Gina bersama ibunya dan Bulan berangkat ke stadion sekitar jam setengah lima sore. Kurang lebih setengah jam kemudian, mereka tiba. Setibanya di stadion, mereka langsung menuju tribun VVIP, tribun khusus keluarga pemain, staf klub yang sedang tidak bertugas, dan jajaran pengurus klub, termasuk Rafli Faris, direktur utama baru perusahaan yang menaungi klub.
Bulan sduduk di samping ibunya Gina dan Gina duduk di samping Rafli. Alhasil, Gina dan Rafli menjadi objek keusilan Bulan bahkan sejak sebelum pertandingan dimulai.
"Sekarang Kak Gina dan Kak Rafli duduk berdampingan di bangku stadion, mungkin tahun depan di bangku pelaminan. Hehehe," goda Bulan.
"Hah? Kalian pacaran?" tanya ibunya Gina kaget sambil memegang pundak Gina dan Rafli. "Enggak, Bu. Ibu tahu sendiri kan Bulan resenya kayak gimana," jawab Gina.
"Enggak, Bu. Dokter Gina mana mungkin mau sama Rafli," jawab canda Rafli yang memancing Bulan mengeluarkan jurus resenya lagi.
"Berarti Kak Rafli mau ya sama Kak Gina?" tanya Bulan sambil susah payah menahan suara ketawanya. Rafli tidak menjawab pertanyaan itu dan hanya melempar senyuman. Melihat reaksi bosnya itu, Gina pun hanya bisa tertunduk tersipu malu.
"Hm.. Tante setuju ga kalau Kak Gina sama Kak Rafli pacaran atau nikah?" tanya Bulan ke Ibu Dinda, ibunya Gina.
"Tante sih terserah mereka berdua. Kalau cocok dan bahagia, ya silakan. Apalagi Si Gina kan dari kecil ngefans banget sama Si Rafli." jawab ibunya Gina.
"Sudah, Bu, ini bocah ga usah ditanggepin serius lagi, nanti makin ngelunjak," respon Gina.
"Kak Gina ih marah-marah mulu," kata Bulan.
"Enggak marah-marah kok, cuma kesel sama ga enak aja. Nanti Kak Rafli juga risih sama kita."
"Aku ga risih kok," respon Rafli.
"Aduh, Kak Rafli.. Kakak harusnya bilang risih supaya ini bocah berhenti resenya."
"Gapapa, kok, hidup itu perlu bercanda ya kan, Bulan. Hehehe."
"Iya dong, kak."
"Iya, iya, terserah kalian saja lah."
"Udah ah, nanti Kak Gina marah beneran lagi sama aku," ucap Bulan yang mulai khawatir seniornya itu marah kepadanya.
***
Pertandingan hari ini menjadi ujian pertama bagi Coach Feri, ayahnya Gina, yang beberapa minggu lalu ditunjuk menjadi Head Coach klub Glory United FC musim ini. Coach Feri tampak sangat tegang di sisi lapangan. Sang istri dan anak tercinta yang turut menyaksikan pun ikut deg-degan sembari berharap meraih kemenangan pada pertandingan kali ini.
Lima belas menit pertama, pertandingan berlangsung dengan tempo lambat. Kedua tim sama-sama masih bermain hati-hati. Hanya ada masing-masing satu tendangan ke arah gawang untuk kedua tim tapi belum ada yang mampu menembus gawang lawan.
Pertandingan bertempo tinggi ketika sudah menyentuh menit tiga puluh. Kedua tim saling berbalas serangan. Namun, hanya ada satu gol yang tercipta hingga akhir babak pertama. Gol itu dicetak tim Glory United FC. Mereka berhasil memanfaatkan skema serangan balik dengan baik. Striker anyar mereka berhasil mengelabui bek tengah lawan lalu menceploskan bola ke dalam gawang.
Saat merayakan gol, Gina dan Rafli secara reflek hampir saja berpelukan. Momen itu pun tidak lepas dari penglihatan Bulan. Bulan pun menjadikan kejadian itu sebagai bahan keisengannya kepada senior dan bosnya itu selama lima belas menit jeda babak pertama hingga kick off babak kedua.
Babak kedua dimulai langsung dengan tempo cepat sebab tim tamu mengincar gol penyama kedudukan. Namun, pertahanan tim tuan rumah masih kokoh, terutama dua bek tengah mereka yang tampil sangat disiplin dan lugas. Meskipun terus diserang, klub Glory United FC justru kembali berhasil mencetak gol, lagi-lagi melalui skema serangan balik.
Gol itu dicetak pada menit enam puluh tiga oleh penyerang sayap kiri yang berhasil memanfaatkan umpan terobosan yang sangat ciamik dari gelandang serang mereka. Gol itu membuat seisi stadion bergemuruh dan chants para suporter pun tak berhenti hingga akhir laga. Sayangnya, mereka tak bisa menambah keunggulan. Untungnya, mereka berhasil menjaga gawang mereka dari kebobolan. Skor akhir 2-0 untuk kemenangan tim tuan rumah.
***
Meskipun meraih kemenangan, Coach Feri tetap mendapatkan kritikan dari para suporter. Mereka beranggapan Coach Feri terlalu mengandalkan skill individu serta tidak memiliki pola permainan yang jelas secara tim. Coach Feri tahu tentang kritikan itu tapi lebih memilih bungkam dan bertekad membuktikan kualitasnya di laga-laga berikutnya. Coach Feri sangat sadar itu salah satu resiko menjadi Head Coach apalagi di klub dengan basis suporter yang sangat fanatik.
"Sabar dan kuat ya, sayang. Kalau bisa, kamu ga usah baca berita bola dulu. Media sekarang lagi banyak bahas kamu," kata sang istri kepada Coach Feri.
"Iya gapapa, sayang. Santai aja. Hm.. Oh iya, aku juga ingetin ke kamu, kalau ada pemberitaan tentang aku soal urusan klub, ga usah bereaksi ya, sayang. Aku ga mau ada drama-drama."
"Iya, sayang. In syaa Allah."
"Soalnya kalau kamu baca berita, banyak pemain dan pelatih bola itu yang ribet bahkan hancur karirnya karena pasangannya terlalu drama."
"Iya, sayang. Aku mengerti. Pokoknya, aku selalu mendukung kamu di situasi apapun. Terpenting, jaga kesehatan kamu, sayang."
"Iya, makasih ya, sayangku."
"Sama-sama, sayang. Eh sayang, pertandingan kedua kita masih tuan rumah kan?"
"Iya, sayang. Kenapa?"
"Berarti kita masih punya waktu dong buat refreshing. Nonton atau ke pantai, ajak Gina sama Bulan juga."
"Ada sih, tapi palingan lusa sore baru bisa."
"Oke deh sayang, nanti aku bilang ke Gina sama Bulan. Semoga mereka bisa."
"Semoga. Hm.. Sayang, pertandingan ketiga nanti ke Bali, kamu mau ikut ga?"
"Hm.. Mau dong sayang, asal tiketnya bukan biaya sendiri. Hehehe."
"Hm.. Nanti aku coba bicarain ke manajer, siapa tau bisa. Kalau ga bisa, pake uang kita saja."
"Uang tabungan ayah ya? Hehehe"
"Iya, sayang. Tapi nanti selama disana, pake uang ibu semuanya ya. Hahaha"
"Ih gamau lah. Semuanya pake uangnya ayah, kan ayah yg ngajakin."
"Iya iya. Soalnya sayang banget kita ke Bali ga sekalian jalan-jalan. Pak Deddy juga sudah bilang, kalau tim kita menang, mereka kasi hadiah dua hari buat jalan-jalan."
"Oh gitu. Tapi, kayaknya kurang seru kalau Gina ga ikut juga."
"Kayaknya Gina sama Bulan bakalan ikut karena ada program studi banding ke rumah sakitnya klub disana. Tapi, masih belum jelas infonya. Coba tanya ke Gina."
"Oke sayang, tapi tunggu Gina pulang dulu."
"Emang sekarang Gina dimana?"
"Lagi jogging sama Bulan."
"Oh, gitu."
"Iya. Eh sayang, kemarin di stadion, Bulan ngejodoh-jodohin Rafli terus karena mereka kan duduk sampingan. Terus respon mereka kayak salah tingkah gitu. Perlu diselidiki juga nih."
"Maksudnya.. Gina lagi dekat sama Rafli?"
"Kemungkinan sih gitu, yah."
"Oh. Biarin aja. Gina sudah dewasa juga, sudah paham mana batasannya dan paham juga mana yang terbaik buat hidupnya dia."
***