Chereads / Pernikahan Pahit / Chapter 7 - Trauma

Chapter 7 - Trauma

Laura memandang foto pernikahannya dengan Christian yang sudah tergantung di dinding.

Entah kapan lelaki itu menaruhnya di sana.

Mereka baru saja pulang dari makan malam.

Dan Laura langsung terpaku pada foto itu begitu masuk ke dalam rumah.

Christian ikut berdiri di sebelah Laura.

"Ku kira kamu orang yang sibuk. Tapi ternyata kamu banyak waktu luang. Sampai-sampai aku gak tahu kapan kamu memajang foto ini," ucap Lauraa sambil sekilas menatap suaminya dari samping.

"Tadi siang setelah melihat kafemu aku mampir untuk mengambil foto ini dan memajangnya di sini," kata Christian sambil memegangi tengkuk lehernya karena gugup.

"Sepertinya lubang hidungku terlihat besar sebelah," gumam Laura masih dengan memandangi foto itu.

Sedangkan Christian langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain karena tidak kuasa menahan senyumnya setelah mendengar perkataan Laura barusan.

"Oh, kamu tersenyum! Coba lihat ke sini!" seru Luara saat tidak sengaja menangkap senyum Christian yang gagal disembunyikan lelaki itu.

Laura berusaha meraih wajah Christian untuk membuatnya menampakkan senyumnya lagi.

Namun karena lelaki itu lebih tinggi darinya jadi ia gagal menembus pertahanan Christian.

"Kamu salah lihat," kata Christian sambil berlalu meninggalkan Laura yang masih kesal karena gagal membuat dirinya mengaku jika ia tadi memang tersenyum.

Laura sangat heran kenapa suaminya itu malu untuk menunjukkan senyum pada istrinya sendiri?

Sebesar itukah gengsinya??

Karena hal ini dia jadi terpanggil untuk membuat suaminya itu jadi lebih banyak tersenyum.

Dimulai dari senyum, mungkin nanti kepribadian Christian juga akan mulai berubah jadi lebih baik.

Terutama pada dirinya.

Laura menyusul Christian masuk ke dalam kamar.

Saat ia membuka pintu, dia melihat suaminya itu sedang mengganti bajunya.

Jantung Laura berdebar saat melihat Christian bertelanjang dada di matanya.

Dengan langkah pelan, Laura mengambil piyamanya dan menuju kamar mandi.

Dia memutuskan untuk mengganti bajunya di kamar mandi saja.

Saat Laura keluar dari dalam kamar mandi, ia melihat Christian sudah duduk bersandar di salah satu sisi ranjang.

Dan mulai berkutat dengan laptop yang berada di pangkuannya.

Laura menghampiri sisi lain ranjang Christian dan dengan perlahan berbaring di sebelahnya.

Agar tidak menggangu pekerjaan suaminya.

Dia lalu menarik selimut hingga ke bagian lehernya sehingga kini hanya menampakkan kepalanya saja.

Sesekali dia melirik Christian menggunakan ekor matanya.

Lelaki itu masih bergeming, hanya jari jemarinya saja yang aktif bergerak sebagai tanda kehidupan.

"Kenapa kamu terus menerus melirikku seperti itu?" tanya Christian tanpa mengalihkan pandangannya dari layar laptopnya.

Laura terperanjat mendengar perkataan suaminya.

Bagaimana dia bisa tahu jika tadi ia mencuri pandang dengannya, sedangkan matanya dari tadi tidak beralih dari layar laptop itu.

"Apa ada sesuatu yang ingin kamu bicarakan?" tanya Christian lagi

"Itu..." Laura menggantung kalimatnya.

Ia tidak yakin apa dia perlu menanyakan hal itu pada suaminya.

"Ah gak, lupakan saja," sambung Laura lalu memunggungi Christian.

Namun perasaannya kembali kacau, dia merasa tidak akan tidur nyenyak jika belum menannyakan hal ini.

Laura memutar tubuhnya kembali.

Kini ia mengganti posisinya menjadi duduk di sebelah Christian.

"Itu.. sebenarnya kamu menyukaiku atau enggak?" tanya Laura.

Akhirnya dia berniat mencari jawaban atas rasa penasarannya selama ini.

"Pertanyaanmu terdengar sangat bodoh," jawab Christian tanpa memperhatikan Laura.

Dan wanita itu tampak berpikir keras untuk mencerna jawaban dari suaminya.

"Kalau aku gak menyukaimu, mana mungkin aku menikah denganku," ucap Christian kembali.

"Lalu, apa mungkin kamu.."

Belum selesai Laura mengeluarkan pertanyaanya jari telunjuk Christian sudah berada di depan bibir Laura.

"Sstt... Aku gak seperti yang kamu tuduhkan. Jadi berhenti berpikir macam-macam tentangku," ucap Christian.

Laura mengangguk dengan cepat pertanda ia mengerti dengan ucapan suaminya itu.

Kemudian Christian kembali fokus pada layar laptopnya.

"Maafkan aku, bukannya aku mencurigaimu tapi aku hanya.."

*CUP*

Christian mengecup sekilas bibir Laura.

"Kurasa ini cukup untuk membuatmu diam," ucap Christian.

Mereka saling menatap hingga hanya tersisia beberapa inci jarak antara mereka.

Christian menelan salivanya.

"Haruskah ku lakukan hari ini?" pikir Christian.

Sesuatu yang sebelumnya ia tunda karena suatu hal yang hanya dia yang tahu.

Namun wajah merah wanita yang kini ada di depannya ini selalu bisa menggodanya.

Hingga membuat lelaki itu terhipnotis ingin melakukan kewajibannya sebagai seorang suami.

Dengan tangan kanannya, Christian meletakkan laptopnya di atas nakas yang berada di sebelahnya.

Namun tatapannya tidak berpaling dari istrinya.

Setelah itu tangannya meraih tengkuk leher Laura.

Tanpa aba-aba dia mencium lembut bibir wanita yang ada di depannya itu.

Laura memejamkan matanya sebagai tanda jika ia tidak melakukan perlawanan.

"Mungkinkah Christian akan melakukannya malam ini?" batin Laura.

______

Christian tersenyum pada Luna yang seminggu ini sudah resmi menjadi istrinya.

Ia terus menghujami wajah Luna dengan ciuman bertubi-tubi sebagai bukti rasa cintanya yang besar terhadap wanita itu.

"Jangan pernah berhenti mencintaiku Chris," ucap Luna saat itu.

"Aku tidak akan pernah berhenti mencintaimu," kata Christian.

Christian kembali mencium bibir Luna, tapi ekspresi dari istrinya tidak seperti biasanya.

Dia terlihat menahan sesuatu.

Sedangkan kedua tangannya terus memegangi dada kirinya.

Dalam hitungan detik Luna langsung tidak sadarkan diri.

"Luna!! Ada apa denganmu? Bangun Luna!!"

Chriatian terus mengguncangkan tubuh istrinya berharap hal itu dapat membuatnya sadar.

Namun karena tidak membuahkan hasil, akhirnya Christian membopong Luna menuju mobilnya dan langsung membawanya ke rumah sakit.

Christian melajukan mobilnya seperti orang gila.

Hanya satu yang dia inginkan, yaitu cepat sampai di rumah sakit.

Ia penasaran dengan apa yang terjadi pada istrinya, sebab selama ini dia terlihat sehat-sehat saja.

"Bertahanlah Luna, kita akan segera sampai," ucap Christian pada Luna yang masih tidak sadarkan diri di kursi sebelahnya.

Tangan kirinya masih terus menggenggam tangan Luna.

Begitu sampai di rumah sakit Christian langsung berlari membawa Luna menuju IGD.

Bahkan dia tidak menyadari saat itu dia tidak mengenakan alas kaki karena terburu-buru.

"Tolong selamatkan istriku," seru Christian saat ia sudah masuk di ruangan IGD.

Para perawat langsung menghampiri dengan membawa brankar dorong untuk membawa Luna menuju sebuah ruangan agar segera di tangani.

Tidak lama dokter masuk dan melihat keadaan Luna.

Christian menunggu dengan cemas di ujung ruangan, menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri istrinya yang sedang berjuang dengan nyawanya.

Salah seorang perawat memasang beberapa kabel pada tubuh Luna yang menghubungkannya pada alat monitoring yang berada di samping brankarnya.

Dokter lalu melakukan intubasi untuk memasukkan selang khusus melalui mulut dan hidung Luna.

Setelah itu sebuah alat Ventilator kemudian dihubungkan pada selang tersebut.

Perawat lain datang membawa Defribilator atau Alat kejut jantung.

Melalui aba-aba dokter itu mulai menempelkan alat itu pada dada Luna.

Betapa hancur hati Christian menyaksikan pemandangan seperti ini di depan matanya.

Air matanya terus keluar berharap hal ini cepat berlalu.

*NIT........*

Terdengar bunyi nyaring dari alat monitoring.

Dokter dan perawat melepaskan satu persatu alat yang menempel pada tubuh Luna.

"Kenapa kalian berhenti? Istri saya belum sadar!!" seru Christian lalu menghampiri mereka.

"Kalian harus menyelamatkannya bagaimanapun caranya!"

"Maaf pak, istri anda sudah tidak tertolong," ungkap dokter itu.

"Tidak... Tidak mungkin. Kalian harus berusaha lagi!" ucap Christian sambil memasangkan kembali alat oksigen pada Luna.

Namun ia akhirnya sadar jika itu sia-sia.

Tubuhnya menjadi lemas seketika hingga ia jatuh terduduk ke lantai.

Christian menangis sejadinya malam itu.

______

Tiba-tiba saja Christian memundurkan tubuhnya menjauhi Laura.

Tangannya terus saja memegangi mata dan kepalanya.

"Ada apa?" tanya Laura yang terkejut melihat perubahan pada diri Christian.

Lelaki itu tampak shock dan ketakutan.