lala dengan tenang.

Andra menatap Lala dengan lembut. Tangan perempuan itu gemetar saat mengenggenggam tangannya. Istrinya mungkin sudah merasakan tanda-tanda tidak enak dari kejadian ini.

"La, dia bukan istri Charles," ucap Andra. "Dia adalah istriku. Istri keduaku," jelas lelaki itu selanjutnya.

Lala terdiam. Ia membatu dan seketika melepaskan genggaman tangannya dari tangan Andra. Perempuan itu menatap Andra tidak percaya kemudian menggeleng.

"Tidak, ini tidak benar, kan? Kamu bercanda, kan?" ucapnya meragukan jawaban Andra.

Andra tahu, sulit untuk Lala menerima kenyataan itu. Terutama mengenai status Asha dan keberadaannya di rumah keluarganya.. Andra akui ini semua salahnya. Dan ia yang harus menyelesaikan permasalahan ini sendiri.

"La, aku tidak sedang bercanda," ucap Andra lembut sambil memegang kedua bahu Lala. "Aku memang menikah lagi. Dan yang aku nikahi adalah Asha," tegasnya.

Lala masih menggeleng kuat. Ia berusaha menampik fakta itu dan mulai menangis.

"Kamu bohong, kna? Kamu tidak menikah lagi, kan?" tanyanya dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

"Lala, maaf. Tapi ini kenyataan. Aku sudah menikah lagi," balas Andra mencoba membuat Lala mengerti situasinya.

Lala masih berusaha mengingkarinya. Mengingkari fakta bahwa kini dia bukan satu-satunya istri Andra. Syok sudah pasti. Terutama karena sama sekali tidak ada yang memperingatkan menganai hal ini pada Lala.

Kehadiran Asha yang ditangkap langsung oleh Lala di rumah itu bahkan saat dirinya baru sembuh dari sakitnya. Benar-benar menjadi pukulan tersendiri untuk perempuan itu. Ia pikir, Andra akan setia. Ia pikir Andra akan menunggunya hingga siuman dan tetap berada di sampingnya. Rupanya semua itu hanya angan-angan saja. Hanya harapan sepihak Lala. Karena kenyataannya kini, hati Andra bukan hanya miliknya.

"Kapan?" tanya Lala dengan pipi basah dengan linangan air mata. "Kapan kalian menikah?"

Andra menunduk tak tega melihat wajah Lala yang begitu sedih. "Beberapa bulan yang lalu," jawab Andra. "Kami baru pergi bulan madu ketika Charles menelfon bahwa kamu siuman. Setelahnya, aku sibuk menjagamu. Aku fokus dengen kesehatanmu dan menunggu sampai kamu pulih. Maaf tidak mengatakannya sejak awal."

"Maaf? Maaf kamu bilang?" tanya Lala. "Apa maaf kamu bisa mengembalikan semua seperti semula? Apa maaf kamu bisa membuat keadaan kembali ke titik awal saat dia tidak ada di antara kita?" tanyanya lagi.

Andra menunduk semakin dalam. Ia ikut menangis mendapati reaksi Lala yang seperti itu. Semakin merasa bersalah sebab kini ia sudah menyakiti tak hanya Asha, tapi Lala juga.

"Aku tahu aku salah. Aku memang tidak bisa mengembalikannya seperti semula. Semua sudah terjadi dan waktu tidak bisa diputar kembali," ucap Andra.

"Bagus kalau kamu menyadarinya. Kamu seharusnya sudah bisa mengambil keputusan dari situasi ini," ucap Lala dengan tegas.

Andra mengangkat wajahnya. Ia menatap Lala yang kini menatapnya dingin. "Maksud kamu apa?" tanyanya.

"Iya. Kamu sudah berkhianat. Kamu menduakan aku saat aku sedang berusaha berjuang antara hidup dan mati selama koma. Kamu sudah mengingkari janji pernikahan kita. Kamu tega menikahi perempuan lain saat aku sedang sakit. Dan ini benar-benar membuatku sangat kecewa."

"Lala, maaf," mohon Andra. "Maaf yang sebesar-besarnya. Aku tahu aku bersalah dan aku benar-benar menyesali sikapku."

"Bagus kalau kamu menyesal. Itu akan lebih mempermudah kamu dalam mengambil keputusan. Bukan begitu?"

Andra menggeleng. "La, aku tidak mengerti maksudmu. Jelaskan padaku."

Lala menghapus air matanya dan menatap Andra dengan tegas. Perempuan itu benar-benar menunjukan kepemilikannya atas Andra. Menunjukan bahwa hanya ia satu-satunya yang harus ada di sisi Andra dan bukan perempuan lain.

"Pernikahan kalian tidak sah. Kamu tidak mendapatkan izin dariku. Dan hukum pernikahan yang tidak mendapatkan izin dari istri pertama adalah tidak sah. Dan aku ingin kamu mengajukan pembatalan pernikahan dengan perempuan itu secepatnya," ucap Lala dengan tegas.

Andra tentu saja menolak. Ia sangat mencintai Asha dan ia tidak mungkin melepas perempuan itu begitu saja.

"Tidak, Lala. Kamu salah. Pernikahan aku dan Asha statusnya sah di mata hukum dan agama."

[]