Langit duduk disamping Senja menatap mata gadis itu dalam.
"Ngapain lo liatin gue?"
"Ada masa depan yg harus lo Raih."
"Gaya banget dah lu"
"Lo harus tau, apa yg lo miliki sekarang cuma titipan."
Senja terdiam ia ingat akan pesan sang mama. Dia juga sudah berjanji untuk melakukan yg terbaik.
"Lakuin demi masa depan lo. Dan almarhumah nyokap lo. Dia pasti bangga sama lo." Lanjut Langit
Senja memegang kedua tangan Langit, matanya menatap seperti tatapan memohon. Napasnya berhembus cepat.
"Gue butuh lo. Gue mau belajar biar jadi pintar dan ngebahagiain nyokap gue"
"Gue bakal bantu lo."
" Thank you Langit" Senja tersenyum manis kearah Langit.
"Gue balik luan. Mau ngumpul sama anak Geng gue"
"Lo punya Geng?"
"Punya. Tapi itu bukan urusan lo jangan banya bacot" Langit beranjak dari duduknya dan berlalu meninggalkan Senja
"Sok ganteng lo" Senja melempar sendok kearah Langit, membuat langit menoleh tapi setelah itu tetap melanjutkan jalannya.
"Bi" Panggil Senja
"Iya non" Bi Senja berjalan menghampiri Senja
"Apa papa ada saat mama meninggal?"
"Tidak non. Tuan besar pergi pada pagi harinya. Sebelum kejadian itu"
"Kejadian apa bi? apa ada hubungannya sama kematian Mama?"
"Pagi itu setalah kepergian tuan besar. bibi menyapu dikamar Nyonya Adisty. Tiba tiba nyonya Adisty menangis sambil melihat hp nya. Entah apa penyebabnya kemudian ia merasa sesak nafas badannya amat dingin, Bibi segara menghubungi Dokter. Namun sayang, Nyonya menyerah. Bibi berusaha mengabarin tuan. Namun, tuan bilang dia punya kerjaan yg tak bisa ditinggalkan." Jelas bi Ija panjang lebar.
Senja yg menyimak segera bangkit dari duduknya menuju kamar mamanya. Ia penasaran apa yg ada di hp sang mama. Namun sayang, Senja tak menemukan apa apa disana
"Dimana hp mama?"
"Apa yg sebenarnya dilihat mama?"
Pikiran Senja kacau. Senja memilih untuk melakukan balapan hari ini. Sudah lama ia tak melakukannya karena permintaan sang mama. Kali ini Senja lakukan agar tak terus terusan memikirkan mamanya.
Pukul 21.00 Senja sudah siap dengan jaket kulit merah kebanggan miliknya. Dia berjalan kebagasi rumahnya membuka mantel yg menyelimuti motor kesayangannya itu. Sudah satu tahun Senja tak menyentuhnya, Ia sangat merindukannya.
****
"Siapa lawan gue sekarang" Tanya Senja pada pemuda yg heran akan kedatangannya
"Siapa lo?" Tanya pemuda itu
Senja membuka helmnya dan mengibaskan rambutnya. Semua mata tertuju pada
"Senja" Pemuda itu memeluk Senja
"Itu Senja?"
"Gilak, itu si bening Senja"
"Makin cantik aja Senja"
"Queen Senja"
Masih banyak pujian lain yg tertuju padanya namun tak dihiraukannya.
"Iya gue Senja, Mana lawan gue?" Tanya nya pada Thomas.
"Lo mau balapan lagi? Lo mau gabung lagi?"
"Cuma iseng doang. Lagi setres"
"Ayola, Gabung lagi. " Rayu pemuda itu
"Udah ah. Cariin lawan buat gue."
"Tadinya gue yg mau balapan. Tapi krna lo datang, lo aja deh. Lawanya belum dateng paling entar lagi deh keknya"
"Oke deh, Btw dia udah gak pernah ngumpul lagi?"
"Pernah, dia nyariin lo. Sesekali dia Dateng kok, lo masih gak mau nemuin dia ya?"
Senja hanya menggeleng. Lalu kembali mengikat rambut dan memakai helm nya. Tak lama segerombolan pria menaiki motor gede datang membuat seluruh perhatian yg tadinya ke Senja malah beralih ke geng itu.
"Itu lawan lo. Good luck" Ucap Thomas menepuk bahu Senja lalu berjalan meninggalkan Area balapan.
Betapa kagetnya Senja yg ia Lihat adalah motor milik Langit. Senja menyadari itu Langit. Namun, Langit tak mungkin menyadari itu Senja. Setahu Langit Senja itu anak Manja yg hanya mengandalkan harta orang tuanya. Lagi pula bergaya seperti tak membuatnya mudah di kenali oleh siapapun
Kini Langit dan Senja sama sama sibuk membalas gas
"Lo lawan gue? badan lo kecil ga mungkin bisa menang. Lagian lo wanita kan?" Ucap langit meremehkan
Tak ingin dikenali Langit. Senja memilih diam dan tak memperdulikan omongan pria disampingnya ini.
1.... 2..... 3...
Kini Langit berada di posisi paling depan. Dia menatap spion dan dibelakang ada lawannya yg amat ia sepelekan.
"Dasar kuman" Langit melajukan motornya dengan kencang.
Jangan sebut dia Senja Anindita Setiawan jika tak mempunyai cara cara licik dalam balapan. Dalam pelajaran mungkin dia akan kalah. Namun dalam Balapan dia maju paling depan.
Ketika Langit mulai lengah, Senja menyalip memutari Langit. Debu debu akibat ulah Senja membuat Langit tak dapat melihat apapun. Kini Senja jauh lebih unggul pada Langit. Sebab Langit memilih berhenti akibat debu debu itu.
"Ternyata lo, pemain yg gak bisa diremehkan"
Semua penonton bersorak kearah datangnya Senja. Senja unggul, Mereka juga sudah pasti tau siapa yg akan jadi pemenangnya. Senja menghentikan Motornya dan mencari keberadaan Thomas.
"Thom, gue harap lo bisa nyembunyiin identitas gue dari geng itu"
"Kenapa? Mereka harus tau kalo lo itu queen"
"Gak thom, Gue gak bisa jelasin sekarang. Lain kali gue bakal jelasin ke elo"
"Tapi" belum sempat melanjutkan perkataannya. Senja memilih memotong ucpan Thomas.
"Gue gak mau tau. Pokoknya lo harus buat mereka semua gak tau identitas gue. Atau lo dalam bahaya Thom" Senja meremas bahu Thomas.
"Masi aja psikopat lo"
Mereka berdua tertawa "
"Lo tenang aja semua bisa gue atur."
"Gue balik dulu. Gue pegang omongan lo. Hadiah gue buat lo aja biar bisa main sama jalang"
"Tau aja lo, gue lagi pengen"
Senja melajukan motornya buru buru
Langit yg baru sampai melihat sekeliling mencari lawan yg baru pertama kalinya berhasil mengalahkan dirinya.
"Dimana dia?" Tanya Langit pada devan anggotanya
"Engga tau. Tadi buru buru banget"
"Gue ga nyangka ngit, ada yg bisa ngalahin lo" Ucap Jack salah satu anggota geng nya
Langit yg tak terima langsung turun dari motornya menghajar Jack habis habisan
"Berani beraninya lo"
bug bug bug Langit menghajar dengan habis habisan. Tentu saja tak ada yg berani menghentikannya, Jika mereka ikut campur maka langit akan menghajar mereka habis habisan juga.
Thomas yang menyaksikan hal tersebut menghampiri Langit.
"Woi. Gue tau ini hak lo buat ngabisin anggota lo tapi jangan di area orang lain juga"
"Jangan ikut campur" bentak Langit
"Kalo gitu jangan salahin kita, Kalo mulai perang sama geng lo. Krna lo uda buat keributan di area kita"
Langit yg menyadari ini salahnya memilih berhenti
"Cabut lo. Sebelum gue habisi nyawa lo" suruhnya pada Jack
Jack yg sudah babak belur berusaha bangkit. Tak akan ada satupun yg berani membantunya.
"Cabut " suruh langit pada geng nya
Langit berjalan kearah motornya. Namun, tidak untuk pulang. Entah mengapa Langit ingin menemui Seseorang yg dari tadi mengelilingi pikirannya.
***
Ting tong
"Langit?"
"Gue kangen banget sama lo" Langit memeluk wanita itu.
"Gue juga, lo balapan lagi?" Wanita itu melepaskan pelukan Langit
"Iya. Gue Keingat terus sama lo jadi mending gue balapan aja, biar lupa tapi tetap aja masih keingat juga"
Mereka berdua tertawa, wanita itu sesekali memukul pundak Langit. Membuat Langit bahagia bisa membuat wanita ini tertawa kembali.
"Udah bisa belum gue jadi pucek boy?"
Wanita itu mencubit lengan Langit
"Awas aja lo berani jadi fuck boy, gue ceburin ke got"
"Awsssh sakit taau" ringis Langit memegangi lengannya
"Percuma ketua geng kampak gitu aja sakit"
"Kampak pale lu. Alay bat dah"
Mereka berdua kembali tertawa