Mobil yang ditumpangi oleh Honey dan Josh akhirnya tiba di depan kediaman Abraham Clarkson dengan aman. Josh memarkirkan mobilnya di depan jalan dengan rapi dan mematikan mesin mobilnya. Honey masih diam saja sambil memilin jemarinya saat Josh menoleh dan sedikit memiringkan posisinya.
Dengan lembut, Josh mengambil sebelah tangan Honey lalu menciumnya sambil memejamkan mata. Cinta Josh untuk Honey begitu jelas terlihat.
"Aku datang malam ini dan memintamu menjadi kekasihku bukan hanya karena aku jatuh cinta padamu. Tapi juga karena aku tak ingin kehilanganmu," gumam Josh menatap mata Honey dengan tulus. Sebelah tangan Josh membelai dan memindahkan helai rambut Honey dengan lembut. Sedangkan Honey hanya memandang Josh dengan mata sendu penuh kasih sayang.
"Aku akan pergi. Aku mendapat tawaran kontrak di New York dari sebuah perusahaan label rekaman, Tritone." Honey mengatupkan bibir dan sedikit menggigit bibirnya pelan. Mata Josh yang menangkap pemandangan luar biasa itu lantas memegang pipi Honey dan menaikkan pandangannya. Jarinya sedikit menyentuh ujung bibir Honey dan terus menatap matanya.
"Aku sangat ingin memilikimu dari dulu. Bahkan mungkin ... menikah denganmu." Mata Honey bahkan makin membesar. Ia bahkan tak tahu sejak kapan Josh punya perasaan seperti itu padanya. Yang dilakukan Honey hanya menelan ludah tak bisa bicara apa pun.
"Maukah kamu menungguku? Aku akan kembali dan membawamu bersamaku suatu saat nanti. Aku janji tidak akan lama," gumam Josh lagi dengan senyuman tipis yang begitu romantis. Honey perlahan tersenyum dan mendekat lalu mencium bibir Josh dengan lembut. Josh mengangkat ujung bibirnya dan tersenyum. Ia menganggap Honey berkata iya dan telah setuju jadi kekasihnya.
Ciuman cinta itu terjadi di dalam mobil Josh Hatlin yang begitu bahagia telah menjadi kekasih Honey Clarkson. Sementara dari balik jendela kamarnya, Abraham menyibakkan sedikit tirai dan bisa melihat sebuah mobil parkir di depan jalan rumahnya tapi tak terlihat apa yang terjadi di dalam.
Abraham tahu jika mobil itu adalah milik salah satu teman Honey dan Axel. Sekilas detak jantung Abraham berdetak lebih kencang dua kali. Ia menarik napas dan menurunkan lagi tirainya. Entah mengapa malam ini ia tiba-tiba merindukan seseorang.
Abraham mampir ke salah satu laci dan membukanya. Ia menyimpan semua sisa kenangan lama di sebuah kotak dan jika ia merindukannya, Abraham kerap melihat lagi.
Ia membawa kotak itu ke sisi ranjang dan duduk. Perlahan tangannya membuka kotak kayu yang berisi beberapa foto serta sebuah perhiasan. Senyuman Abraham naik saat melihat dua buah foto milik Kakaknya, James Belgenza dan istrinya, Delilah Belgenza. Keduanya tersenyum sambil berpelukan mesra saat pesta pernikahan Aidan Caesar dan Malikha Caesar di perkebunan anggur di Alsace, Perancis. Foto kedua adalah saat keduanya berciuman pada saat pemberkatan pernikahan keduanya di tower Il Rosso lebih dari 20 tahun yang lalu.
Hanya itu dari seluruh kenangan yang bisa diselamatkan Abraham sebelum ia harus pergi selamanya. Sementara satu foto lagi adalah milik wanita yang dicintainya dulu, Lenora Smith.
"Apa jika aku membingkai foto ini, anak-anak akan bertanya siapa dia? Apa mereka masih ingat?" gumam Abraham bertanya pada dirinya sendiri. Setelah berpikir dan menimbang, Abraham akhirnya memutuskan untuk membingkai foto ukuran card itu ke dalam sebuah bingkai lalu meletakkannya di samping nakas tempat tidur.
"Apa kabarmu, Lenora? Apa kamu sehat?" tanya Abraham sambil memandang foto tersebut dan menghela napas pelan. Terdengar bunyi ketukan pintu sampai akhirnya terbuka.
"Hai, Dad. Honey sudah pulang!" ujar Axel langsung memberitahu dan lalu keluar lagi. Abraham hanya menoleh ke belakang dan tersenyum mengangguk. Tangannya lalu mengambil bingkai itu dan memasukkannya ke dalam laci di bawahnya. Mungkin belum saatnya.
NEW YORK
"Ngomong-ngomong, memangnya Jewel ditemukan dimana?" Aldrich masih bertanya dengan santainya sembari memotong makanannya.
"Uh ... " Jupiter tampak mengingat sesaat dan berhenti makan.
"Kalau tidak salah namanya ... Crawford county, Pennsylvania!" jawab Jupiter cepat dan mengangguk. Seketika Rei berhenti makan dan wajahnya terangkat melihat pada Jupiter yang berhadapan dengannya.
"Apa katamu?" sahut Rei cepat dengan kening mengernyit dan ekspresi kaget.
"Memangnya kenapa? Apa kamu tahu sesuatu?" tanya Jupiter lagi. Rei makin mengernyitkan kening dan mengaitkan kedua jemari di atas meja. Pandangannya menunduk melihat pada piring-piring dengan beberapa menu makanan di depannya.
"Rei?" tegur Aldrich lagi. Rei baru menaikkan pandangan dan mengangguk.
"Aku tidak tahu ini kebetulan atau hanya ... entahlah. Ares tadi menghubungiku, dia ada di Boston mencari tahu siapa gadis itu. Dan dari hasil pencarian itu, Ares menemukan seorang panitia pra audisi yang mengingat dengan samar bahwa memang ada beberapa peserta dengan ciri-ciri yang aku maksudkan." Aldrich dan Jupiter sekilas menoleh satu sama lain sebelum melihat lagi pada Rei yang masih bercerita.
"Ares menunjukkan hasil pencarian awal kita dan panitia itu memberikan 10 nama peserta yang ia ingat berasal dari Crawford county. Aku tinggal nyaris sedikit lagi dan menemukannya ... masalahnya tidak ada satu pun dari formulir itu yang memiliki foto," sambung Rei dengan kesal. Aldrich sedikit mengangkat kedua tangannya ke atas dan Jupiter juga menghela napas berat.
"Sekarang aku baru tahu jika jasad Jewel ditemukan di kota yang sama. Itu seperti ..."
"Karma?" sahut Aldrich dengan cepat. Rei terdiam dan mengedikkan kedua bahunya.
"Entahlah, mungkin karma. Aku bukan orang baik, tentu saja Tuhan membenciku!" sindir Rei lalu menyesap lagi winenya. Aldrich yang tersenyum dan mengangguk pelan.
"Selesaikan makan malammu, setelah itu tanda tangani surat perjanjian pra pernikahannya. Besok Jupiter akan mulai membocorkannya pada pihak media. Kita lihat apa mereka akan mengejarmu untuk berita pernikahan palsumu. Setelah itu ... bye bye pria gay!" Aldrich menaikkan gelasnya untuk merayakan rencana mereka. Rei ikut mengangkat gelasnya dan saling mengadukan termasuk dengan Jupiter.
"Rei, akan aku lihat apa yang bisa aku dapatkan di Crawford. Aku yakin banyak hal yang tidak kita ketahui," tawar Jupiter pada Rei dan tersenyum diberi anggukan olehnya.
"Thanks, Dude!"
CRAWFORD
Tinggallah Honey dalam keraguan hati dan kecemasan yang menyelimuti harinya. Sekarang ia tengah hamil pria yang sudah memberikannya cek sebesar 10 ribu dolar. Dengan mata berkaca-kaca, Honey bangun dari ranjang tempatnya duduk semula lalu berjalan ke arah meja dan mengambil amplop yang berisi cek sebesar 10 ribu dolar itu dan menatapnya dengan rasa benci.
"Kamu menghancurkan hidupku ... dasar pria brengsek!" Honey menangis sambil marah dan merobek amplop beserta cek tersebut lalu meremas dan membuangnya ke dalam tong sampah. Ia terisak dan terduduk di kursi belajarnya sambil menutup wajah menangis tersedu.
"Apa yang harus aku lakukan?" isak Honey kebingungan dan begitu terpuruk. Ia tak bisa bicara dan tak berani mengaku. Sementara rasa bersalah pada Josh kekasihnya kini makin menambah runyam perasaannya.
Sementara itu, Axel tak bisa menahan diri untuk tak bicara pada Ayahnya, Abraham. Ia terpaksa harus memberikan surat pemindahan magangnya pada sang Ayah karena waktu keberangkatan yang semakin dekat.
"Dad, aku punya berita tak baik." Abraham mengernyitkan kening sambil mengambil amplop yang diberikan Axel padanya. Ia membaca dan masih mengernyitkan keningnya.
"Apa yang harus aku lakukan?" tanya Axel dengan kecemasan yang sama.