Chereads / RAHASIA CINTA AGEN / Chapter 15 - Malam Pertama Yang Canggung

Chapter 15 - Malam Pertama Yang Canggung

"Ap-a maksudmu? Kau tidak akan menyentuhku, kan? Maksudku ... tadi kau bilang tidak menyukai tubuhku." Hazel sangat gugup sekarang, dia belum siap. Rasanya sangat aneh melakukan keintiman dengan orang asing yang tidak saling mencintai.

Mereka memang sama-sama sudah dewasa, hanya saja bagi Hazel berhubungan badan harus dilakukan atas dasar rela dan suka sama suka bukan keterpaksaan. Keromantisan dan kenyamanan dalam melakukannya akan membuat dua orang yang memadu kasih merasakan kebahagiaan dan kepuasan.

"Kau tahu hukumnya menolak suamimu, kan? Malaikat akan mengutukmu hingga pagi!" peringat Michelle menakuti Hazel.

"Kau serius ingin melakukan itu denganku ... sekarang?" Hazel semakin gugup. Sebuah anggukan dari Michelle meruntuhkan pertahanan tubuhnya yang gemetaran sejak tadi. Dia terduduk di atas kasur dengan pandangan melemah.

Michelle menyembunyikan seulas senyum yang sejak tadi ditahannya. Dia sangat senang menakut-nakuti Hazel. Entah mengapa dia melakukannya, dia suka melihat wajah Hazel memerah dan kesal secara bersamaan. Menarik menurut pemandangannya.

"Baiklah, ka-mu bisa melakukannya secara cepat dan ..." Hazel mencoba mengangkat kepalanya dari posisi menunduk. "Matikan lampunya ya?" pinta Hazel pasrah. Dengan keadaan gelap mereka tidak akan saling pandang memandang, dan Hazel tidak perlu merasa takut jika Michelle melihat tubuh polosnya tanpa pakaian.

"Baiklah." Michelle masih menjalankan keisengannya, dia berjalan menuju kontak lampu kemudian menekannya sehingga ruangan tersebut gelap seketika.

Hazel menunggu dengan gelisah sosok Michelle menyentuhnya. Tidak ada suara langkah menujunya, hingga ruangan kembali terang benderang setelah Michelle menghidupkan kembali lampu kamar.

Hazel menatap bingung ke arah Michelle yang juga membalas tatapannya dengan datar.

"Aku berubah pikiran, tidak lagi bernafsu. Tidurlah!"

Hazel menelan ludah. Dia mendadak bimbang. Merasa bersalah karena penolakannya tadi, di sisi lain dia juga merasa Michelle sedang mempermainkannya.

Michelle tidak naik ke atas ranjang melainkan berbaring di sofa dekat jendela. Dia mengabaikan keberadaan Hazel yang bergeming di sudut ranjang. Pura-pura memejamkan matanya.

Hazel memang berdoa supaya malam pertama mereka berlalu secepatnya, tetapi dengan suasana sekarang membuatnya tidak enakan. Dia menerka-nerka apakah Michelle marah kepadanya. Namun, akhirnya dia memilih untuk tidak membangunkan Michelle karena takut mengusik mimpi indah lelaki itu.

Lima belas menit berlalu, suara lemah Hazel menyapa telinga Michelle yang belum sepenuhnya terlelap.

"Maafkan aku!" Hazel menyelimuti tubuh Michelle dengan selimut kemudian dia berjalan kembali ke ranjang lalu memaksakan diri untuk tertidur dengan perasaan yang tak menentu.

Hazel tidak tahu bagaimana harus menjalani kehidupan barunya nanti. Mereka tidak cocok, sama-sama keras kepala dan egois. Dia takut ketidaksiapannya menikah akan mengecewakan banyak pihak. Apa yang harus diharapkan dari hubungan mereka, menikah tanpa cinta bisakah bertahan lama?

Hazel tidak yakin.

***

Hazel mengucek mata ketika nada dering alarm membangunkan dari alam mimpi. Dia segera bangkit dari tempat tidur untuk mengambil wuzu. Sempat terkejut sebentar ketika menemukan sosok Michelle sedang menghamparkan sajadah. Lelaki itu sudah siap untuk salat subuh, ditandai dengan sarung di pinggangnya dan peci di kepala. Hazel menebak kapan Michelle membawa semua itu, apakah perlengkapan salat sudah disiapkan oleh pelayan hotel ataupun Michelle membawanya sendiri. Semalam dia tidak melihat Michelle salat di kamar, mungkin lelaki itu salat ketika dirinya sedang mandi.

"Buruan wuzu, aku tungguin!" Michelle menarik kesadarannya lagi. Hazel mengangguk lantas segera memasuki kamar mandi dan mengambil wuzu kemudian melaksanakan salat wuzu berjamaah yang diimami oleh Michelle.

Hazel menyalami punggung tangan Michelle meski agak canggung. Dia meminta maaf di dalam hati jika tanpa sengaja telah bersalah kepada suaminya. Tidak ada cium hangat di keningnya karena lelaki itu sudah bangkit terlebih dahulu untuk mengambil Al-Qur'an.

"Ini, bacalah!"

"Baik, makasih ya."

Hazel telah pulang kembali ke rumahnya setelah diantarkan oleh Michelle. Suaminya berpamitan, hanya sebentar singgah sarapan pagi karena mendadak ada urusan. Hazel tidak bertanya lebih lanjut. Dia memilih untuk beristirahat di kamarnya karena semalam tidak tidur terlalu nyenyak.

"Good morning Hazelku!" sapaan Crsytal melambaikan tangan di depan kamera mengawali video call mereka.

"Kamu sudah di rumah?"

Hazel mengangguk menjawab pertanyaan Cerlyn.

"Wah, kita ditinggalkan di sini mentang-mentang sudah punya suami," cemberut Alexa yang baru ikut nimbrung di layar, matanya masih merah karena baru bangun tidur.

"Bangunmu saja kesiangan," celetuk Cerlyn.

"Abis ini kamu mau honeymoon ke mana Zel?" tanya Crsytal, "biar kami siap-siap, hahaha!"

Hazel hanya tertawa, tidak menjawab karena dia tidak punya rencana untuk honeymoon dengan Michelle. Lagipula dia bisa saja ke luar negeri kapan pun, tidak perlu untuk honeymoon karena Michelle juga tidak mengajak dan membahas soal honeymoon.

"Kalian bangun gih, sarapan dulu," saran Olive sambil membawakan nampan berisi makanan untuk mereka.

"Cuci muka dulu, bau!" Cerlyn mendorong Alexa yang bergumul di balik selimut.

"Kalian sarapan saja dulu ya, aku mau lanjut tidur huaamm, bye-bye!" Hazel memutuskan obrolan mereka, lalu kembali ke alam mimpi.