Chereads / Istri CEO Klub Bola / Chapter 12 - Konsultasi

Chapter 12 - Konsultasi

Selesai pertemuan itu, Gina langsung pulang ke rumahnya. Sampai di rumah, Gina langsung ke kamarnya untuk beristirahat. Dia sebenarnya berniat tidur, tapi ibunya memanggilnya untuk makan siang. Gina pun langsung menuju ruang makan.

Gina makan siang hanya bersama ibunya. Ayahnya masih di kantor klub mempersiapkan segala sesuatu untuk latihan nanti sore.

Selesai makan, Gina memberitahu hasil pertemuan tadi di kantor ke ibunya.

"Katanya kamu libur hari ini, tapi kok tadi ke kantor, nak?" tanya ibunya Gina.

"Iya, Bu, seharusnya memang libur. Tapi, tadi ada pengumuman mendadak dan penting, Bu.

"Oh.. Boleh ibu tahu pengumuman apa itu, nak?"

"Boleh dong, Bu. Hm.. Jadi.. Tadi itu Pak Deddy ngumumin pihak manajemen menerima permohonan resignnya Dokter Mario."

"Dokter Mario resign?"

"Iya, Bu."

"Karena apa, nak?"

"Katanya sih mau lanjut S3 di Amerika."

"Wah. Maa Syaa Allah. Terus.. Cuma itu pengumumannya, nak?"

"Ada lagi, Bu. Hm.. Dokter Mario itu kan ketua tim medis untuk tim akademi, terus Gina itu wakilnya. Jadi, Pak Deddy bilang mulai hari ini Gina yang gantikan posisinya Dokter Mario."

"Oh, begitu. Jadi, sekarang kamu naik jabatan, nak?"

"Iya, Bu. Tapi, ibu setuju, ga? Soalnya Gina merasa masih belum siap, Bu."

"Ibu sih setuju-setuju aja. Tapi.. Ibu juga tergantung kamu siap atau tidak, nyaman atau tidak. Atau.. Lebih baik coba kamu tanya ke ayahmu nanti."

"Iya, Bu. Gina juga tadi bilang ke Pak Deddy kalau Gina mau konsultasi dulu sama ayah. Soalnya, Pak Deddy kasih batas waktu tiga hari untuk Gina ajukan surat keberatan kalau memang tidak siap jadi ketua."

"Hm.. Ibu rasa sih ayah kamu pasti tidak keberatan."

"Kayaknya sih begitu, Bu."

"Pastilah. Hm.. Tapi, kenapa kamu harus tanya ibu sama ayah dulu? Kenapa ga langsung iyain aja waktu ditunjuk jadi ketua?"

"Hm.. Gimana ya, Bu. Gina tuh merasa belum siap dan belum pantas, Bu. Apalagi, Gina kan bisa dibilang masih anak baru jadi kayak aneh aja langsung disuruh mimpin."

"Gapapa.. Coba dulu aja, nak. Mereka itu sudah percaya sama kamu, jadi kamu harus bayar kepercayaan itu dengan etos kerja kamu."

"Justru itu yang Gina khawatirin, Bu. Gina takut mengecewakan mereka."

"Enggak bakalan, nak. Ibu sama seperti mereka, kita semua percaya sama kemampuan kamu, nak. Ayahmu juga pasti begitu."

"Hm.. In syaa Allah, Gina coba kalau begitu. Tapi, Gina juga tetap mau minta pendapatnya ayah dulu."

"Iya, nak. Ibu yakin kamu pasti bisa."

"Aamiin. Hm.. Gina kembali ke kamar ya, Bu."

"Iya, nak. Tapi, kamu jangan tidur, ya, soalnya kamu baru selesai makan."

"Iya, Bu."

***

Selesai makan malam, Gina langsung konsultasi ke ayahnya tentang jabatan barunya di kantor. Sementara itu, ibunya Gina langsung ke kamar untuk istirahat sambil menonton sinetron favoritnya.

Mereka tidak sempat membahas jabatan baru Gina saat makan malam karena ayahnya Gina keasyikan cerita soal keseruan latihan tadi sore.

"Ayah.. Ibu sudah cerita belum tentang berita terbary Gina di kantor?" tanya Gina.

"Hm.. Belum, nak. Memangnya ada masalah apa kamu di kantor?" jawab dan tanya balik ayahnya Gina.

"Bukan masalah, yah. Tapi, ayah sudah tahu kan Dokter Mario resign?"

"Dokter Mario yang ketua tim medis akademi?"

"Iya, yah."

"Oh.. Ayah baru tahu nih. Terus, apa hubungannya dengan kamu?"

"Nah.. Gina kan wakilnya Dokter Mario. Jadi, sejak tadi siang Gina gantikan posisinya jadi ketua, yah.

"Serius, nak?"

"Iya, yah. Tapi.. Gina tuh merasa masih belum siap sama belum pantas jadi ketua."

"Kok gitu?"

"Mungkin karena Gina merasa masih anak baru di kantor jadi aneh tiba-tiba disuruh mimpin, yah."

"Tidak usah berpikiran begitu, nak. Coba jalanin aja dulu. Ayah yakin kamu bisa dan bakal terbiasa nanti."

"Hm.. Jadi, Gina terima aja jabatan itu? Soalnya, Pak Deddy ngasih waktu tiga hari untuk ajukan surat keberatan kalau memang Gina belum mau jadi ketua."

"Udah.. Terima aja, nak. Kamu jangan sia-siain kesempatan bagus begini."

"Hm.. Baik, yah. Gina coba."

"Nah.. Gitu dong. Kamu sudah tanya soal ini ke ibumu?"

"Sudah, yah."

"Terus, apa kata ibumu?"

"Sama kayak ayah. Jalanin aja."

"Iya. Jalanin aja, nak. Nanti ayah bantu kalau kamu perlu bantuan."

"Okelah, yah."

***

Gina akhirnya memutuskan untuk menerima jabatan itu dan tidak mengajukan surat keberatan kepada manajemen klub.

Gina pun langsung memimpin rapat dengan staff medis untuk tim akademi. Rapat itu membahas evaluasi kinerja mereka selama ini saat di bawah kepemimpinan dr. Mario. Mereka juga membahas program-program yang telah dibuat sebelumnya apakah perlu dilanjutkan, ditunda, atau diberhentikan.

Gini cukup berwibawa saat memimpin rapat. Selesai rapat, para anggotanya, termasuk Bulan, memuji dia.

"Wah.. Kakak keren banget tadi. Aku belum pernah lihat sisi kepribadian kakak yang tadi," puji Bulan.

"Sudah.. Sudah.. Kamu mau cokelat atau es krim?" tanya canda Gina.

"Tas aja, kak. Hahaha," jawab Bulan.

"Yah.. Ngelunjak. Hahaha."

"Hehehe.. Tapi, es krim boleh dong, kak?"

"Boleh aja, sih."

"Oke, makasih kakakku."

Selesai rapat, Gina dan para anggotanya berkoordinasi dengan staff kepelatihan tim akademi. Gina menyampaikan hasil rapat tadi. Sementara itu, staff kepelatihan pun menyampaikan kondisi terbaru fisik dan stamina para pemain akademi yang menurut mereka belum maksimal.

***

Sudah sebulan Gina mengemban jabatan barunya. Belum ada kendala berarti yang dihadapinya. Semua pemain akademi yang ditanganinya dalam kondisi prima dan siap tanding. Staff kepelatihan sangat senang dengan hasil kinerja Gina dan para anggotanya. Jajaran manajemen klub pun memberikan apresiasi kepadanya.

Akan tetapi, Gina tidak terbuai dengan semua itu. Gina terus belajar dan memperkaya wawasannya. Gina juga selalu berdiskusi dengan ayah dan para pelatih yang ada di klub.

***

Sementara itu, Head Coach klub Glory United FC akhirnya dipecat karena timnya kalah lima pertandingan beruntun. Manajemen beranggapan hasil buruk itu menurunkan nilai klub di mata sponsor dan calon investor baru. Manajemen pun menunjuk Coach Feri, ayahnya Gina, selaku caretaker sampai klub mengontrak head coach baru.

"Ini pertama kalinya ayah jadi caretaker?" tanya Gina.

"Tidak, nak. Ini yang ketiga kali," jawab sang ayah.

"Oh, begitu. Kenapa tidak pernah jadi head coach, yah?"

"Lisensi ayah belum memenuhi syarat, nak. Tahun depan baru bisa kalau lulus ujiannya."

"Oh iya, ya. Gina lupa, yah."

"Doakan saja semoga klub kita promosi ke liga satu terus ayah ditunjuk jadi head coach."

"Aamiin Ya Allah."

"Aamiin. Hm.. Sudah lama kita tidak bahas sesuatu, nak."

"Hm.. Apa itu, yah?"

"Soal jodohmu, nak. Gimana? Sudah ada calon?"

"Belum ada, yah. Gina mana sempat mikirin itu."

***