Untuk pertama kalinya Senja bangun pukul 04.30
Senja bangkit dari tempat tidurnya berjalan kearah kaca.
"Sudah cukup Senja." Senja memegang kedua matanya. Rasanya menyesal sekali membuang buang air mata kepada pria tua yg tak memperdulikannya itu.
"Disatu sisi gue rindu sama lo. Tapi disisi lain gue benci sama Lo." Ucap Senja pada dirinya yg berada didalam kaca itu. Ia Kembali menetes kan air matanya.
GBRAAAAAAK. "Gue benci banget sama Lo" tangis senja pecah. kini sakit ditangannya akibat menumbuk kaca itu. Tak seberapa dibanding sakit dihatinya.
Setelah 10 menit berlalu. Senja memilih membersihkan tubuhnya dan bergegas berangkat ke sekolah. Ia tak ingin izin kepada siapapun hari ini.
***
Kini senja berada di salon kecantikan. Untuk menutupi mata sembabnya. Ia tak ingin siapa pun mengetahui masalahnya
"Terimah kasih mbak" Senja mengambil kembali kartu kredit nya.
Senja melajukan mobilnya memasuki perkarangan sekolah. Lagi - lagi dirinya menjadi pusat perhatian. Senja berjalan menuju pintu masuk sekolah. Namun ada yg menarik tangannya dengan kasar.
"Sini Lo" Teriak wanita itu
"Apa - apaan ini" Heran Senja. Senja menghempaskan tangan wanita itu.
"Gue dengar dengar Lo murid baru. Yang dipuja puja karena kecantikannya. Tapi kok masih cantiakan Gue ya" Wanita itu mengibaskan rambutnya memandang sepele kearah Senja.
"Jangan ganggu gue" Ucap Senja santai. Baru saja Senja ingin melangkah kan kakinya. Wanita itu menolak Senja hingga tersungkur.
Senja masih menahan amarahnya. Ia tak ingin mengecewakan kembali mamanya.
"Kenalin Gue Jessie Rogers. Anak dari keluarga terpandang Dirgantara Rogers." Ucap Jessie menyombongkan dirinya.
Senja tersenyum miris. Mendekatkan bibirnya ke kuping Jessy "Gue Senja Anindita Setiawan. Anak dari pengusaha ternama nomor 1 di Indonesia. Reynand Setiawan. Gue gak butuh kekerasan buat ngelawan lo. Cukup dengan diam dan baaaaaam. Seluruh hidup lo hancur." Senja Tertawa licik
"Dasar kuman. Harus gue musnahin lo" Ucap Senja. Lalu memilih pergi meninggalkan Jessy.
Jessy terdiam. Ia sangat mengenali siapa Reynand Setiawan. Dan seberapa hormat papanya pada Reynand. Jessy tercengang Ia sungguh tak menyangka bahwa Senja adalah anak pengusaha yg disegani penjuru dunia.
***
Senja segera berlari ke kantor menjumpai buk Dian untuk mengumpulkan tugasnya.
Tok tok tok
"Masuk"
"Ini tugas saya Bu"
"Baiklah. Jangan lupa tugas mu yg berikutnya dikumpulkan 2 Minggu lagi"
"Baik buu. Saya pamit dulu"
Senja berjalan menyusuri koridor dengan bermalas malasan.
Bruuuukk Senja terjatuh "Astaga Tuan Deez. Badan gue sakit semua ini. Hobby banget lo nabrak gue." Senja menahan amarahnya jika tidak. Bisa bisa pria ini tak mau membantunya.
Langit tak memperdulikan ucapan Senja. Langit melanjutkan jalannya.
***
Bel pulang akhirnya berbunyi seperti biasa itu akan menjadi melody yg indah ditelinga para Penghuni Galaxy. Senja bergegas merapikan buku bukunya, Senja takut ditinggal oleh Langit.
Senja memperhatikan sekeliling parkiran. Tidak ada tanda tanda keberadaan Langit disini, Senja memilih menunggu saja di samping mobilnya. Betapa kagetnya dia melihat ada gambar kemaluan laki laki di pintu mobilnya.
"Astaga keparaaat" Senja menggeram
"Kerjaaan siapa ini" Teriaknya
"Gue"
"Astaga Langit. bener bener lo yaa. Kalo papa gue liat ini bisa mati gue" Senja panik
"Tinggal bawa ke bengkel. Terus bersihin gitu aja susah. Lo kan Sultan"
Senja berusaha tetap tersenyum manis kearah Langit demi tugasnya.
"Cepet kerumah gue. Kerjaain tugas lo disana, Gue sampek Lo juga harus Sampek" Langit meninggalkan Senja menuju motornya.
Senja seketika memeliliki perasaaan tak enak.
Langit melajukan motornya dengan kecepatan tinggi, membuat Senja geleng kepala.
"Sudah kuduga" batin Senja
Tak ingin ketinggalan jauh, Senja pun melajukan mobilnya dengan Laju, Bagi Senja ini bukan hal yg susah. Sebab dia sudah biasa melakukan balapan dulu. Seketika Senja meerasa dirinya kembali pada Senja yang Ganas dan TAK TERSENTUH.
Tuuut tuuuuut
Ponsel Senja berbunyi entah sudah berapa kali. Namun, ia mengabaikannya. Berbunyi Sekali lagi membuatnya pasrah dan meminggirkan mobilnya.
"Bibi?"
"Halo ada apa bi?"
"Non, Ibu udah gak ada" jawab orang dari sebrang sana.
"Ha.. Mama?" teriak Senja
"Iya. Non, non cepet pulang ya"
"Enngggg ------ engga mungkin mamaaaaaaa" Senja berteriak perasaannya tak karuan. Manusia yang paling dicintainya kini telah tiada.
Bagai petir yg menyambar di siang bolong. Hati Senja luka. Sakit sekali rasanya melihat orang yg paling dia cintainya itu Kini telah meninggalkannya selamanya. Senja tak punya siapa siapa lagi
Senja berlari memasuki pekarangan rumahnya yg telah dipenuhi orang orang Senja memohon pada tuhan. Untuk mengambil nyawanya saja, Jangan mamanya.
Senja terjatuh rasanya tidak kuat menggapai sang mama cintanya.
"Mama... Mama bohong, Mama bilang gak akan ninggalin Senja" Teriaknya dari depan pintu masuk kearah Mamanya yg tergeletak tak berdaya
"Mama jahat, Senja ga punya siapa siapa lagi Mama jahat" Tangisnya pecah
Tiba tiba Tangan kekar menariknya, Membawanya dalam pelukannya lalu, Senja di gendong ke Mamanya. Entah siapa yg membawanya Senja menghiraukannya. Orang itu slalu ada disamping Senja dari awal hingga pemakaman selesai.
***
Senja terbangun dari tidurnya. Kepalanya sakit sekali matanya sembab. Sudah seminggu sejak kepergian mamanya Ia masih tak terima kenyataan bahwa cintanya itu pergi untuk selamanya.
Untuk kesekian kalinya Senja berteriak
"Argggggggggggggghhhhhhhhh" Air matanya kembali menetes.
Pria yg selama ini menemaninya dari bangun hingga tidur itu panik dan segera berlari menuju kamar Senja.
"Senja" Kaget pria itu ketika melihat senja sudah tergeletak di lantai.
Tak ada jawaban dari Senja membuat pria itu semakin khawatir. Untuk kesekian kalinya Senja kembali pingsan. Pria itu membopong tubuh Senja menidurkannya dikasur.
Entah mengapa sudah seminggu ini. Hatinya ikut tercabik melihat Senja merasakan penderitaan ini. Pria itu ikut tertidur disamping Senja.
****
Senja terbangun dari tidurnya. Betapa kagetnya ia melihat tangan kekar melingkar diperutnya. Sebelum menjerit. Pria itu sudah lebih dulu mengeluarkan dengkuran halus, membuat Senja menoleh kearahnya menatap tabjub wajah tampan pria yg sedang memeluknya ini.
Bukannya membangunkan pria itu. Senja malah membalas pelukan pria itu sesekali mengecup pipinya. "Gue selalu nyaman dekatlo Langit. Apalagi meluk lo gini. Buat gue lupa sama masalah gue"
Keesokan paginya Langit bangun terlebih dahulu dari Senja. "Masih tidur?" Tanya nya heran. Sudah seminggu ini Senja tidur hanya beberapa jam, Terbangun berteriak lalu pingsan. Langit tersenyum mengingat kejadian itu. Betapa herannya dia bisa sepanik itu karena wanita gila didepannya ini
Langit melihat kebawah, Tangan Senja melingkar diperutnya. "Mungkin dia kira gue. Guling kali ya?"
Langit melepaskan tangan Senja dari perutnya memilih pulang Sudah seminggu Ita tak sekolah. Langit jujur pada bundanya ingin menemani Senja. Namun, tak jujur pada teman teman sekolahnya.
****
Bel pulang berbunyi Langit segera membereskan buku bukunya. Ia berlari keparkiran ingin segera sampai kerumah Senja.
Langit berjalan memasuki rumah Senja.
"Bi dimana Senja?" tanya nya pada pembantu Senja.
"Dimeja makan den" Tunjuk bibi kearah tepat Senja berada.
"Terimakasih " Langit berjalan menghampiri Senja
"Udah, Enakan?" Tanya langit
"Udah" Jawab Senja cuek
"Besok sekolah ya. Tugas lo udah numpuk"
"Gue gamau."
"Lo harus sekolah. Gabaik larut dalam kesedihan"
"Orang yg jadi alasan gue sekolah. Udah gak ada, buat apa gue lanjutin sekolah" Senja tersenyum sinis