Chereads / Teman Makan Teman / Chapter 28 - Mantap Untuk Menikah

Chapter 28 - Mantap Untuk Menikah

"Makanya, aku ngerasa gak pantas buat nikah sama kamu. Apalagi aku sekarang hamil anak Daniel."

"Gimana kalo aku tetap masih mau nikahin kamu?" tantang Morvin.

Celline sontak mendongak. Dia tak percaya dengan apa yang Morvin katakan.

"Tapi—"

Morvin mengenggam erat tangan Celline. Dia mencoba untuk menenangan kekasihnya itu. "Gimana kalo kita percepat pernikahan kita," ucap Morvin.

Mata Celline membulat. "Kamu serius?"

Morvin mengangguk. "Aku gak pernah seserius ini," ucapnya untuk meyakinkan .

Celline jujur saja masih bimbang. Dia takut kalau nantinya hanya akan membuat kecewa lelaki yang ada di depannya saat ini. Mungkin Morvin tidak akan berubah, tapi bagaimana dengan waktu yang bisa mengubahnya nanti?

Celline masih diam. Dia tak ingin membunuh anak yang ada di dalam kandungannya. Tapi dia juga ragu untuk menerima pinangan dari Morvin. Jadi dia harus bagaimana?

"Aku janji akan jadi ayah yang baik buat dia, Cell," janji Morvin pada Celline.

"Bukan itu masalahnya, tapi gimana dengan keluarga—kita? Apa mereka bakalan nerima keadaan aku?"

"Kita jangan kasih tau mereka. Biar ini jadi rahasia kita."

TOK! TOK! TOK!

Suara ketukan pintu dari asisten Morvin membuat jeda pembicaraan antara mereka berdua. Morvin melepaskan genggaman tangannya sebelum mempersilakan asistennya masuk.

"Ya, masuk Cit," ujar Morvin.

"Dok, Mbak Lina udah datang sama anjingnya," kata Cita pada Morvin.

"Oh ya, bawa ke ruangan aja," sahut Morvin.

"Kamu tunggu di sini ya, aku periksa pasienku dulu."

Celline mengangguk.

**

Nancy pulang ke rumah dengan perasaan yang sangat buruk! Dia kesal setelah melihat Celline tidak bereaksi apa-apa seperti tadi. Padahal dia ingin wanita itu tersikssa dengan ucapannya ketika di restoran.

Nancy melangkah kuat-kuat ketika menaiki tangga. Dia menuju kamar di mana Daniel masih enak-enakan tidur di sana.

"Dan?" panggil Nancy. Lelaki itu bergeming, Nancy langsung menghampiri Daniel dan membuka selimutnya. "Ayo kita ke rumah baru itu, papa nyuruh kita buruan pindah," lanjutnya.

Daniel masih pura-pura tidur. dia malah menarik selimutnya ketika Nancy menggulung selimutnya.

"Tadi aku ketemu sama Celline." Barulah ketika Nancy mengatakan hal itu, mata Daniel terbuka. Tanpa sepengetahuan Nancy tentunya. "Dia sama Morvin, romantis banget."

Daniel menghela napasnya.

"Udah lah, dia sama kamu kan udah punya kehidupan baru. Kamu sama aku dan Celline sama Morvin. Mereka cocok kok—dan Celline kayaknya juga udah mulai sayang sama Morvin."

Bukannya lega, Daniel malah semakin kesal karena mendengar Celline mengatakan hal itu padanya. Tak bisakah ia membiarkannya hidup tenang sebentar saja?

Daniel tba-tiba bangkit. Menatap Nancy dengan lirikan sebal. "Kalo kamu gak muncul di antara kami, mungkin aku sama Celline udah bahagia," desis Daniel.

Dia menurunkan kakinya satu persatu kemudian menuju ke kamar mandi. Daniel akan ke melihat rumah barunya hari ini. ia ingin keluar dari rumah itu secepatnya.

Berada di rumah mertuanya, dia seperti merasa diintimidasi. Daniel selalu mencari incaran mama Nancy ketika istrinya itu tidak ada.

Seperti tadi, ketika Nancy sedang keluar untuk menemui teman-temannya. Mama Nancy mengatakan hal yang tidak-idak pada menantuya tersebut.

"Seharusnya kamu bersyukur bisa mendapatkan Nancy," kata mama Nancy. "Anak itu biasanya gak milih lelaki sembarangan selama pacaran, tapi pas nikah dia malah terjebak sama kamu."

Daniel hanya diam. Kalau saja dia bisa mengatakan pada mama Nancy. Dia juga tak mau menikah dengan Nancy. Kalau bukn karena ancaman daru Nancy mungkin Daniel tak akan menikah.

"Lelaki yang dipacari sama Nancy selama ini adalah dari keluarga terpandang."

Lalu memangnya Daniel dari keluarga bejat?

**

Daniel mengganti bajunya dengan kaos dan celana denim. Tak mau berdandan ribet hanya untuk menyenangkan hati Nancy.

Nancy yang melihat Daniel sudah mengganti pakaiannya akhirnya senang. Karena baru kali ini lelaki itu mau menuruti apa katanya.

"Kita naik mobil aja ya," ajak Nancy, dia mengaitkan lengannya pada lengan Daniel tapi ditepis oleh lelaki itu.

"Kenapa sih kamu," protes Nancy.

"Lebih baik jangan begini, aku risih."

"Oke." Nancy menyerah begitu cepat.

**

Celline keluar dari ruangan Morvin, dia sudah bosan menunggu dokter hewan itu selesai memeriksa. Karena penasaran dengn Morvin akhirnya Celline mengintip bagaimana kekasihnya itu bekerja memeriksa hewan yang membutuhkan bantuannya.

Celline tersenyum dari balik kaca yang memisahkan ruangan pemeriksaan dan dirinya. lelaki itu tampak ramah dan sabar menghadapi pasiennya.

Dia meletakkan sebuah alat di atas perut si anjing. Barulah dia mengerti jika ternyata anjin tersebut sedang hamil. Celline melihat beberapa calon bayi mungil yang ada di dalam perut anjing itu.

"Mungkin nanti juga sama," gumam Celline sambil mengelus perutnya.

Usai memeriksa Morvin mengelus anjing yang sejak tadi menurut padanya. Celline lagi-lagi tersenyum. "Dokter untuk manusia maupun untuk binatang, keduanya sama-sama mulia, Vin," gumam Celline.

Pintu ruangan terbuka. Seorang wanita keluar dengan seekor anjing berjenis beagle. Celline tersenyum. Lucu sekali, batinnya.

Usai wanita itu keluar di belakang disusul Morvin sedang tersenyum pada Celline.

"Anjingnya sedang hamil," ungkap Morvin.

"Iya aku tau, tadi aku liat," sahut Celline.

Morvin memeluk Celline. "Setelah liat tadi, kayaknya aku jadi semakin mantap buat nikahin kamu, Cell."