Aku benar-benar mengabaikannya. Mungkin saja ini bukan pilihan yang tepat, namun bagiku yang pernah ditinggalkan demi gadis lainnya ini terasa semu.
Ambang antara batas maju dan mundur terlalu kentara. Ingin maju namun aku benar-benar ketakutan, jika mundur kegelapan pasti akan merayakan pesta penyambutan kedatanganku lagi.
Mereka bahkan sepertinya sudah bersiap-siap mengingat bahwa hatiku semudah itu terombang-ambing.
Aku duduk di tepian ranjang. Menatap buku tulis yang terbuka hasil tulis tangan Cahya. Dia dan Desi benar-benar hebat, mereka menyalin semuanya yang ku butuhkan saat ini.
Mengingat minggu depan sudah ulangan akhir semester ganjil, harusnya aku sudah belajar. Namun bukannya meraih buku, yang ku lakukan saat ini justru meraih diary.
Membukanya perlahan, sudah sebulan lebih aku gak menuliskan sesuatu disana. Ku ambil pena lantas jemariku mulai menari di atasnya.
"Hei, kau tahu tidak apa yang paling menyebalkan di dunia ini?" tanyaku pada diary itu.