Chereads / Istri CEO Klub Bola / Chapter 13 - Terpukau

Chapter 13 - Terpukau

""Urusan jodoh tidak perlu dipikirin, tali didoain, nak."

"Maksudnya, yah?"

"Maksud ayah.. Setiap kamu doa setelah sholat, apalagi sholat tahajjud, kamu usahakan selipkan satu doa tentang jodoh. Minta jodoh yang terbaik buat dunia akhirat kamu. Minta jodoh itu juga datang di waktu yang tepat. Gitu, nak."

"Oh, iya, yah. Nanti Gina usahakan."

***

Di bawah kepemimpinan Coach Feri, ayahnya Gina, klub Glory United FC kembali ke jalur kemenangan. Mereka berhasil menyapu bersih tiga pertandingan dan meraup sembilan poin. Mereka pun perlahan naik ke papan atas klasemen. Kepercayaan diri para pemain pun kembali muncul. Dukungan para suporter pun kembali bergelora.

Sayangnya, masa kepemimpinan Coach Feri tidak berlangsung lama karena terbentur regulasi liga yang mengaruskan klub segera mencari pelatih yang memenuhi lisensi. Klub Glory United FC pun akhirnya menunjuk Head Coach baru, Coach James. Coach Feri pun kembali ke tugas semula, Asisten Pelatih 1.

***

Sementara itu, Gina semakin menikmati pekejaannya. Saking menikmati, Gina sering baru pulang dari kantor klub di atas jam delapan malam.

"Kamu kenapa akhir-akhir ini sering pulang telat, nak?" tanya ibunya Gina.

"Hm.. Banyak kerjaan di kantor, Bu.," jawab Gina.

"Ga bisa dikerjain di rumah itu, nak?"

"Bisa sih, Bu. Tapi, Gina maunya itu sampai rumah langsung makan atau tidur."

"Hm.. Kamu lagi ga ada masalah apa-apa kan, nak?"

"Masalah apa, Bu?"

"Iya, siapa tahu kamu lagi ada masalah apa terus ngalihinnya dengan bekerja sampai lupa waktu."

"Oh.. Alhamdulillah enggak ada masalah kok, Bu."

"Alhamdulillah kalau begitu. Kamu sudah makan, nak?"

"Alhamdulillah sudah tadi di kantor."

"Alhamdulillah. Kalau begitu kamu cepat istirahat, jangan begadang lagi."

"Iya, Bu. In syaa Allah. Gina ke kamar ya."

***

Kabar tentang Rafli Faris akan membeli klub Glory United FC sudah menghilang. Namun, kabar tentang bergabungnya dia ke klub semakin berhembus kencang. Rafli diisukan menjadi direktur olahraga dari perusahaan yang menaungi klub.

"Ayah.. Itu si Rafli gimana? Jadi dia beli klub kita?"

"Hm.. Setahu ayah sih.. Dia ga jadi beli klub kita, nak. Tapi, kayaknya dia nanti jadi salah satu direktur. Terus, ternyata dia itu bisa dibilang ponakannya Pak Deddy."

"Ponakan? Seingat Gina, Pak Deddy pernah cerita kalau dia itu anak tunggal."

"Iya betul, nak. Jadi, bapaknya si Rafli ini kakak sepupunya Pak Deddy."

"Oh, begitu, yah."

"Iya, nak. Terus yang ayah dengar juga, si Rafli ini baru mau beli klub kita nunggu satu atau dua tahun, mungkin dia mau pelajari dulu sistemnya dari dalam."

"Oh.. Tapi, ayah sudah ketemu sama dia?"

"Sudah.. Tapi cuma sebentar karena dia cuma memantau pas lagi latihan."

"Oh.. Begitu."

"Kalau kamu sudah ketemu, nak?"

"Belum, yah. Cuma pernah satu kali lihat dia dari jauh, itu juga kalau betul itu dia."

"Oh.. Tapi, kamu mau ketemu sama, dia?"

"Mau tidak mau pasti ketemu sama dia kan, yah."

"Iya sih, nak. Tapi, ibumu cerita waktu kecil kamu itu ngefans banget sama si Rafli."

"Katanya sih begitu, yah. Tapi, sumpah Gina lupa."

"Masa sih fans bisa lupa sama idolanya, nak."

"Ya kan itu waktu kecil dan udah lama banget, yah."

"Yayaya.. Kamu sudah makan malam, nak?"

"Belum, yah. Kalau ayah?"

"Alhamdulillah, sudah. Kamu makan dulu sana."

"Iya, yah."

***

Sepekan setelah perbincangan Gina dengan ayahnya, Rafli Faris resmi bergabung ke klub Glory United FC. Rafli Faris menjabat sebagai Direktur Olahraga dari perusahaan yang menaungi klub. Direktur Olahraga yang sebelumnya kini menjabat sebagai anggota dewan komisaris perusahaan itu.

Rafli Faris juga menyuntikkan dana segar ke klub itu melalui kerjasama sponsorship jangka pendek hingga akhir musim ini. Logo produk fashionnya akan terpampang di papan iklan yang ada di pinggir lapangan.

Selain di hadapan staff perusahaan, Rafli juga dilantik dan diperkenalkan di depan semua pemain dan staff kepelatihan serta staff medis, termasuk Gina dan Bulan.

Rafli pun dipersilakan menyampaikan sepatah dua patah kata.

"Terima kasih banyak untuk kalian semua karena telah memberikan saya kesempatan bergabung ke klub yang luar biasa ini. Meskipun saya bisa dibilang baru menggeluti dunia sepakbola, tapi saya akan memberikan usaha dan kerja keras semaksimal mungkin. Selanjutnya, alasan saya bergabung dan bekerja sama dengan klub ini karena setelah bicara dengan para pemegang saham beserta jajaran direksi, saya benar-benar tertarik dengan ide, gagasan, serta visi misi jangka panjang klub ini. Jadi, saya berharap kita semua bisa bekerja sama dengan baik dan saya juga mohon bimbingan kalian karena saya benar-benar awam di bidang ini. Mungkin itu saja dari saya. Terima kasih. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh."

Selesai berbicara, Rafli menjawab semua pertanyaan yang ditujukan kepadanya. Gina tidak mengajukan pertanyaan karena dirinya terpukau dengan pernyataan-pernyataan dan jawaban-jawaban dari Rafli. "Wah.. Cerdas juga nih orang. Kok beda banget ya kalau dia di tv." ujar Gina dalam hatinya.

***

Usai acara pelantikan Rafli, Gina langsung pulang. Kali ini dia pulang numpang di mobil barunya Bulan. Mobilnya Gina sedang dalam perawatan di bengkel langganan.

Selama perjalanan pulang, Bulan tidak henti-hentinya menjodohkan-jodohkan seniornya itu dengan Rafli.

"Kak Gina.. Boleh bertanya?"

"Boleh.. Ada apa ya? Tumben kamu minta izin dulu."

"Hm.. Tadi aku perhatiin pas si Rafli bicara, kakak fokus banget terus sambil senyum-senyum. Kakak naksir ya sama dia?"

"Hah? Naksir? Tidak lah. Aku itu kayak ga percaya aja dia secerdas itu. Apalagi kamu tahu sendiri kan dia gimana kalau di tv atau di channel Youtubenya. Beda banget kan."

"Masa sih ga naksir? Hm.. Mungkin ya kak.. Ini jawaban dari harapan ayahnya kakak."

"Maksudnya, dek?"

"Iya, kan ayahnya kakak berharap jodohnya kakak itu kerja di dunia sepakbola. Mungkin, si Rafli ini jawabannya, apalagi kalau tidak salah kakak ngefans kan sama dia dari kecil."

"Hm.. Pertama ya, dek.. Kalau soal jodoh itu, tidak ada yang tahu kecuali Allah. Terus yang kedua.. Soal ngefans sama dia, itu waktu kecil dan itu pun cuma kata ibuku sih, aku ga ingat sama sekali."

"Masa sih ada orang yang lupa pernah ngefans sama artis idolanya?"

"Ada lah. Apalagi itu waktu masih kecil toh dek. Memori sudah hilang sebagian. Hahaha."

"Hahaha.. Hm.. Kalau si Rafli nanti mau kenalan sama kakak, kakak mau ga?"

"Mau tidak mau pasti kita akan kenalan sama dia, apalagi tim medis itu harus laporan ke dia setiap tiga atau empat bulan, seperti direktur yang kemarin toh."

"Iya sih, kak. Tapi, maksud Bulan, kenalan di luar urusan pekerjaan?"

"Belum tahu ya kalau soal itu, atau jangan-jangan kamu yang mau kenalan sama dia, dek."

***