Hari yang dinanti oleh Rei akhirnya tiba. Setidaknya hari ini ia bisa mendapatkan sedikit petunjuk tentang gadis yang sudah dicarinya selama berminggu-minggu. Seorang mantan peserta yang masuk ke dalam babak 10 besar ajang pencarian bakat menyanyi dari Crawford kini telah selesai dari booth camp dan akan mengikuti babak penyisihan sampai mendapatkan satu orang juara yang akan dikontrak eksklusif oleh Skylar.
Setelah mendapatkan kabar tentang 10 peserta yang akan tampil menyanyi bersaing satu sama lain secara live dan ditayangkan di televisi, Rei langsung datang ke hotel tempat acara akan berlangsung.
Rei datang menemui juri senior yang menjadi semacam ketua juri dari empat orang juri yang akan tampil yaitu seorang penyanyi senior pria, Leonard Coulton.
"The Midas!" sapa Leo demikian ia akrab dipanggil. Rei tersenyum dan ikut melebarkan pelukannya pada pria paruh baya yang juga ia hormati di industri musik Amerika tersebut.
"Hei, Leo. Apa kabarmu?"
"Baik, kamu? apa kamu sehat?" Leo dengan senyumannya memegang kedua lengan Rei. Rei mengangguk dan mengajak Leo untuk duduk bersamanya.
"Leo, aku datang ingin meminta bantuanmu!" Leo mengangguk kemudian.
"Tentu saja. Tapi aku ingin bertanya padamu, mengapa Christina dan Ethan tidak lagi juri? Kamu malah menggantikan mereka dengan personel band The Smookers? Apa yang terjadi?" Leo balik bertanya. Rei tersenyum dan mengangguk.
"Itu karena aku sudah melalui rapat dan konsultasi. Kita butuh sosok baru dalam penjurian. The Smookers adalah salah satu band rock legendaris. Kita butuh persepsi penyanyi selain pop atau jazz, bukan begitu?" ungkap Rei menutupi alasan nya yang sebenarnya. Leo tampak berpikir dan mengangguk.
"Ya, kamu benar," ucap Leo menimpali. Rei pun tersenyum.
"Satu lagi, ada salah satu peserta dari Crawford jika aku tidak salah namanya adalah Charlotte Harper. Aku ingin kamu menyuruhnya untuk masuk ke dalam sebuah ruangan untuk menemuiku tapi jangan sampai membangun kecurigaan pada peserta lain. Aku tidak ingin membuat peserta lain berpikir aku tengah melakukan kecurangan." Leo jadi sedikit mengernyitkan kening lalu terkekeh padanya.
"Nak, apa kamu sedang menjerat seorang gadis cantik ke ranjangmu?" tanya Leo separuh berbisik. Rei jadi memandang heran dan menggelengkan kepalanya sambil mendengus kecil.
"Leo, aku bukan pria seperti itu." Leo tersenyum dan sedikit terkekeh.
"Oh ya, The Midas Rei. Semua wanita selalu berharap untuk menjadi bagian dari kisahmu. Jangan sampai gadis ini juga berpikir yang sama padamu, Rei!" Rei sedikit menunduk dan berpikir sejenak.
"Aku tahu. Tolong aku kali ini. Aku tidak bisa menjelaskan padamu apa alasanku melakukan ini. Tapi aku mohon tolong aku, aku benar-benar harus bertemu dengannya." Leo menarik napas sedikit dalam dan mengangguk.
"Baiklah, pada saat babak penyisihan aku akan meminta para peserta yang telah selesai untuk ke dalam sebuah ruangan. Nanti seorang staf yang akan menyampaikan pesanmu." Rei tersenyum dan mengangguk.
"Aku akan mengatakannya pada floor director, jadi dia bisa mengaturnya." Leo tersenyum dan menepuk pundak Rei beberapa kali. Sebuah moncong kamera entah berasal dari mana lantas memotret kedekatan Rei dan Leo yang mengobrol dekat dan akrab tanpa disadari oleh Rei.
Rei menunggu di balik panggung pada kedatangan seorang gadis yang sudah ia incar akan memberikannya informasi yang ia butuhnya. Beruntungnya bagi Rei, gadis itu berada di nomor urut delapan sehingga tak begitu lama baginya menunggu.
Rei menyaksikan seluruh babak penyisihan dari sebuah televisi di ruang ganti sampai akhirnya pintu ruangan diketuk. Ia bangun dari kursinya dan berjalan ke pintu lalu membukanya.
"Pak, ini peserta yang sudah anda minta untuk datang!" ujar salah satu staf yang bekerja di belakang layar. Rei mengangguk mengerti dan membiarkan gadis yang bernama Charlotte itu kemudian masuk.
Charlotte begitu kaget saat tahu ternyata yang memanggilnya adalah The Midas Rei. Rei lalu berjalan lebih ke depan menjauh dari Charlotte yang masih membuka mulutnya karena kaget dengan situasi ditambah dengan fisik Rei yang memang sempurna.
"Silahkan duduk!" tunjuk Rei pada sebuah sofa. Charlotte mengangguk dan dengan gugup duduk di tempat yang ditunjukkan oleh Rei. Sementara Rei memilih duduk di sofa yang agak sedikit jauh darinya.
"Perkenalkan namaku ..."
"The Midas Rei, aku tahu siapa Anda, Tuan!" potong Charlotte dengan cengiran dan senyuman manis. Ia benar-benar gugup sekaligus merona. Pasti hal yang begitu penting karena dirinya dipanggil oleh produser sekaligus pemilik Skylar.
Rei menarik napas tak tersenyum dan mengangguk pelan. Ia mendehem dan membuang pandangannya ke arah lain.
"Namamu Charlotte?" Charlotte mengangguk dengan antusias. Suatu kehormatan namanya bisa diingat oleh seorang produser seperti The Midas Rei.
"Baik Charlotte, aku memanggilmu kemari karena ada yang hal yang harus aku tanyakan dan diskusikan!" Charlotte mengangguk cepat dan tersenyum lebar. Ia sudah punya firasat akan langsung dikontrak oleh Skylar.
'Oh dia tampan sekali!' gumam Charlotte dalam hatinya.
"Apa benar kamu berasal dari Crawford, Pennsylvania?" Charlotte masih belum curiga dan mengangguk. Rei pun mengangguk lagi.
"Bisakah aku tahu berapa banyak peserta audisi dari Crawford yang datang ke Boston untuk audisi?" tanya Rei lagi dan membuat senyuman Charlotte sedikit menghilang.
"Untuk apa kamu bertanya, Tuan?" Rei menarik napas dan mulai kesal. Dari pada menjawab gadis itu malah balik bertanya.
"Aku ingin kamu menjawab pertanyaanku, bukan balik bertanya!" tegas Rei mulai kesal. Wajahnya tak tersenyum sama sekali dan itu membuat Charlotte jadi sedikit meringis malu. Ia pun mengangguk kemudian.
"Sekarang jawab pertanyaanku yang terakhir!" Rei masih bersikeras. Charlotte mencoba mengingat dan menjawab sebisanya. Menurutnya apa hubungannya tawaran kontrak untuknya dengan peserta dari Crawford?
"Aku tidak ingat, mungkin ada sepuluh atau lebih entahlah. Aku tidak mengenal semuanya." Rei jadi sedikit mengernyitkan kening mendengar jawaban Charlotte. Ia terkesan seperti menjawab asal atau mungkin berbohong. Tapi Rei tetap mengangguk. Ia lantas mengambil tasnya dan mengeluarkan beberapa foto seorang gadis berambut pirang yang selama ini ia cari.
Rei lantas meletakkan foto-foto itu di atas meja kopi di depan Charlotte menjejerkannya.
"Lihat foto-foto ini, apa kamu mengenal gadis ini?" tanya Rei pada Charlotte. Charlotte yang mengernyitkan kening lalu mengambil foto tersebut dan memeriksanya. Memang tidak terlihat jelas tapi Charlotte tahu jika itu adalah sosok Honey Clarkson yang sudah ia singkirkan.
'Untuk apa dia mencari, Honey? Apa dia ingin mengontrak Honey menjadi penyanyi? Ini tidak bisa dibiarkan!' Charlotte terus bertanya-tanya dalam hatinya dan itu membuatnya lama terdiam. Rei memperhatikan gadis itu dan mulai curiga.
"Apa kamu mengenalnya?" tanya Rei mendesak lagi membuat Charlotte jadi terkesiap. Ia langsung menoleh dan meletakkan foto itu.
"Tidak, aku rasa aku tidak mengenalnya," jawab Charlotte tak lagi tersenyum seperti di awal. Rei pun menganggukkan kepalanya.
"Aku tidak suka orang yang berbohong. Kamu baru saja merintis karier di dunia musik. Jika kamu berbohong padaku, kamu akan menyesal!" ancam Rei tanpa melihat tajam pada Charlotte yang membesarkan matanya. Rei punya insting yang baik, ia bisa membaca saat orang terdesak dan mengajukan penawaran yang menguntungkan. Jadi ia berdiri dan Charlotte yang terdesak lantas ikut berdiri menghalanginya.
"Tunggu ... apa yang aku dapatkan jika aku memberitahukan siapa dia?" Rei menyengir dan berbalik pada Charlotte.
"Lolos babak penyisihan dan masuk lima besar?" mata Charlotte membesar. Posisi lima besar adalah posisi teraman untuk mendapatkan kontrak. Tapi ia tamak dan mulai menggali kuburannya sendiri.
"Aku ingin jadi juara dan mendapatkan kontrak eksklusif!" Rei sedikit mengernyitkan kening dan terkekeh sinis.
"Dengan suara sepertimu? Apa kamu pikir orang-orang akan membeli albummu?" ejek Rei membuat Charlotte terdiam dan kehilangan kepercayaan dirinya. Rei makin mendekat dan mengintimidasi.
"Aku sudah melihat rekaman audisimu dan juga babak penyisihan yang tadi. Apa kamu tahu kenapa Ronnie The Smookers menjadi salah satu jurinya? Itu agar peserta dengan suara pas-pas an sepertimu bisa lebih banyak belajar vokal dan merendahkan hati serta belajar dari penyanyi rock seperti Ronnie." Charlotte makin kecil dan rasanya ingin lari.
"Aku adalah pemilik Skylar dan kontrak kalian ada di tanganku. Jika kamu mau hidupmu di dunia musik bisa hidup dan bertahan, maka jangan buang waktu dan kesempatanmu untuk bernegosiasi denganku. Tawaranku adalah yang pertama dan terakhir. Kamu mengerti maksudku kan?" Charlotte mengangguk dengan rasa ketakutan.
"Sekarang katakan siapa nama gadis itu?" Charlotte hampir menangis saat menyebut.
"Namanya Honey!"