"Mauu!"
Aku tersenyum, padahal sebenernya lebih suka jika dia menjawab tak mau atau apalah itu. Lebih keren lagi jika Refi langsung menangis dan minta dijemput oleh bang Dimas.
Namun jika teringat usia kami yang hanya terpaut setahun saja, aku meringis dibuatnya.
"Okey, udah makan atau belum?"
"Belum, kan mau nginep jadi makan disini aja boleh, 'kan?"
Aku melirik jam usai mendengar pertanyaannya tadi. Baru jam segini, dan sepertinya memang belum waktunya untuk belajar.
"Iyah, kak Riki masuk aja kalau males ladenin Refi," kekehku sambil menaruh tas.
Baru sadar diriku kalau tas ini masih terpasang rapi di balik bahu sejak tadi.
"Nggak, emang kalian mau kemana? Jangan bilang kamu mau masak buat bocil?" tanya kak Riki penuh selidik.
Tentu saja aku mengangguk yakin. "Bibik nggak ada di rumah kayaknya, ya kan, Ref?"