Kembali ke pernikahan Daniel dan Nancy ….
Celline mengambilkannya bunga dan mengangguk pelan. Itu adalah perjanjiannya dengan Nancy, Daniel tak tahu jika ada perjanjian seperti itu. Mungkin jika mengetahuinya dia akan menolak pernikahan ini.
Ayah Nancy tak mau menatap wajah Celline lagi, itu adalah hal wajar dan Celline tampak bisa menerimanya. Dari kejauhan wanita itu melihat Daniel rapi dengan setelan jas hitamnya. la terlihat sangat tampan di hari pernikahannya.
Celline tersenyum pada Daniel lalu keluar dari gedung itu dan meninggalkan mereka berdua untuk memulai lembaran barunya.
"Selamat tinggal, Daniel," lirihnya tanpa menoleh ke belakang lagi.
Celline keluar dari gedung pernikahan. Tanpa pamit pada Daniel, lelaki yang selama ini sudah mengisi kekosongan hidupnya.
Di ujung jalan. Seseorang telah menunggu Celline. Nando melambaikan tangannya kepada gadis itu.
Celline mempercepat langkahnya. Ingin buru-buru sampai pada lelaki yang sudah beberapa bulan ini menemaninya. Menghiburnya setiap dia teringat dengan Daniel.
"Udah selesai?" tanya Morvin. Ia memberikan helm oada Celline.
Celline mengangguk. "Aku mau jalan-jalan sebentar, gimana?"
"Boleh."
Morvin menyalakan mesin motornya. Melajukannya perlahan sampai di sebuah jalan raya barulah dia menarik gasnya dalam-dalam.
Morvin tahu apa yang dirasakan Celline saat ini. Hatinya pasti sakit setelah melihat sahabat yang ia cintai menikah dengan orang lain.
Sementara itu Celline berusaha keras menahan air mata yang sudah berkumpul di pelupuk matanya.
Celline melingkarkan tangannya pada pinggang Morvin. Memeluk lelaki itu dengan erat.
"Semuanya akan baik-baik saja," ucap Morvin pelan.
**
Daniel mengelilingkan pandangannya. Mencari keberadaan Celline di antara ratusan orang yang datang ke resepsi pernikahannya hari ini.
Namun wanita itu tak ada! Padahal tadi pagi jelas jika wanita itu sedang membantu Nancy di ruang pengantin wanita. Dia ada di mana?
Melihat Daniel sedang mencari cari sesuatu akhirnya Nancy bertanya. Dia menarik lengan Daniel untuk mendekati dirinya.
"Kamu sedang mencari siapa?" tanya Nancy. Wajahnya mungkin tersenyum tapi padahal dia saat ini sedang menahan rasa kesal karena Daniel tidak fokus pada resepsi pernikahannya.
"Celline di mana? Tadi dia datang kan ke sini?"
Nancy langsung merenggut. "Kenapa kamu tanya soal dia sih. Kita udah nikah Daniel, hari ini aku udah sah jadi istri kamu," geram Nancy.
Daniel melirik ke arah Nancy. Lirikan tajam yang langsung dapat membuat wanita itu salah tingkah.
"Aku mau keluar sebentar," ucap Daniel. Yang sebenarnya mau mencari keberadaan Celline.
"Kamu mau nyari Celline?" tnya Nancy. "Dia udah pergi. Aku nyuruh dia pergi dan jangan muncul di hidup kita lagi."
Daniel tak berkata apa-apa. Dia hanya menghentikan langkah. Langkahnya urung bergerak ketika melihat temannya datang untuk mengajak foto bersama.
**
Celline menangis sejadinya ketika Morvin membawanya ke sebuah taman.
Celline yang meminta. Tapi ternyata tujuannya hanya untuk menangis.
Morvin tak mengatakan apapun. Dia hanya duduk dengan tenang sambil membelai rambut kekasihnya itu.
Ia tak akan marah dengan sikap Celline seperti sekarang. Sebab dia tahu jika Celline masih mencintai Daniel.
"Maafin aku Kak. Aku malah nangisin cowok yang barusan nikah," ucap Celline sambil sesenggukan.
Morvin tersenyum. "Gak apa-apa lagian kan kamu pasti masih sayang sama dia. Tapi aku gak apa-apa. Aku sadar banyak waktu yang udah kamu habiskan sama Daniel."
Celline semakin merasa bersalah. Kenapa dia bersikap seperti ini? Seharusnya dia tidak boleh bersedih sebab dirinya sudah memiliki Morvin.
"Tapi mulai besok. Apa aku bisa lihat kamu sudah lupa sama Daniel, Cell?"
Celline tersentak dan langsung memandang wajah Morvin.
Ia tanpa ragu mengangguk.
"Karena aku tak mau memiliki istri yang masih mikirin mantan kekasihnya."
Mata Celline membuat. Dia tak percaya dengan apa yang ia dengar saat ini.
Apakah Morvin berniat untuk melamarnya?
"Kakak … mau menikahiku?"
Morvin mengangguk. "Kamu mau kan?"
Celline masih terbengong-bengong. Tapi dia mengangguk menyetujui lamaran dari Morvin.
**
Daniel masuk ke dalam kamar di mana ada banyak kelopak bunga mawar yang tersebar di atas ranjang.
Tapi sedikit pun dia tak ada minat melihat itu semua.
Usai melepas dasi dan jasnya. Daniel masuk ke dalam kamar mandi. Meninggalkan Nancy yang masih sibuk dengan gaun pengantinnya sendiri.
Nancy yakin jika Daniel mandi untuk bersiap malam pertama mereka.
Namun sepertinya itu tak akan pernah terjadi. Sebab ketika Daniel keluar dari kamar mandi. Dia langsung tidur di samping Nancy. Tak menyentuh wanita itu sedikit pun.
"Kamu ini, serius gak mau nyentuh aku Dan? Aku udah sah jadi istri kamu?!" protes Nancy.
"Aku capek."
"Segitu capeknya ya sampe lihat ke arahku aja gak mau."
Daniel bergeming. Dia tidak menoleh ke arah Nancy. Malahan terdengar suara debgkuran halus dari arah lelaki itu.
Nancy meremat gaunnya dengan kesal. Daniel masih saja belum berubah ketika dia sudah menjadi istrinya.