"Apaan sih dek. Foto doang kok kayak heboh banget," respon Gina.
"Santai, kak. Jangan ngegas gitu dong. Hehehe," respon Bulan.
"Santai kok, dek. Hm.. Kalian kok ga foto-foto lagi?"
"Bingung mau foto dimana lagi, kak."
"Kita ikut orang tuaku aja lah, dek. Gimana?" usul Gina.
"Oke boleh, kak."
"Hm.. Kakak mau ikut sama rombongan kita atau gimana nih?" tanya Gina ke Rafli.
"Aku ikut kalian aja. Ga keberatan kan, ok?"
"Enggak dong, kak. Apalagi Kak Gina pasti senang banget kalau Kak Rafli ikut sama kita," sela Bulan.
"Aduh, dek. Udah dong resenya. Nanti Kak Rafli malah jadi risih."
"Gapapa, dok. Sans ae."
"Sans kok. Bulan tuh yang ga sans dari tadi. Rese mulu."
"Ya maap kak. Canda doang kok."
"Yaudah ayo kesana," ajak Gina ke tempat orang tuanya sedang duduk santai menikmati sejuknya cuaca hari ini.
***
"Eh, nak Rafli, kirain ga jadi ikut," ucap ibunya Gina.
"Iya, tante. Seharusnya ikut dari siang tadi, tapi harus bikin konten vlog dulu," respon Rafli.
"Oh, gitu. Harus tetap kerja ya meskipun lagi liburan.
"Ya mau gimana lagi, tante. Selama masih kuat mah harus tetap kerja keras, demi tabungan masa depan."
"Bagus. Jarang sekarang anak muda yang pikirannya kayak kamu."
"Enggak juga kok, tante. Banyak diluar sana yang lebih gila-gilaan kerjanya. Rafli aja ini masih sering ngerem."
"Wait.. Terus mau kemana kita ini sekarang?" tanya ayahnya Gina menyela perbincangan mereka.
"Apa mau langsung ke restoran aja?" tanya Gina.
"Boleh sih. Gimana nak Rafli, mau ikut?" jawab dan tanya ibunya Gina.
"Boleh, tante. Tapi, sudah reservasi tempat?"
"Belum, kak," jawab Gina.
"Gimana kalau kita ke restoran ini? Kata teman-temanku disitu enak-enak makanannya," usul Rafli sambil menunjukkan foto restoran yang dimaksud.
"Gimana, yah, Bu?" tanya Gina ke orang tuanya.
"Boleh, daripada kita kemalaman disini," jawab ayahnya Gina.
"Kalau ibu, gimana?" tanya Gina.
"Ibu ngikut ayah aja."
"Oke. Ayo berangkat sekarang," kata ayahnya Gina.
***
Sesampainya di restoran rekomendasi Rafli, mereka langsung memesan makanan dan minuman sesuai selera mereka masing-masing. Sambil menunggu pesanan, ayahnya Gina dan Rafli berdiskusi tentang klub tempat mereka bekerja.
"Coach, apa betul coach yang jadi head coach musim depan?" tanya Rafli ke ayahnya Gina.
"Iya betul. Tapi, jangan bilang-bilang dulu sampai ada pengumuman resmi."
"Hah? Serius, yah? Kok ga ngasih tahu Gina?" sela Gina.
"Emang kamu dengar apa?"
"Ayah jadi head coach klub kita musim depan, kan?"
"Iya, nak. Hm.. Maaf yah.. Ayah ga bilang-bilang ke kamu, tadinya mau surprisein kamu. Eh, malah si Rafli tiba-tiba bahas."
"Aduh maaf ya, coach. Soalnya, baru tadi malam Rafli baru dapat info kalau Coach yang Head Coach musim depan"
"Iya, iya, gapapa. Udah terlanjur juga kan."
"Ibu juga kenapa ga ngasih tahu Gina?"
"Ya ibu dilarang sama ayah. Ibu mah nurut-nurut aja."
"Hmm.." respon Gina dengan raut cemberut.
"Hm.. Sekarang saya yang bertanya.. Perusahaan kamu masih tetap jadi sponsor klub kita musim depan?" tanya ayahnya Gina ke Rafli untuk mengalihkan pembahasan sebelumnya.
"In syaa Allah. Tinggal perpanjangan kontrak aja, Coach. Rafli kesini juga sebenarnya mau bertemu sama teman yang mau inves ke perusahaannya Rafli. Uang dari dia itu rencananya sebagian buat klub kita, Coach."
"Oh, gitu. Udah deal sama dia?"
***
"Belum, Coach. Masih nego, ya mungkin sekitar dua puluh persen lagi, Coach," jelas Rafli.
"Semoga cepat deal."
"Aamiin, coach."
"Kau kesini cuma sama tim Youtubemu saja atau ada yang lain?"
"Iya, coach, sama mereka-mereka aja nih."
"Orang tuamu sama adik-adikmu kok ga ikut?"
"Mereka lagi sibuk semua, Coach."
"Kalau teman atau pacar? Biasanya artis liburan sama pasangannya."
"Kalau teman-temanku sekarang lagi pada liburan ke Korea sama Jepang, Coach. Kalau pacar, sekarang lagi ga punya, Coach."
"Ga mungkin kau ga punya pacar. Imagemu di tv kan playboy banget."
"Itu gimmick-gimmick tv doang, coach. Buktinya sekarang saya liburannya sama batangan semua. Hahaha."
"Mereka juga jomblo semua?"
"Iya, Coach."
"Kalian semua masih normal kan? Hahaha."
"Astaghfirullah. Normal dong, Coach."
"Kalian cari cewek aja disini. Siapa tau dapat bule kan."
"Kita sih mau, Coach. Bulenya yang belum tentu dan kayaknya tidak mau. Hahaha."
"Mohon maaf, Coach. Bulan punya usul gimana kalau Kak Rafli dijodohin sama Kak Gina aja? Kan sama-sama lagi jomblo tuh. Hehehe."
"Astaghfirullah, udah dong dek resenya. Ga ada capek-capeknya ya rese terus dari tadi siang," respon Gina.
"Hm.. Gimana ya.. Om sama tante tuh sudah capek, malas, kalau disuruh jodoh-jodohin Gina. Dia sudah besar, sudah dewasa, biarkan dia yang memilih dan menentukan jalan hidupnya termasuk urusan jodohnya," respon ayahnya Gina.
"Daripada bahas jodoh terus, mending sekarang kita siap-siap makan," potong Gina.
Lalu, mereka menyantap semua pesanan mereka. Gina cukup kekenyangan sebab porsi makanan yang dipesannya ternyata melebihi kapasitas perutnya. Berbanding terbalik dengan Rafli, dia malah merasa masih lapar padahal porsinya sama dengan porsinya Gina.
"Enak ya Kak Rafli, banyak makan tapi ga gemuk," ucap Bulan.
"Bukannya itu tanda cacingan ya, dok?" tanya Rafli ke Bulan.
"Enggak juga sih, kak. Ada memang orang yang susah berisi badannya."
"Ya mau berisi atau kurus, intinya tetap harus bersyukur ya, dok."
"Iya kalau itu harus dong, kak."
***
Selesai makan malam, Gina dan rombongan langsung menuju hotel. Sementara itu, Rafli dan timnya masih harus shooting untuk kebutuhan konten vlog.
Begitu sampai di hotel, Gina dan kedua temannya bergantian mandi. Setelah itu, mereka saling curhat soal kisah asmara masa lalu. Marsha yang duluan cerita karena barusan tiba-tiba mantannya mengirim chat melalui fitur Direct Message di Instagram.
"Aku bingung nih harus balas atau enggak," ucap Marsha.
"Emangnya dia bilang apa, dek?" tanya Gina.
"Hm.. Dia minta waktu buat ngobrol, kak."
"Hm.. Gimana ya.. Coba ceritain dulu alasan kalian pisah itu karena apa."
"Jadi gini, kak. Waktu itu, dia sibuk banget kerja sampai ga ada waktu buat aku. Tapi, anehnya dia sering banget hangout sama teman-teman kantornya, kak."
"Oh, begitu. Dia nyuekin kamu ga waktu itu?"
"Chatku sih lumayan cepet dibalesnya. Telponan jarang banget. Tapi, setiap kali aku minta ketemuan atau jalan-jalan, dia pasti ga bisa. Ada aja alasannya, kak."
"Hm.. Terus kalian sudah berapa lama putusnya?"
"Baru sekitar empat bulan sih, kak."
"Kamu masih sayang sama dia?"
"Aduh pertanyaannya kakak. Sayang sih sayang tapi kesel banget, bisa dibilang ada rasa benci juga, karena waktu itu aku ngerasa ga dihargain banget, kayak dianggap ga penting sama dia."
"Kamu pernah tanya ke dia tentang ini?"
"Pernah, kak, sering malah. Tapi.. Dia itu tidak pernah jawab dengan jelas apa alasannya dia begitu sama aku, kak."
***