Natasha terpaku diam, dia melihat seseorang yang duduk di kursi belakang , paling belakang dengan pandangan seperti seseorang yang sedang menilai orang di depannya.
Dia tertawa sumbang, "Bener," sahut Natasha setelahnya.
"Nah ini calon pendaftar untuk menjadi pekerja paruh waktu, pak!"
Natasha masih membeku saat Raga membalikkan tubuhnya untuk menatap si pendaftat baru yang tidak lain adalah Natasha sendiri.
Natasha membungkukkan tubuhnya memberi salam, tanpa menatap Raga. Entah kenapa dia kesal saja kenapa Raga tidak memberitahunya bahwa pria itu bukan kalangan orang bawah, ah sial Natasha merasa malu lagi!
"Oh, silahkan masuk, perkenalkan diri. Ah, sebaiknya masuk ke ruangan saya saja, agar saya bisa lebih leluasa untuk bertanya, karena ini pekerjaan yang spesial bukan?"
Saat Natasha berjalan ke arah ruangan yang ditunjuk seseorang itu, dia melihat Raga?!
"Loh, Nat. Kamu ada disini?"
Natasha balik menatap seseorang tadi, "Kamu kembar?!" teriaknya tanpa sadar.
Raga tertawa, baru kali ini bukan dia tertawa seperti itu? Dan kenapa? Kenapa dia tidak marah padahal sama saja kembar kan memiliki keluarga yang sama, bukan?
"Ngapain kamu disini?" tanya Raga.
"Wawancara," sahut Natasha, dia butuh pemikiran terbuka untuk memikirkan ini. Jadi bagaimana? Raga membohonginya? Membohongi dalam hal apa? Bukankah cara berpakaian seseorang itu tidak menunjukkan bahwa dia adalah itu.
Ah, Lagi-lagi dia salah menilai orang lain!
"Ah, itu adikku. Dan aku yang akan wawancarai kamu,"
Kembaran Raga itu mendekat, "Temen kamu?" Raga mengangguk.
"Kenalin, Gara," sahutnya.
Natasha menatap keduanya bergantian, "Ah, Natasha," ucapnya canggung.
Sementara itu tidak lepas dari perhatian Raga, pria itu menatap Natasha karena rasanya menggemaskan bisa terus menatap gadis itu seperti ini. Bahagia.
"Gimana kalau kita langsung Terima aja?" ucap Gara girang.
"Why?" tanya Raga.
"Dia cantik, kayaknya ramah, ceria, gak terlalu menor dan natural beauty, terus kayaknya udah deket sama kamu. Bukannya pas?"
Natasha menatap keduanya lagi dan lagi.
"Hem, kamu diterima, selamat bekerja!" itu Gara yang berbicara, dia menjabat tangan Natasha.
"Kok bisa gitu?" ucapnya tidak mengerti.
Raga tertawa, "Saya butuh asisten, lebih tepatnya membantu mengecek beberapa pendaftar dan ikut saya untuk melakukan casting dan sebagainya. Kamu gak baca kalau persyaratan minimal lulusan bagian tata busana?"
Natasha kembali melihat selebaran nya, kemudian dia mengangkat sudut bibirnya. Lagi lagi dia ceroboh, "Tapi gak apa apa, kan udah diterima! Jadi aku mulai kerja sekarang kan?" ucapnya dengan senyuman termanis yang pernah Raga lihat.
Ohmaygat hari ini Natasha seperti kejatuhan durian runtuh, tidak tidak itu menyakitkan. Sekarang Natasha butuh oksigen lebih banyak lagi karna dia akan lebih lama bersama Raga. Baru tadi siang dia menceritakan kepada kedua orangtuanya perihal dirinya menyukai pria itu, tetapi sekarang? Oh Tuhan kenapa kau sangat baik pada hambamu ini, dan hamba sangat berterimakasih karena nya.
Raga yang sedang berdiri di hadapan Natasha terus menatap gadis itu.
"Apa sekarang gak perlu wawancara?" tanya Raga yang membuyarkan lamunan yang tertata rapih dipikiran Natasha.
"Ah, perlu juga gak apa-apa," ucapnya.
"Aku udah melampirkan semuanya, termasuk poto. Kalau aku tah CEO nya kamu, aku bakal kasih foto paling cantik," ucap Natasha jenaka.
Kali ini candaannya berbalas karena Raga yang tertawa, "Ini perusahaan punya keluarga, sbenernya. Tetapi beberapa hari lalu papah sakit dan mengharuskan aku dan Gara yang sementara memegang perusahaan," ucapnya.
Natasha mengangguk paham.
"Aku gak tau kalau mereka bagi selebaran, biasanya dipasang di media sosial atau kadang juga dari mulut ke mulut, gak kesampaian bagi selebaran gitu," ucap Raga memberitahu.
Natasha ingat, kenapa Raga tidak menawarkan pekerjaaan ini pada dirinya? Padahal kan Raga tau kalau dia butuh pekerjaan untuk menunjang kehidupan masa depannya.
"Kenapa kamu gak kasih tau kalau kamu punya pekerjaan disini?" tanya Natasha.
"Kamu gak tertarik di bidang kayak gini bukan?"
Natasha mengangguk, benar juga dia tidak tertarik. Tetapi tetap saja jika ditawarkan mungkin pekerjaan ini akan dia ambil sesegera mungkin terlebih melihat gajinya.
"Disini jarang dibuka lowongan pekerja paru waktu, mungkin karena itu orang-orang gak percaya karena emang gak pernah ada pekrjan paruh waktu. Ini aku yang mau karena buat asisten pribadi aku karena rasanya aku gak bisa handle sendiri dan Gara juga punya tugas lain," ucapnya menjelaskan.
Natasha hanya menganggukkan kepalanya saja, "Mohon bantuannya tuan Raga Pradipta,"
Raga tertawa saat mendengar panggilan itu, terdengar nyaring tetapi menyenangkan.
"Oke, kamu bisa mulai langsung aja karena gak ada prosedur yang penting kamu harus selalu ada di sisi saya dan membantu saja, membereskan pekerjaan itu,"
Natasha mengangguk patuh kemudian dia menaruh tas nya di tempat yang sudah di sediakan.
***
Raga kembali masuk ke dalam ruangan pribadinya, ruangan bekas orang tuanya menjalankan perusahaan ini. Karena umur yang sudah tidak muda lagi dan mulai lemah, ayahnya berpikir untuk sesegera mungkin pensiun. Dia membutuhkan kedua anaknya untuk menjalankan perusahaan, karena dia percaya hanya pada anak-anaknya.
Gara yang mengemban pendidikan di luar negri sementara Raga yang sudah terlebih dahulu selesai dengan pendidikannya memang jarang berkomunikasi. Raga yang memilih untuk tinggal sendiri dan Gara yang sibuk dengan kuliahnya, tetapi sekarang dia sudah menyelesaikan itu. Baru saja bebarapa minggu lalu.
Raga ingat, yang disayangi oleh ayahnya hanya Gara. Sementara Raga tidak pernah diperhatikan secara terang-terangan, tetapi saat ayahnya membutuhkan bantuannya, dia akan menjadi seseorang yang maju paling pertama. Tetapi beberapa tahun lalu kejadian pertengkaran besar terjadi, saat dimana Raga ingin menjadi seorang dokter, cita-citanya. Ayahnya itu tidak mengizinkan Raga untuk menjadi dokter alasannya simpel karena ibunya dulu seorang dokter, dan beliau meninggal saat menjalankan tugasnya. Raga tidak pernah diberitahu jelas alasannya apa, tetapi intinya sang ayah tidak mengizinkannya. Dan berakhir Raga memilih untuk memisahkan diri.
Saat ayahnya kemarin jatuh sakit, seorang wanita yang ditemui oleh Natasha kemarin adalah seseorang yang diperintahkan untuk mencari keberadaan Raga. Ditempat kerjanya atau dimanapun itu. Dan Raga harus kembali, secara terpaksa.
***
Natasha membereskan berkas yang berserakan dan merapihkan nya menjadi satu. Saat sedang sibuk sibuknya, Gara mendekat, menyapanya.
"Hai!?" menyapa dirinya dengan suara lantang.
Natasha tersenyum, "Hallo," jawabnya.
"Temennya Raga?" tanya Gara membuka percakapan.
Natasha sejenak berpikir, apa dia sudah menjadi temannya Raga atau masih memiliki hubungan sebagai penolong dan korban?
"Hanya hubungan timbal balik, mungkin?"
Natasha sangka saat awal masuk ke ruangan dan bertemu dengan Gara, pria itu benar-benar memiliki kepribadian yang sama dengan Raga, tapi saat sedang seperti ini, itu berbanding hampir 360 derajat berbeda.
Sangat ceria dan cerah, tampak nya dia adalah pelengkap Raga pradipta.