"Alhamdulillah Ya Allah. Terus, kapan diumumkan?"
"In syaa Allah, nanti kalau kita sudah balik dari sini, mungkin juga sekalian acara penandatanganan kontrak. Biasanya sih gitu."
"Oh, yayaya."
"Tapi, ibu jangan bilang ke siapa-siapa dulu, termasuk Gina."
"Kenapa memangnya?"
"Pertama, ini kan belum resmi. Kedua, biar ini jadi kejutan juga buat Gina."
"Oh.. Okelah kalau begitu. Sekarang mari kita bobo cantik."
"Oke. Peluk ayah dong."
"Dih.. Kumat lagi manjanya."
***
Hari ini, ayah dan ibunya Gina tidak pergi jalan-jalan. Coach Feri sibuk negosiasi dengan pihak klub. Sang istri sibuk membantu sang suami mengurus dokumen penting persiapan penandatanganan kontrak.
"Yakin nih ibu sama ayah ga mau ikut kita jalan-jalan?" tanya Gina sesaat sebelum berangkat bersama Bulan dan Marsha.
"Iya, nak. Ayahmu lagi pengen istirahat, apalagi besok kan dia mau pergi nonton final di stadion, jadi katanya harus jaga stamina. Padahal, bukan dia juga yang bertanding."
"Oh iya, Bu. Kami pamit sekarang ya, Bu. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh."
***
Pihak klub dan Coach Feri akhirnya menemui kesepakatan perihal kontrak. Klub sepakat menjadikan Coach Feri sebagai Head Coach selama tiga tahun plus opsi perpanjangan satu tahun.
Klub juga menaikkan sepuluh persen dari gaji yang ditawarkan sebelumnya, ditambah bonus melimpah jika Coach Feri berhasil mencapai target di setiap musimnya. Namun, jika target tidak tercapai, maka Coach Feri harus legowo angkat kaki dari klub.
Untuk musim depan, Coach Feri diberikan target tidak muluk-muluk, hanya bertahan di Liga Satu. Target yang terlihat mudah tapi sebenarnya tidak karena setiap klub berlomba meningkatkan kualitasnya. Hampir semua klub sudah mendatangkan minimal dua pemain baru. Sementara itu, klub Glory United FC belum bergerak sama sekali di bursa transfer.
***
Setelah konsultasi jarak jauh dengan para asisten pelatih, Coach Feri akhirnya menyusun list para pemain yang wajib diperpanjang kontraknya, boleh dipinjamkan ke klub lain, wajib dijual, dan pemain incaran, lokal maupun asing. Mereka mengincar satu bek kanan, satu gelandang bertahan, dan satu penyerang tengah bertipe fox in the box.
List itu dikirim Coach Feri melalui chat whatsapp ke Pak Deddy.
"Jadi kira-kira kapan kita bisa datangkan pemain baru, Pak?" tanya Coach Feri.
"Secepatnya, Coach. Mudah-mudahan minggu depan sudah ada satu. Coach tahu sendiri kan gimana rumitnya beli pemain, jadi Coach harap bersabar."
"Baik, Pak. Ditunggu kabar baiknya."
"Oh iya, Coach.. Bagaimana dengan pemain akademi? Apakah ada yang bisa dipromosikan ke tim utama?"
"Sejauh ini ada tiga nama yang sudah masuk radar. Tapi, nanti setelah balik dari sini, kalau boleh saya minta adakan satu atau dua pertandingan uji coba, Pak."
"Kalau soal itu nanti gampang diatur, Coach."
"Baik, Pak. Maaf belum bisa cepat-cepat balik."
"Iya gapapa, santai aja, Coach."
***
Hari ini, Coach Feri menyingkirkan sementara urusan jabatan barunya sebagai Head Coach klub Glory United FC. Hari ini, dia ingin memusatkan energinya ke pertandingan final Liga Champions Eropa yang akan ditontonya pada malam hari.
Final kali ini mempertemukan tim favoritnya sejak masa kanak-kanak, Red United FC, yang akan melawan klub unggulan pertama musim ini, Munich FC. Coach Feri berharap tim favoritnya lah yang menjadi juara meskipun mayoritas para pengamat dan jurnalis sepakbola menjagokan tim lawan. Coach Feri sangat yakin dengan kualitas tim kesayangannya itu.
***
"Ayah jam berapa kita mau ke stadion?" tanya ibunya Gina.
"Hm.. Jam lima aja gimana?" tanya balik ayahnya Gina.
"Ya terserah ayah.. Ayah kan yang tahu jadwal mainnya jam berapa."
"Okelah.. Kita berangkat jam lima. Jangan sampai telat, nanti kita lama antrinya."
"Okelah. Ayo turun makan siang dulu, yah."
Setelah makan siang, mereka kembali ke kamar. Sementara itu, Gina dan kedua temannya sudah sejak tadi pagi mereka berjalan-jalan ria. Mereka juga tidak akan ikut untuk nonton pertandingan final nanti malam. Mereka lebih memilih pergi makan malam di salah satu restoran mewah.
***
"Ayo dipercepat pergerakannya, istriku sayang. Supaya nanti kita ga lama antrinya," ucap ayahnya Gina ke sang istri.
"Iya sabar dong, suamiku sayang. Dikit lagi nih," respon sang istri sambil memoles bibirnya dengan lipstik yang baru dibelinya dua hari lalu.
"Atau ayah nunggu di lobby aja nih?" tanya sang suami dengan cemberut.
"Ga usah. Ini juga udah beres kok, yah," jawab sang istri, juga dengan cemberut.
"Ya udah ayo," kata sang suami lalu menggandeng tangan istrinya.
Kemudian, mereka berdua bergegas keluar dari hotel lalu menuju stadion menggunakan transportasi umum yang paling cepat. Tidak sampai dua puluh menit, mereka sudah berbaris mengantri untuk masuk ke stadion.
Setelah mengantri hampir satu jam, mereka langsung menuju tribun dan kursi sesuai nomor yang ada di tiket. Mereka beruntung bisa duduk di tempat paling nyaman untuk menonton meskipun harus merogoh kantong cukup dalam.
***
"Berapa jam lagi mulai pertandingannya, yah?"
"Hm.. Setengah jam lagi lah kira-kira."
"Oalah.. Masih lama."
"Enggak kok. Sebentar lagi dimulai juga seremoni pembukaannya."
Setengah jam kemudian, para pemain pun satu per satu memasuki lapangan pertandingan. Semua pemain tegang meskipun berusaha terlihat rileks.
Sementara itu, para suporter kedua klub saling berbalas chant. Jumlah para suporter yang hadir masing-masing sekitar empat puluh ribu orang. Stadion benar-benar bergemuruh.
***
Pertandingan pun dimulai dengan tendangan kick off untuk klub Red United FC. Kedua klub sama-sama menggunakan formasi 4-3-3. Red United FC tampaknya akan mengandalkan kreatifitas lini tengah mereka, sedangkan Munich FC akan mengandalkan kelincahan penyerang sayap mereka.
"Red United yang baju merah kan, yah?" tanya ibunya Gina.
"Iya," jawab singkat sang suami.
"Oke. Oke. Aku dukung yang putih kalau gitu. Hehehe," respon rese sang istri.
"Dukung yang merah juga dong."
"Iya, iya, yah. Becanda."
Ayahnya Gina betul-betul fokus menyaksikan jalannya pertandingan. Sementara itu, sang istri sudah merasa bosan padahal pertandingan belum sampai lima belas menit.
***
Pertandingan babak pertama berakhir imbang 0-0. Kedua klub saling berbalas serangan meskipun tendangan tepat ke arah gawang hanya ada dua kali untuk masing-masing klub.
Tersedia lima belas menit waktu bagi kedua klub untuk beristirahat dan menyusun strategi buat babak kedua. Munich FC sedikit berada di bawah tekanan karena tiga orang pemain bertahannya telah mendapatkan kartu kuning. Sementara itu, Red United FC baru mendapatkan satu kartu kuning untuk penyerang sayap mereka yang dianggap diving di kotak penalti.
Lima belas menit telah berlalu, para pemain pun kembali masuk ke lapangan dan bersiap untuk babak kedua. Suara bising para suporter kembali menyemarakkan laga antar klub paling bergengsi seantero benua biru itu.
***