Nah, sepertinya aku salah, lagi.
Pagi-pagi sekali Desi heboh. Dia bahkan mengganggap diriku bodoh.
"Njir, dia hacker," bisiknya.
Aku memang ansos, namun untuk masalah yang satu ini aku jelas mengetahui artinya. Ku dengar Desi dan Cahya sahabat karib sejak mereka jadi Zigot, jadi wajar kalau keduanya memang benar-benar sedekat itu.
Sebagai orang luar kadang aku pun merasa bersalah lantaran mendadak hadir di antara mereka. Eits tapi karena hal itu sudah berlalu maka ya sudahlah.
Lagian mereka yang menawarkan persahabatan. Aku yang tak punya apa-apa ini pun dengan senang hati menerima.
"Terus?" sahutku yang masih sok cuek.
Mungkin karena gemas Desi menimpuk kepalaku dengan segumpal kertas. Aku menatapnya horor, nggak sakit sama sekali sih tapi bagaimana jika gara-gara dia otakku mendadak tumpul dan tak bisa mengerjakan ulangan semester ini?
Hey, meskipun ini baru hari keempat kami ulangan semester akhir namun tetap saja akan gawat kalau otakku mendadak tak bekerja normal.