Chereads / RAHASIA CINTA AGEN / Chapter 10 - Tidur Seranjang?

Chapter 10 - Tidur Seranjang?

"Michelle sudah! Biarkan dia membusuk di penjara, jika kau membunuhnya Om Gate tidak akan tahu kalau dia pelaku." Bryan menahan tangan Michelle menancapkan pisau di dada kiri lelaki yang sudah terkapar tak berdaya di bawah kakinya.

"Bahkan Om Gate akan melakukan hal lebih sadis daripada ini jika dia mengetahui pelaku yang membuat putrinya koma." Michelle benar. Om Gate bukan pria lembek yang bisa dipermainkan oleh musuh, bahkan masa remajanya dulu dia ketua karate di komunitasnya.

"Benar. Tapi lebih baik jika kau mengirimkan dia ke penjara, Hazel akan bisa melihat kegigihan tanggung jawabmu. Dan, tanganmu tidak akan kotor oleh pembunuhan."

"Bereskan dia!"

Michelle segera masuk ke dalam mobil dan menancapkan gas.

"Hallo Ryeon, apa Michelle tidak akan ke sini?" Suara Xavir di seberang terdengar ketika Ryeon mengangkat panggilan masuk.

"Ya, mungkin dia akan pergi besok," jawab Ryeon mempertimbangkan pendapat setelah melihat ke mana arah lajunya mobil Michelle tadi. Lelaki itu pasti kembali ke rumah sakit.

"Apa dia tidak ingin bertemu Selena? Aku juga punya kencan, malam ini seharusnya aku bertemu dengan pacar baruku bukan malah mengikuti perempuan penghianat ini," cecar Xavir kesal menuruti perintah Michelle seorang diri ke Timur Leste, sedangkan Michelle tidak menepati janji untuk menyusulnya.

"Kau bisa mengencani gadis di sana. Jangan menggerutu, aku banyak kerjaan!" Ryeon memutuskan panggilan sepihak.

"Lebih baik Michelle tidak ke TL, aku tidak akan membiarkannya kembali bodoh memercayai perempuan bermuka dua itu," ucap Bryan seraya mengangkat tubuh lelaki yang dipenuhi darah ke dalam bagasi mobil.

"Bukannya kau ingin menggantikan Michelle?" tanya Ryeon setengah bercanda.

"Aku sepertinya lebih tertarik dengan Cheryl." Senyum menyeringai terpampang di wajah penuh keringat Bryan, tangannya menutup bagasi kemudian berjalan menuju kursi kemudi.

"Kulihat tatapanmu begitu liar kepada Alexa."

"Kau salah, dia hanya teman SMPku dulu, dan aku tidak tertarik dengan perempuan macho sepertinya."

Bryan tertawa seraya menyetir. "Tapi sepertinya matamu berkata lain. Atau dia pernah menolak cintamu?"

"Sudah, kau fokus saja pada jalan di depan."

Bryan semakin menggoda Ryeon hingga sampai di depan kantor polisi.

"Iya, kami sudah sampai. Kau menginap saja di rumah sakit, jaga Hazel."

Bryan menyimpan ponsel seluler dalam saku celana setelah menutup panggilan dengan Michelle. Dia menyusul Ryeon yang duluan masuk ke dalam kantor setelah polisi mengangkat tubuh lelaki tak sadarkan diri dalam bagasi.

***

"Kenapa kau ke sini lagi? Mau memberiku racun hah?" Hazel menatap jengah pada Michelle yang baru saja memasuki kamarnya. Siang tadi dia diperbolehkan pulang setelah dirawat dua hari karena dirinya bersikeras sudah sehat dan ingin segera pulang ke rumah.

Michelle melepaskan jas lalu berjalan mendekati ranjang.

"Kamu sudah makan? Obatnya sudah diminum?" Michelle mengabaikan pertanyaan Hazel.

"Tidak perlu peduli padaku, pergilah dan jangan pernah kembali dalam hidupku!" usir Hazel mencari kesempatan dengan kasus ini untuk tidak dijodohkan dengan Michelle. Meskipun dia sudah mengetahui siapa pelakunya, tidak ada sangkut pautnya dengan Michelle, tetapi menurutnya kejadian itu tidak akan terjadi jika Michelle tidak menyuruhnya pulang ke rumah. Hazel sudah mencoba memaksa papanya supaya membatalkan pernikahan, tetapi sepertinya kedua belah pihak sudah sangat tetap pada pendirian mereka.

Namun, Hazel juga tidak sepenuhnya menyalahkan Michelle karena misalkan dia tidak dijemput dari awal oleh Michelle pun akan berakibat sama. Jemputan dan pengusiran Hazel dari apartemen hanyalah penundaan waktu dia menghirup racun tersebut dari pena. Hazel mengakui ketidakhati-hatiannya menggunakan pulpen untuk menulis sesuatu di catatan. Tepatnya, ketika ingin memperbaiki skripsi secara manual.

Michelle merebahkan tubuh lelahnya di atas ranjang, samping Hazel. Hanya demi menjaga Hazel dan menikahi perempuan itu dalam Minggu ini dia rela tidak mencari Selena.

"Kenapa kau tidur di sini, apa--" Gerakan mendadak dari Michelle berbalik setengah badan, menaruh jemarinya di bibir Hazel sontak membungkam suara perempuan itu.

"Tidurlah Hazel, aku ingin istirahat sebentar," ujar Michelle lembut, tubuhnya terasa sangat lelah setelah menghajar puluhan orang setengah jam lalu.

"Tapi kau tidak bisa tidur di sini, Michelle."

"Kenapa? Lusa juga aku akan tidur di sini, kita seranjang."

"Tapi sekarang belum bisa, kita belum menikah. Kau--"

"Aku akan menutup mulutmu dengan bibirku jika kau berbicara lagi."

"Kurang ajar! Kau mesum!" Hazel memukulkan bantal guling pada Michelle meski kekuatannya belum sepenuhnya stabil, tetapi gerakan cepat itu sedikit memberi rasa nyeri di punggung Michelle. Hazel lelah sendiri, dia menghentikannya lalu memilih memejamkan mata.

"Jika kau menyentuhku aku akan menendangmu!" ancam Hazel sebelum benar-benar terlelap, mungkin karena pengaruh obat dia sering merasa mengantuk.

"Kau bukan tipikalku ingatlah."

Michelle juga ikut memejamkan mata ketika suara Hazel tidak lagi terdengar. Mereka tidur bersebelahan meski ada pembatas bantal di tengah.

Ada yang nungguin cerita ini? Subscribe dong, tambahin ke perpustakaan kalian dan kasih bintang limanya 🤭😍biar semangat update BAB baru ☺️

Makasih ya sudah mau baca cerita sederhana ini 😘