Babak kedua berjalan sangat seru. Belum sampai lima menit berlangsung, Munich FC berhasil membuka keunggulan melalui tendangan kaki kiri bek tengah mereka memanfaatkan kemelut di depan gawang hasil tendangan bebas dari kapten mereka. Coach Feri dan seluruh suporter Red United FC yang ada di stadion seketika terdiam.
"Sabar, yah, sabar. Masih banyak waktu" ucap sang istri sambil mengelus-elus pundak Coach Feri yang tertunduk lesu. Coach Feri hanya terdiam lalu lanjut menonton. Coach Feri terus memanjatkan harapan tim kesayangannya segera bangkit menyamakan kedudukan.
Harapan itu pun baru terwujud saat pertandingan tersisa lima belas menit lagi. Red United FC akhirnya berhasil menceploskan bola ke gawang lawan. Penyerang sayap kanan andalan mereka sukses mengelabui bek sayap lawan kemudian melepaskan sepakan dari luar kotak penalti yang tidak mampu dihalang oleh kiper.
Selepas gol itu, tim Red United FC seakan mendapatkan angin segar yang membuat mereka terus menggempur pertahanan Munich FC yang tampaknya mulai hilang fokus.
Serangan bertubi-tubi dari Red United FC akhirnya berbuah hasil. Mereka berhasil mencetak gol sangat indah di menit 89, semenit sebelum waktu normal usai.
Gol dicetak oleh striker mereka yang baru masuk pada menit 82 menggantikan pencetak gol pertama mereka. Sang striker berhasil menceploskan bola ke gawang lawan melalui tendangan bebas melengkung dan akurat.
Gol itu membuat Coach Feri dan seluruh suporter klub Red United FC bersorak sorai kegirangan. Mereka juga terus bernyanyi menyemangati para pemain hingga akhirnya peluit panjang berbunyi pertanda laga final telah usai. Red United FC menjadi Juara Liga Champions Eropa musim ini.
***
Coach Feri dan sang istri baru keluar dari stadion setelah tiga puluh menit usai penyerahan trofi dan medali ke sang juara. Mereka pulang cukup larut malam. Beruntung, masih ada transportasi umum yang bisa mereka gunakan untuk kembali ke hotel. Sampai di hotel, mereka langsung ke kamar untuk beristirahat.
Sebelum tidur, mereka berdiskusi kemana tujuan jalan-jalan mereka besok. Namun, hingga tertidur mereka belum bersepakat. "Besok kita tanya aja tiga gadis itu. Kita ngikut mereka aja, yah," ucap sang istri karena sudah bingung mencari ide.
"Okelah.. Itu pun kalau ayah ga sibuk urus kontrak."
"Memangnya belum selesai, yah?"
"Kalau dari ayah sih seharusnya sudah beres, belum tahu kalau dari manajemen. Siapa tahu ada perubahan klausul, apalagi ayah kan belum tanda tangan."
"Oh, begitu.. Semoga tidak ada perubahan. Kalaupun ada perubahan, gaji dan bonusnya ayah naik berkali-kali lipat. Hehehe."
"Aamiin.."
"Aamiin.. Hm.. Tidur yuk, udah ngantuk banget nih, yah."
"Oke ayo. Matiin lampu kalo gitu."
***
"Ayah.. Bangun.. Mau jalan-jalan ga hari ini? Udah siang lho ini, yah." tanya Gina sambil berusaha membangunkan ayahnya.
"Hah? Udah jam berapa ini?" tanya balik ayahnya Gina sambil berusaha kuat membuka matanya.
"Sudah jam sebelas, yah. Ayah cepat bangun terus mandi."
"Iya.. Iya.. Bentar lagi, ibumu juga masih mandi kan."
"Hm.. Itu barusan keluar dari kamar mandi, yah."
"Iya.. Iya.. Kenapa kamu ga pergi bertiga sama teman-temanmu, nak?"
"Lebih seru kalau rame-rame, yah. Terus uang Gina juga udah menipis."
"Kalau uang, minta di ibumu, nak. Ayah masih ngantuk."
"Ayolah, yah. Masa jauh-jauh ke Paris cuma diam di hotel terus."
"Iya, iya, sabar, nak."
"Sudah, nak. Kamu sekarang siap-siap, biar nanti ayahmu itu urusannya ibu," ucap ibunya Gina.
"Iya, Bu. Gina ke kamar sekarang ya."
Setelah hampir sejam berlalu, ayahnya baru siap untuk pergi jalan-jalan. Namun, mereka sepakat untuk makan siang di hotel terlebih dahulu. Selesai makan, mereka langsung meluncur ke tempat wisata yang telah direncanakan Gina dan kedua temannya.
***
Mereka jalan-jalan cukup lama. Mereka baru pulang sekitar jam sembilan malam.
Dalam perjalanan pulang menggunakan kereta cepat, mereka tanpa sengaja bertemu dengan Rafli. Rafli duduk persis di belakangnya Gina. Rafli bersama tiga orang anggota tim kanal Youtubenya.
"Eh.. Kak Rafli," sapa Bulan.
"Eh.. Dokter Bulan?" respon Rafli.
"Sama Gina sekeluarga sama ada satu temanku, kak."
"Terus Dokter Ginanya mana?"
"Cie kok langsung nyariin kak Gina?"
"Emangnya aku harus nyari siapa lagi, Dok?"
"Kan kakak bisa bilang nyari Coach Feri."
"Kurang sopan lah, dok."
"Kurang sopan atau memang udah kangen sama kak Gina?"
"Apaan sih, dok."
"Kak Gina ada di kursi depannya kakak, tapi Kak Gina lagi tidur."
"Hah? Serius?" tanya Rafli sambil mengecek ke kursi depan."
"Kakak turun di stasiun mana?"
"Stasiun paling terakhir, dek. Kalian dimana?"
"Wah sama, kak. Hm.. Kakak kesini liburan aja atau ada kerjaan?"
"Liburan, dek. Ya sambil bikin vlog-vlog juga sih."
"Yayaya. Kakak rencananya berapa lama liburan?"
"Mungkin seminggu dek. Ini baru hari pertama soalnya. Kalau kalian?"
"Mungkin tiga atau hari lagi sudah balik, kak."
"Kalian sudah lama ya?"
"Hm.. Sekitar tiga atau empat hari lah, kak."
"Oh, yayaya.. Hm.. Aku tidur duluan ya, dok. Masih ada efek jetlag nih kayaknya."
"Oh iya, kak."
Begitu sampai di stasiun tujuan mereka, Rafli bertegur sapa dengan Gina sekeluarga. Ternyata, hotel mereka berdekatan. Mereka pun janjian untuk jalan-jalan ke tempat yang sama besok. Semua itu rencananya Bulan dan Marsha yang ternyata ngefans sama Rafli. Bulan juga punya rencana untuk mendekatkan Gina dan Rafli selama jalan-jalan besok.
***