Chereads / My Boy (Rasa Untuk Raisa) / Chapter 3 - BAB 3

Chapter 3 - BAB 3

-Cinta tidak butuh alasan. Seperti pergi tanpa perpisahan tanpa alasan-

***

"Lo apa-apaan sih?" Raisa berbalik, hendak keluar dari kerumunan yang siap melontarkan beribu pertanyaan. Seperti kapan kalian berkenalan, kenapa selama ini kalian tidak terlihat bersama. Apa karena itu Raisa menjaga jarak dengan para cowok yang mendekatinya karena sudah berpacaran dengan Yuda? Dan berbagai pertanyaan lain yang memenuhi kepala setiap penonton.

"Enggak usah malu, sayang." Yuda kembali mencegat tangannya, menariknya semakin dekat. Tatapan mereka terkunci, napas keduanya saling berbaur seketika mengundang kicauan iri dari para siswa SMA Antariosa.

"Udah-udah, nanti kalian lanjutin keromantisan kalian. Sekarang waktunya kita bertanding." Ridho sang kapten Basket mengambil alih, merebut bola di tangan Yuda.

"Lo bisa tunjukkin kehebatan lo sama pacar baru lo itu," ucapnya sambil merangkul pundak Yuda, "bagus juga mainan baru lo!" lanjutnya berbisik pada telinga Yuda.

Yuda melirik ke belakang di mana Raisa masih terdiam. "Lo jangan ke mana-mana ya, Sayang."

Wajah Raisa bersemu sesaat namun dia segera berbalik keluar dari kerumunan dengan menutup telinganya, tidak ingin mendengar godaan bersamaan ancaman para cewek.

"Css, selama ini berlagak jomblo. Awas aja pasti sebentar lagi diputusin. Cantikan juga gue dari pada dia!"

"Gue enggak percaya, palingan cuma settingan aja. Mimpi kali cewek macam dia dilirik cogan."

"Raisa! Lo kenapa nggak cerita sama kita-kita." Kinta menariknya menjauh dari kerumunan dengan bantuan Arifah. Keduanya mengapit Raisa dengan Bela di depannya.

"Lo beneran pacaran sama Yu-da?"

Raisa menghela napas gusar, pecuma dia menjelaskan kepada temannya yang sudah telanjur melihat dan memercayai kejadian aneh tadi. Biarpun dia menjelaskan bahwa itu tidaklah benar, tetap saja mereka akan menanyainya lagi dan lagi hingga dia harus menjawab iya. Sudah hampir tiga tahun mereka bersahabat, prilaku ketiganya sudah sangat dikenalinya.

Raisa membiarkan dirinya ditarik kembali ke tepi lapangan, dipaksa untuk memberi semangat pada Yuda yang kini tengah bertanding dengan tim Ridho yang terkenal dengan rekor juara basket setingkat Nasional.

Dari lantai dua, seseorang memerhatikannya seksama. Seseorang yang tidak memercayai apa yang didengarnya barangkali sepersen pun. Atha membenarkan kacamatanya, bersiap menemui adiknya nanti-Ridho saudara kembar yang lahir lima menit setelah dia lahir. Mereka memang kembar identik tapi memiliki kepribadian yang sangat jauh berbeda.

Atha si rapi, pintar dan penurut sedangkan Ridho si pembuat onar di sekolah dengan prestasi membanggakan di ruang BK, sama halnya dengan Yuda, teman adiknya yang sering dibawa ke rumah waktu SMP dulu. Dia sedikit banyak tahu tentang kepribadian Yuda di sekolahnya melalui informan para fans yang terpesona dengan karismatik cowok asal SMA Samudera, sekolah tetangga mereka.

"Gue enggak akan biarin lo masuk dalam permainan mereka, Raisa."

"Udah ah gue mau ke kantin, haus nih."

"Eh, tunggu Raisa!"

Raisa mengibas tangannya, keluar dari desakan penonton yang tengah menunggu akhir poin dari pertandingan antar sekolah Samudera dan Antariosa. Bela dan kedua temannya mengejar langkah cepat Raisa menuju kantin dengan berbagai lontaran pertanyaan.

"Mbak Mie Ayam satu sama teh dingin."

Setelah menyebutkan pesanannya, Raisa memilih meja pojok yang selama ini menjadi tempatnya bersama ketiga sahabat karib yang sudah duduk di bangku mereka.

"Tega ... tega ... lo, Rais, hikz." Arifah memulai dramanya.

"Aku enggak nyangka selama ini kau bohongi, kau curangi aku ...." Kinta pun tak kalah dramaqueen.

Hanya Bela yang menampilkan wajah murung tanpa rekayasa. Dia sibuk dengan menatap ponsel, menunggu pesan seseorang dan Raisa menyadari itu. Dia ingin bilang kalau Joey bukanlah lelaki yang pantas untuk ditangisi. Joey adalah salah satu dari dua mantan sahabatnya yang pernah mengajaknya pacaran. Aldin, mantannya Kinta kelas sepuluh dulu juga pernah menemuinya diam-diam saat istirahat. Mengutarakan perasaannya. Sampai sekarang Raisa merahasiakannya pada Kinta. Dia tidak ingin terjadi kesalahpahaman.

"Lo kenapa suka gue? Bukannya lo baru putus sama Kinta? Lo tau Kinta siapa selain mantan lo? Dia sahabat gue."

"Cinta itu enggak butuh alasan, Raisa."

Raisa tersenyum miring. Sejauh dia memelajari rumus, di mana ada aksi pasti ada reaksi. Pun di mana ada sebab pasti ada akibat. Demikian dengan cinta. Dia masih belum menerima pernyataan tentang mencintai tanpa alasan. Tidak mungkin seseorang jatuh cinta begitu saja. Ketika berpisah saja ada banyak alasan yang dikemukakan, meski paling tragis, udah nggak cinta lagi.

"Eh, Bel, lo mau ke mana?" tanya Raisa heran ketika Bela bangkit dari duduknya tiba-tiba lantas keluar dari kantin.

Arifah menarik tangan Raisa untuk tidak mengejar Bela.

"Dia kenapa sih?"

Bukannya menjawab, Kinta memincingkan matanya ke arah kiri Raisa. Penyebab mengapa Bela mendadak pergi dengan perasaan sedih dan marah.

"Joey bikin ulah," gumam Arifah menunjuk dengan ekor mata.

"Emang dia ngapain?" Raisa melihat ke arah Joey yang kini tengah mengedipkan mata kepadanya.

Arifah menghela napasnya pelan sebelum menjelaskan. Sedari Raisa menikmati mie ayam, Joey melirik ke arahnya dengan genit tanpa memedulikan perasaan Bela.

"Lo nggak ada apa-apa dengan Joey juga, kan?" selidik Kinta yang mencurigai sesuatu.

"Lo nuduh gue?" sulut Raisa yang mudah kepancing emosi, mengingat hari ini banyak sekali kejadian di luar sangkaannya.

Raisa tidak menunggu penjelasan Kinta yang menyesal telah mengatakan seperti itu. Dia bangkit, menghampiri meja Joey yang tengah tersenyum sok cool ke arahnya.

"Ada apa sayang?" sapa Joey sambil berdiri. Raisa ingin sekali menumpahkan sambal ke mukanya Joey tapi dia urungkan karena mengingat nama baiknya selama ini.

"Lo bisa nggak sih enggak usah nambah titel buaya darat dengan perusak persahabatan orang. Mata lo dijaga!"

Suasana kantin memang masih sepi hanya ada beberapa siswa yang membeli air habis dari lapangan. Tapi karena teriakan Raisa yang tidak dibilang pelan, mengundang penonton gratis mengerubungi mereka.

'Raisa yang sekarang memanglah bukan Raisa yang dulu'

"Kok kamu marah-marah sih sayang." Joey mengenggam tangan Raisa setengah menekan, membuat Raisa sedikit meringis nyeri.

"Lepasin nggak!" bentak Raisa yang tidak suka disentuh sembarangan.

"Sekarang lo udah jadi tontonan ya sayang. Liat lo kayak orang terkenal saja. Bukannya ini yang lo pengen. Udah capek ya jadi nerd," ejek Joey dengan tawanya karena semua perhatian teralihkan kepada mereka. Raisa menyapu pandangannya, Kinta dan Arifah berdiri tak jauh darinya tanpa berusaha menolong bukan karena takut tapi melainkan dua temannya Joey yang menghalangi dengan mengancam sesuatu.

"Sahabat lo aja yang baper, gue kan udah bilang nggak cinta lagi sama dia. Kenapa juga gue harus jaga perasaannya lagi?"

Joey semakin mengeratkan genggaman lengan Raisa yang memberontak untuk dilepas.

"Lepasin tang-''

"Lepasin tangan cewek gue!"

Suara bazz memotong teriakan tegas Atha yang masuk kerumunan melewatinya. Cowok berwajah putih, berhidung mancung dengan alis tebal itu berjalan dengan santai, keringat kecil masih tersisa di ujung pelipis.

"Jangan berani nyentuh dia seujung kuku pun atau tangan lo gue potong!" Yuda melepaskan genggaman Joey kasar, menatapnya dengan mata menyala siap bertarung.

"Jangan jadi banci lo beraninya sama cewek!"

Yuda beralih pada Raisa dengan mengecek pergelangan tangan yang masih menunduk tanpa menoleh kepadanya.

"Lo nggak apa-apa, kan?" tanyanya lembut yang mendapat anggukan kecil dari Raisa.

"Thanks!" Raisa menengadah, melepaskan tangan Yuda dari pergelangannya. "Gue nggak kenapa-napa." Raisa segera mengajak kedua temannya untuk balik ke kelas.

Yuda hanya menatapnya sekilas sebelum berbalik menghadap Joey yang menampilkan wajah tanpa berdosa.

"Lo kenal gue kan?" Joey menyeringai pertanyaan Yuda. "Ya gue Yuda Reid Wiltson, cowoknya Raisa. Mulai sekarang kalau gue liat lo nyakitin dia, lo bakalan tau akibatnya!"

"Eh, Dho, teman lo amnesia kali. Ini bukan sekolahnya, kan?" ucap Joey melirik ke arah Ridho yang berdiri dekat meja kedua berselang dari mereka.

"Mulai hari ini gue sekolah di sini. Lo denger itu!" Yuda menarik kerah baju Joey, "Gue suka perkelahian!" lanjutnya sambil mendorong Joey keras.

Kedua teman Joey singgap membantunya berdiri hendak membalas perlakuan Yuda yang menjatuhkan image mereka selama ini yang ditakuti para siswa. Namun, ucapan tegas Atha menghentikan ancangan mereka sekaligus membubarkan kerumunan kembali ke kelasnya masing-masing.