Chereads / RAHASIA CINTA AGEN / Chapter 12 - Akhirnya Sah!

Chapter 12 - Akhirnya Sah!

"Hazel, aku akan senang hati membawamu pergi dari sini. Tidak peduli jika nanti aku akan dihukum karena telah membawamu kabur asalkan kau tidak menikah dengan lelaki yang telah membuatmu hampir saja sekarat. Membayangkannya saja membuatku ingin menelan dia hidup-hidup." Cerlyn berapi-api mengungkapkan kekesalannya terhadap Michelle bahkan dia berniat membawa pergi Hazel supaya tidak jadi menikah dengan Michelle.

"Ya Hazel, perintahkan sekarang juga. Sepuluh menit sebelum akad masih punya waktu untuk kita pergi dari sini." Alexa menjadi pendukung berat Cerlyn, dia punya banyak cara dan rencana untuk bisa kabur karena keahliannya bolos-membolos sekolah serta kabur dari rumah sudah ditekuninya sejak SMP. Wataknya yang tomboi sangat menjadi ciri khas perempuan itu yang tidak merasa takut jika sekarang membantu Hazel, sahabatnya.

Bagi Alexa, kebahagiaan di masa depan Hazel lebih penting daripada harus mencemaskan nasibnya yang kemungkinan tertangkap atau ketahuan nantinya.

"Sebenarnya aku sangat mendukung ide brilian kalian," ujar Crsytal yang barusan balik dari kamar mandi. Sudah beberapa kali dia bolak-balik ke toilet, padahal bukan acaranya hari ini, melainkan hari acara Hazel. Namun, entah kenapa dia yang merasa sangat gugup.

Mereka sudah bersahabat sejak beberapa tahun, hari bahagia seperti ini bakal menjadi momen tak terlupakan bagi mereka. Namun, perasaan sedih juga melingkupi mereka karena mau tidak mau status baru akan menyandang bagi Hazel. Mereka takut waktu kebersamaan akan semakin berkurang, meskipun Hazel menyakinkan mereka bakal selalu siap dan ada untuk bertemu temannya kapan saja mereka mau.

"Tapi, kita tidak boleh melakukan itu. Lima menit lagi akad dimulai, kita harus segera membawanya ke depan." Crsytal berjalan menghampiri Hazel yang terbalut gaun pengantin sangat indah dan mewah.

Semua sudah disiapkan oleh designer terbaik di Asia, teman-teman Hazel yang mengurusnya. Walaupun perasaan mereka setengah ikhlas jika harus membiarkan Hazel menikah dengan Michelle, tetapi mereka tetap mempersembahkan yang terbaik untuk Hazel.

"Iya, aku setuju denganmu Crsytal," sahut Olive melingkarkan tangannya di lengan Hazel.

"Banyak orang yang menunggu, tante dan om bakal sedih jika kita merusak kebahagiaan mereka. Hazel, kamu tidak apa-apa, kan?" Olive bisa merasakan sedikit rasa gugup di mata cokelat Hazel. Meskipun Hazel menikah secara terpaksa bukan dasar cinta, tetapi bagaimanapun hati perempuan bakal merasa gugup mengingat sebentar lagi dia akan menjadi istri bagi suaminya.

Hazel memang keras kepala, tetapi sedikitnya dia tahu tentang ilmu agama. Di mana perempuan harus tunduk dan taat kepada suaminya karena semua tanggung jawab dari papa telah berpindah kepada sosok lelaki yang mengucapkan akad ikrar suci.

Dia memang tidak menyukai Michelle, begitu pun sebaliknya. Mereka sama-sama egois dan keras kepala. Tidak ada yang mau mengalah, menurutnya kepribadian mereka sangat tidak cocok. Ya sudahlah jalani saja dulu pikir Hazel. Menolak pun tidak mungkin karena papa akan selalu punya cara memaksa menjodohkannya dengan anak rekan kerja. Kabur di hari akad bukanlah pilihan tepat.

"Sah!"

Tak seperti pengantin baru yang terlihat senang setelah doa dipanjatkan, Hazel hanya melihat datar ke arah Michelle yang tak kalah dingin menatapnya. Mereka duduk berdampingan, sesi salam dan foto begitu hambar. Hanya sekali Hazel terpaksa menarik seulas senyum ketika mereka berfoto keluarga.

Acara makan-makan bersama keluarga kedua belah pihak pun berakhir. Beruntung tidak ada pesta mewah yang turut mengundang banyak tamu. Karena itu Hazel bisa segera meminta izin untuk ke kamar hotelnya dengan alasan berganti baju dan beristirahat. Tubuhnya yang belum begitu fit memang membuatnya cepat lelah.

"Kenapa kau mengikutiku?" cegat Hazel ketika Michelle ingin menerobos masuk kamar.

"Lupa ini juga kamarku?" Michelle tidak peduli tatapan menyuruhnya keluar, dia segera melesak masuk kamar bahkan memasuki kamar mandi terlebih dahulu sebelum Hazel mendahuluinya.

"Hei, keluar aku mau berganti baju!" Hazel mengedor pintu kamar mandi setelah menunggu sepuluh menit Michelle tidak kunjung keluar.

"Berganti saja, siapa yang lihat? Aku juga tidak bernafsu denganmu!" teriak Michelle dari dalam kamar mandi, dia sengaja berlama-lama mandi supaya emosi Hazel terpancing.

"Menyebalkan!" gerutu Hazel seraya berbalik menuju lemari. Dia mencoba menurunkan resleting belakang gaunnya.

"Payah!" Hazel mengambil gunting di dalam nakas untuk merobek bajunya saja karena merasa susah untuk menurunkan resleting.

Srek!

Resleting terbuka sebelum dia sempat mengunting baju mahal itu. Michelle entah kapan sudah berdiri di belakang dan membuka resleting baju yang melekat di tubuh Hazel.

"Kau!" Hazel berbalik saking terkejutnya dengan sosok Michelle, mereka saling berhadapan. Hazel segera menahan baju di depan dada yang hampir melorot.

"Siapa yang memberimu izin--"

Michelle memajukan langkah sehingga Hazel sontak memundurkan kaki hingga mengenai ujung meja perias.

"Tubuhmu seksi juga, sekarang siap?"

"Apa maksudmu?" Hazel bersusah payah menelan air ludah. Tubuh Michelle yang hanya terbalut handuk putih di pinggang, rambut basah dan aroma shampoo menguar tajam.

"Matamu memuja tubuhku!" ejek Michelle semakin menggodanya.

"In your dream!" cecar Hazel seraya mendorong Michelle menjauh, setelahnya dia buru-buru berlari ke kamar mandi. Mencoba menetralkan detak jantung yang tak karuan.