"Jadi, siapa yang mengisi posisi itu, Pak?"
"Tetap kamu …."
Loh?
Pembicaraan antara aku dan si duren di ruangan direktur sesaat setelah aku masuk mengantar berkas. Kami bahkan sempat kembali bersitegang sebelum keluar untuk makan siang. Dia memintaku ikut bersamanya sebelum menemui bos Komizane pukul dua nanti. Masih ada satu jam sebelum bertolak ke sana sebetulnya, tapi kami sudah berangkat tepat di waktu isoma.
"Kalau Bapak bisa bayar gaji double untuk saya, kenapa nggak dicari kandidat lain? Jadi, kan administrasi utama tetap lancar, Pak," kataku mengaduk nasi goreng.
Seharusnya menu pilihanku ini menjadi menu sarapan pagi, atau makan sore, atau makan malam. Tapi, siang ini entah kenapa aku berselera ketika melihat foto menunya yang menggiurkan.
"Saya nggak punya kandidat lain," jawabnya enteng.