Chereads / RAHASIA CINTA AGEN / Chapter 16 - Musuh Ke Berapa Hazel?

Chapter 16 - Musuh Ke Berapa Hazel?

Michelle tidak mengampuni dengan mudah kesalahan pelaku, apalagi berbelas kasihan kepada mereka setelah tertangkap olehnya. Baginya, mereka semua hanyalah pecundang yang tidak bisa mendapatkan kesempatan kedua setelah aksi kabur dan merepotkan tugas polisi. Dia tidak sukar memberi efek jera kepada para tersangka sebelum menjebloskan mereka ke dalam penjara.

Jemari-jemari dia memainkan korek api di tangan kanan, sedangkan tangan kirinya memegang ujung kursi di mana sosok tak berdaya diikat di kursi cokelat tersebut. Ruangan yang kedap suara dan pengap, hanya sedikit cahaya yang bisa masuk melalui celah ventilasi di bagian sudut kiri atas dinding. Tidak ada jendela untuk bisa meloloskan diri.

"Apa maumu? Siapa kau?"

Michelle mengabaikan pertanyaan dari korban, dia semakin mempererat ikatan tali di tangan lelaki yang mengeluarkan suara kesakitan karena merobek luka di kulit luar.

"Siapa yang membayarmu memata-matai pernikahanku kemarin?"

Jemarinya begitu lihai memantik api, mendekatkannya ke wajah lelaki di hadapannya.

"Kau bisa mencium bau minyak, kan?" Sebuah pertanyaan sekaligus pernyataan yang mengendurkan keberanian lelaki itu untuk bersikap angkuh di depan Michelle. Nasibnya sedang di lingkaran hitam, jika dia salah bertindak sedikit saja bisa-bisa hidupnya akan berakhir sekarang juga.

Michelle bukan sebatas pengusaha biasa yang akan mewariskan harta kekayaan papanya. Dia tidak terlalu fokus pada dunia bisnis usaha. Di kalangan para politikus dia cukup terkenal. Bukan sebagai rekan bisnis yang menguntungkan, melainkan pemburu yang sangat berbahaya. Nama samarannya sebagai shadow telah diketahui oleh beberapa kalangan yang pernah berurusan dengannya. Namun, dia tidak pernah takut karena bisa menghadapi mereka dengan keahliannya dalam bertarung apalagi dia juga memiliki sahabatnya yang ahli dalam menangkap para tersangka. Bukan sebatas menjebloskan mereka dalam penjara, para agen negara itu telah terlatih dalam memberi pelajaran kepada mereka yang bertindak di luar batasan.

Para buronan koruptor, mafia pengedar narkoba dan pelaku kejahatan lainnya yang berusaha lari dari hukuman tidak akan mudah begitu saja menghilang dari kejaran agen The Shadow.

"Aku tidak tahu, maafkan aku. Bebaskan aku--hentikan!"

Michelle menekan luka bakar di tangan musuh itu hingga suara teriakan kesakitan kembali menggelegar.

"Aku hanya mendapatkan email perintah, aku tidak tahu siapa pengirimannya karena memakai anonim. Percayalah!"

Sebelum Michelle kembali membakar telapak tangan yang terkelupas itu, dia berusaha menjelaskan supaya mendapatkan belas kasihan Michelle.

"Kami sudah mengeceknya, Mich." Bryan menyodorkan ponsel yang menampilkan IP pengirim email yang berhasil dilacak oleh Ryeon-hacker andalan The Shadow yang sering meretas jaringan para pelaku kejahatan tanpa meninggalkan jejak.

Michelle membaca cepat nama dan keterangan lainnya.

Mr. Luhan, Ketua partai Nasional.

"Biar aku yang mengurus lelaki ini, Mich, kau kembalilah kepada istrimu." Bryan masih saja menggoda sahabatnya di situasi genting seperti ini.

"Iya, benar, kau tidak perlu menjalankan misi pertama setelah menikah dulu. Nikmati honeymoon saja," tawa Xaver yang sejak tadi sibuk dengan ponselnya bermain game.

"Aku mendukung mereka, kau cepatlah punya junior Michelle biar aku mengajarinya memasang pengintai pada ponsel pacarnya." Ryeon memamerkan keahliannya pada jalur yang salah sehingga mendapatkan ketukan kecil di kepalanya oleh Bryan.

"Tenang Mich, aku yang akan mengajarinya bagaimana menembak tepat sasaran." Xaver tidak kalah membanggakan prestasinya.

"Kalian bisa fokus tidak?" Michelle menegur ketiganya karena bukannya dia bisa tenang membiarkan mereka menyelesaikan kasus, tingkah sahabatnya jauh dari kata serius.

"Jangan terlalu tegang, Mich. Kau harus bisa menahan emosi mulai sekarang, ada hati yang harus kau jaga. Jangan menyakiti Hazel dengan kata-kata pedasmu ini. Aku memperingatimu jangan sampai malam itu terulang lagi." Bryan menepuk pundak Michelle sebelum menarik kursi yang diduduki oleh seorang pesuruh yang rela dibayar oleh tuannya untuk mengambil beberapa foto di hari pernikahan Michelle dan Hazel kemarin.

Entah bagaimana dia berhasil melewati keamanan penjaga hotel yang mengamankan tempat akad nikah berlangsung. Bryan yang sangat jeli membaca situasi berhasil meringkus fotografer gadungan itu. Mengamankan ratusan foto yang sudah diambilnya. Kebanyakan foto Hazel dan Michelle.

"Kau mau kami menghukummu atau polisi?" Bryan memberi pilihan kepada lelaki itu yang merasa sama sekali tidak menguntungkan. Dirinya sadar tidak akan ada celah untuk melarikan diri. Melawan atau pasrah sama saja karena akan berakhir menyakitkan baginya.

"Dia menyuruhmu untuk Hazel atau Michelle?"

"Aku tidak tahu--"

"Apa yang kau tahu, hah?" Xaver berjalan mendekat, dia sudah cukup geram dengan kebodohan yang coba ditutupi lelaki itu.

Xaver menarik tali rafia tepat pada lukar bakar tangan lelaki itu yang berusaha memberontak karena kesakitan. Meraung-raung untuk dihentikan penyiksaan, tetapi Xaver tetap melanjutkannya sebelum dia mau berbicara membeberkan tujuan dirinya menjadi fotografer gadungan di acara pesta pernikahan Michelle kemarin.

"Baiklah, aku ak-an katakan!"

"Makanya jangan bodoh, melukai diri hanya untuk melindungi orang lain. Katakan sebelum aku mencekek lehermu dengan tali!"

"Pak Luhan mengincar Hazel. Aku tidak tahu alasannya, dia hanya menyuruhku untuk mengambil gambar Hazel."

"Gimana Mich, kita acak-acak kantornya?" tanya Ryeon yang sangat tidak sabar dengan misi baru mereka.

"Kau kembali saja dulu ke rumah, biar kami yang mengurusnya Mich. Aku akan mencari tahu penyebabnya." Bryan memberi usulan karena dia mencoba menghindari Michelle dari pertarungan setelah baru sehari menjadi suami Hazel.