Chereads / Pernikahan Pahit / Chapter 9 - Pertemuan Memalukan

Chapter 9 - Pertemuan Memalukan

Sore itu kafe Laura terlihat ramai seperti biasanya.

Sudah satu bulan lebih kafenya beroperasi saat itu.

Setiap hari pelanggan wanita selalu membanjiri kafenya karena ingin betemu dengan pegawainya yang bernama Hyunsik.

Tak jarang banyak yang ingin berswafoto dengan pemuda itu.

Dan yang lebih bersemangat adalah Chintia yang selalu berusaha mendekati Hyunsik.

"Hyunsik ..." goda Chintia.

"Iya,,," jawab Hyunsik dengan senyum khasnya.

Dia memang murah senyum, dan jika ia senyum selalu menampilkan smile eyes nya yang menjadikan hal itu daya tariknya.

"Apa kamu sudah punya pacar?" tanya Chintia iseng di sela kesibukan mereka.

"Memang kenapa?" Hyunsik malah balik bertanya seolah enggan menjawab pertanyaan dari Chintia.

"Ah, kamu pasti sudah punya pacar," gumam Chintia dengan nada kecewa.

Sedangkan Hyunsik hanya tersenyum seperti biasanya.

"Padahal kamu itu, tipe idaman ku loh,, " ucap Chintia dengan cekikikan.

Dia menutup wajahnya karena malu.

Namun saat ia menurunkan tangannya, Hyunsik sudah tidak ada di depannya.

"Eh, kemana dia?" tanya Chintia pada dirinya sendiri.

Ternyata Hyunsik pergi menghampiri Laura yang saat itu baru keluar dari ruangannya dan duduk di meja dekat jendela di sudut kafe.

Ia menulis laporan keuangan kafe di sana, sambil memperhatikan pelanggan yang hadir di kafenya.

"Kopi spesial untukmu noona," ucap Hyunsik sambil menaruh segelas kopi hangat kesukaan Laura.

"Terima kasih, kamu sangat baik," kata Laura.

"Sepertinya sudah mulai musim hujan. Noona jangan lupa jaga kesehatan dan selalu gunakan pakaian hangat saat keluar," kata Hyunsik sambil memperhatikan langit yang sore itu sudah mendung.

"Kamu benar. Aku akan mengikuti nasihatmu," ucap Laura.

"Oh iya, bagaimana kamu betah bekerja di sini?" tanya Laura kemudian.

"Tentu saja aku betah bisa bekerja dengan noona yang baik dan cantik,"

"Aku jadi merinding, tapi sayang sekali aku sudah menikah," kata Laura sambil menunjukkan cincin yang berada di jari manisnya.

"Aku tahu. Karena itu aku memanggilmu noona yang berarti panggilan kepada perempuan yang lebih tua. Karena aku sudah menganggapmu seperti kakak ku sendiri," ucap Hyunsik sambil tersenyum pada Laura.

"Hyunsik sini!!" panggil Chintia.

"Sepertinya aku harus kembali bekerja. Selamat menikmati kopimu noona," Hyunsik lalu kembali ke tampat kerjanya karena di sana sudah ada beberapa pelanggan wanita yang menunggu untuk melihatnya secara dekat.

Laura kembali fokus pada pekerjaannya.

Di temani dengan kopi buatan Hyunsik yang sangat nikmat.

Sampai tiba-tiba dia merasa ada yang keluar dari area sensitifnya.

"Tanggal berapa ini? Jangan-jangan aku kedatangan tamu bulanan. Mana aku lupa bawa pembalut," gerutu Laura.

Dia segera menuju toilet untuk memastikan hal itu.

Dan ternyata benar, sedikit noda darah sudah mengotori celana dalamnya.

Ia bergegas keluar untuk membeli pembalut di minimarket terdekat.

"Aku keluar dulu ya, ke minimarket depan," pamit Laura saat ia melewati Chintia dan Hyunsik.

Hyunsik lalu menghampiri Laura dan menyerahkan sebuah payung untuknya.

"Sebentar lagi turun hujan. Sebaiknya noona berjaga-jaga dengan membawa payung," ucap Hyunsik sambil menyerahkan payung itu.

"Ah iya terima kasih Hyusik. Kamu sangat baik......"

Eliza mengelus rambut Hyunsik dan membuat lelaki itu tersipu.

"Apa-apaan itu. Apa Hyunsik menyukai Laura??" gumam Chintia.

Setelah Hyunsik kembali, Chintia menjadi kesal seteah melihat pemandangan tadi.

"Ingat, Laura sudah punya suami," kata Chintia dengan tegas.

"Aku tahu. Tapi semua tidak seperti yang kamu pikirkan," jawab Hyunsik tanpa memandang Chintia.

Chintia mencibir pengakuan Hyunsik yang mengelak jika dia menyukai Laura.

"Lebih baik kamu menyukaiku. Jelas-jelas aku wanita single. Jadi..."

Belum sempat Chintia meneruskan kalimatnya Hyunsik lagi-lagi sudah pergi dari hadapannya.

"Dasar anak itu," Chintia mendengus kesal.

***

Laura keluar dari minimarket dengan perasaan lega setelah mendapatkan barang yang ia butuhkan.

Dia harus bergegas kembali ke kafe untuk memakai barang tersebut sebelum darah keluar lebih banyak.

Benar kata Hyunsik, hujan tiba-tiba turun walaupun tidak begitu deras.

Laura lalu membuka payung yang ia bawa dari tadi.

Namun matanya teralihkan saat melihat pemuda yang sedang duduk di depan minimarket dengan beberapa luka di wajahnya.

Laura mengangkat kedua bahunya dan melangkah melewati lelaki tersebut.

Namun lelaki itu tiba-tiba meraih pergelangan tangannya.

"Hei, tolong bantu aku," ucap lelaki itu lalu menarik tangan Laura.

Lelaki itu mendekat dan berada di payung yang sama.

Tatapannya begitu tajam, dan membuat Laura takut.

"Apa yang kamu lakukan?!" tanya Laura dengan emosi.

"Ssttt... Tolong sembunyikan aku sebentar saja," jawabnya.

Tangannya lalu mengambil alih pegangan payung dan sedikit menurunkannya hingga wajah mereka sekarang tidak dapat terlihat orang lain.

Laura membulatkan matanya saat lelaki itu menyentuh tangannya yang masih memegangi payung.

Namun dia sama sekali tidak bergerak dan mulutnya terkunci.

Entah kenapa dia menurut saja saat lelaki itu meminta bantuannya.

"Ke mana perginya anak sialan itu?!!" seru seorang pria paruh baya dari samping mereka berdua.

Tidak lama pria paruh baya itu pergi dari hadapan mereka.

Setelah aman, lelaki itu melepaskan tangannya dari pegangan payung dan tangan Laura.

"Terima kasih, aku sudah lelah untuk berlari lebih jauh lagi tadi," ucap lelaki itu dan berniat pergi dari hadapan Laura.

"Tunggu, apa kamu pencuri?!!!" tuduh Laura.

Dia tidak bisa membiarkan dia kabur jika ternyata ia adalah seorang pencuri.

Laura pun meraih kaos yang dipakai lelaki itu dari belakang.

Namun tidak sengaja kakinya tersandung dan ia jatuh tersungkur di samping lelaki tersebut.

Sebuah kantong keresek yang ia bawa dari tadi melayang ke udara dan isinya keluar dari tempatnya.

Yang lebih memalukan barang tersebut mendarat dengan sempurna di tangan lelaki tersebut.

Lelaki itu memandang barang tersebut dengan canggung.

Saat ia ingin mengembalikannya perhatiannya malah tertuju pada celana Laura.

"Celanamu berdarah," ucap lelaki itu.

"A apa?"

Setelah menyadari situasinya Laura malu bukan main, iapun lalu bangkit dan mengambil barangnya dari tangan lelaki itu.

Sambil menutupi celana bagian belakangnya, Laura bergegas berlari meninggalkan lelaki itu dengan perasaan malu.

"Tunggu, payungmu ketinggalan," seru lelaki tersebut yang tidak dipedulikan oleh Laura.

Akhirnya dia memungut payung tersebut dan membawanya pergi bersamanya.

***

Laura sampai di kafe dengan penampilan yang kacau.

Bajunya basah kuyup dan rambutnya berantakan.

"Loh Ra, kenapa penampilanmu jadi seperti itu? Kamu habis di terkam harimau??" tanya Chintia yang terkejut melihat temannya itu.

"Jangan mendekat! Kalian berdua balik badan," perintah Laura.

Untung saja saat itu kafe sudah sepi, hanya tinggal beberapa orang saja yang tidak peduli dengan kedatangan Laura yang seperti itu.

Dengan cepat ia berlari menuju toilet untuk membersihkan tubuhnya.

Hyunsik memandang heran ke arah Chintia.

Seolah bertanya apa yang terjadi dengan bos mereka itu.

Namun Chintia hanya mengangkat kedua bahunya.

"Memalukan.. memalukan.. memalukan!!" runtuk Laura sambil membenturkan dengan pelan kepalanya ke tembok toilet.