Tak boleh tak boleh apanya!
Setelah semalaman kak Riki menjagaku yang sudah sembuh ini, pagi harinya aku memutuskan untuk sekolah. Refi marah-marah, dia bilang kalaupun fisikku baik namun mentalku belum.
Pagi-pagi sekali papa datang, dan dia membawa dokter bersamanya. Kata mereka aku boleh sekolah tuh. Jadi, dengan alasan apa aku harus berbaring di rumah lagi?
"Kak, i can walk. Jadi please nggak perlu bersikap kayak aku lumpuh deh, terbaring delapan hari itu bukan apa-apa," kataku yang dihadiahkan dengan tatapan tajam olehnya.
Duh, kami sudah berangkat siang dan kak Riki terlampau posesif. Alhasil diriku malu bukan main karena menjadi tontonan.
Sekarang aku jadi memikirkannya. Apa karena sudah lama tak melihatku mereka berpikir bahwa aku telah tiada ya? Kan kemungkinan besar hal seperti itu juga bisa terjadi.
Walaupun aku kurang yakin juga sih.
"Jangan melamun, bentar lagi sampai di kelas. Kalau ada apa-apa nanti minta tolong sama Desi saja ya?" kata kak Riki.