Beberapa hari setelahnya, Natasha memutuskan untuk tidak berangkat sekolah. Alasannya bukan insiden itu, tetapi karena dia harus menebus masa-masa cuti miliknya yang tiba-tiba, dan setelah dikabari oleh Gara, ralat Gara meminta dirinya untuk masuk kerja kembali karena Raga yang uring-uringan dan terlihat sibuk berkali-kali lipat. Itu membuatnya mendapat panggilan dari guru konseling, Natasha mendapatkan surat peringatan pertama miliknya.
"Liatin apa?"
Tersentak karena tiba-tiba ada yang datang, Natasha mencoba menetralkan suaranya.
"Ah, ini. Surat peringatan," sahur Natasha pada Gara yang duduk di sampingnya.
"Surat Peringatan bukan surat kematian, jangan dipikirin,"
Natasha mengangguk dan tertawa pelan, benar dia memikirkan ini untuk pertama kalinya karena surat peringatan pertama milik Natasha. Bohong jika dia tidak panik.
"Sekolah aja dengan santai, satu tahun lagi kan? Gak akan sesulit itu,"
Natasha hanya mengangguk, "Benar, tidak akan sesulit itu," gumamnya meyakinkan.
"So, kalau gitu, aku ke dalam dulu ya," Natasha mengangguk lagi.
Bayangannya kembali jatuh pada hari dimana satu sekolah mem-bully dirinya, tidak tau apa yang membuat Natasha di bully habis-habisan dan setelah dia selidiki siapa yang membagikan vidio tersebut, dia adalah Ema. Ema adalah adik dari gadis itu itu, benar-benar kakak beradik yang merugikan.
Natasha sebenarnya tidak kau menceritakan hal ini, kejadian dimana dia menjadi mangsa dari kehancuran hubungan Raga dan mantan kekasihnya. Itu di luar tanggung jawab Natasha, tetapi saat itu—
Saat Natasha tidak sengaja mendorong pintu ke depan karena engsel pintu yang bisa bergeser ke depan dan ke belakang, Natasha menjadi bahan amukan kekasih Raga.
"Oh, jadi kamu selingkuh?"
Natasha lansung membelalakan matanya, darimana bisa Raga selingkuh dengannya.
"Mbaknya salah paham," sahur Natasha.
"Mbak? Saya? Salah paham?" tanyanya dengan nada tinggi.
Itu mengambil beberapa perhatian dari para pekerja, Natasha dengan posisinya yang sedang bertengger di daun pintu terkesan sebagai pihak yang disembunyikan. Dia memutuskan keluar sementara Raga yang memejamkan mata karena mantan kekasihnya yang semakin parah ini.
"Han, saya sudah bilang. Ini berakhir karena memang kita gak bisa bersama lagi," saut Raga.
"Tapi, Ga! Gak mungkin kamu ninggalin aku semudah ini, apa gara-gara cewek ini? Apa gara-gara dia?"
Natasha tetap pada posisinya, dia diam dan tak banyak bicara. Hanya memperhatikan, jika memang Raga mengakhiri hubungan mereka pastinya bukan karena orang ketiga atau gangguan manusia lain, dia memang tidak ingin hubungan itu dilanjutkan.
"SINI KAMU!"
Natasha terkejut dengan teriakan itu, dengan gerakan tidak siap rambutnya sudah dijambak oleh mbak yang sedang marah itu. Tidak hanya Natasha yang terkejut, bahkan Raga pun langsung spontan menarik tangan mantan kekasihnya dan menjauhkannya dari Natasha.
"Wah, apa tadi?!" Natasha bergumam terkejut, tarikannya sangat keras bahkan Natasha rasa rambutnya sedikit tercabut.
"Kamu kalau mau jadi pelakor jangan di hubungan aku sama dia!"
Sumpah Demi apapun Natasha rasa dia ingin tenggelem saja sekarang, bagaimana bisa di hari pertamanya dia sudha menjadi pusat perhatian. Meski ini adalah kesalahpahaman dan Natasha juga tidak akan mengambil Raga jika memang tau pria itu memiliki kekasih.
"Permisi, gini mbak, saya sebenarnya hanya—"
"Apa? Hanya menyukai pacar saya?!"
Subhanallah, bolehkah Natasha mengumpat sekarang?
Dia menatap Raga kemudian tersenyum gentir, bisakah kamu yang mengurus ini tanpa membawa-bawa nama saya? Sebenarnya Natasha hanya ingin pergi ke kantin sekarang, sebenar-benarnya.
Saat hendak mendekat kearah Raga, Natasha diserang oleh sebuah bros yang langsung mengenai pipi kirinya, membuat itu terasa seperti pisau yang merobek pipinya.
Raga terkejut dan langsung menatap wajah Natasha dari dekat, dia menyembunyikan Natasha dibelakangnya.
"SATPAM!" teriak Raga kala itu, dan penjaga datang, tiga penjaga.
"Kalian bisa bawa dia, dia mengacau di perusahaan saya," sahut Raga.
Kali itu Natasha melihat Raga yang sangat dingin seperti membeku, Natasha merasa genggaman tangannya juga mengeras dan dia pikir itu akan membekukan tangannya sekarang juga.
"Baik pak!"
Saat mereka telah pergi, Raga mendadak mencair.
"Liat," ucapnya sembari mendekatkan wajahnya pada pipi Natasha.
"Ini gak kenapa-napa," sahut Natasha,
"Gimana gak apa-apa, keliatan banget itu gores, Nat?"
Natasha menghela napas, baru terasa menyakitkan nya sekarang. Dia tidak tau apa masalah yang terjadi diantara mereka, ketika gadis itu berkata tentang 'orang ketiga' Natasha rasa itu benar-benar dirinya. Tidak ada lagi gadis di samping Raga beberapa waktu terakhir.
"Kenapa kamu udahan sama dia?" tanya Natasha,
"Dijodohkan orang tua," jawab Raga singkat.
Natassa membuka matanya, siapa yang dijodohkan? Raga? Raga mengakhiri hubungan mereka karena dijodohkan dengan orang lain?
Seketika tangan Natasha yang sedang memegang pakaian Raga sebelah atas mendadak mengendur, perasaan mencelos seketika.
"Dia yang dijodohkan orang tuanya,"
***
"Kalau sudah tidak ada pekerjaan lagi, saya pamit pulang terlebih dahulu,"
Natasha akan menjadi dirinya sekarang, hanya dirinya yang tau perasaannya. Itu tidak buruk, karena di situasi sulit seperti dirinya, dia tidak harus menyusahkan orang lain.
"Mau bareng pulangnya?" tanya Raga, yang dijawab gelengan oleh Natasha.
"Aku udah pesan ojek online," jawabnya tanpa menatap Raga. Dia juga butuh pemulihan, terlebih lagi hanya karena satu foto itu dia dituduh sebagai pelakor yang sebenar-benarnya dan itu menyakitkan sampai satu sekolah mengetahuinya.
"Tapi, Nat,"
Natasha berbalik, "Ada apaa?" tanyanya sopan.
Ketika Natasha menunjukan sikap profesional di lingkungan pekerjaan, itu membuat Raga tidak enak bersikap seperti biasa meski itu sudah menjadi kebiasaan.
"Hati-hati," Natasha hanya mengangguk dan memberi salam sebelum benar-benar keluar.
***
Saat sedang berjalan keluar kantor, mendadak terpikirkan sesuatu, rasanya pekerjaan ini tidak sesuai basic nya. Natasha berpikir untuk keluar dari pekerjaan ini, dari dulu dia tidak berpikir untuk pergi dan bekerja di dunia entertainment.
Natasha menghela napas, pembullyan itu meninggalkan sedikir trauma untuk Natasha, trauma pada keramaian. Suara gema yang mereka buat terus terngiang-ngiang di telinga Natasha dan terukir rapih di otaknya, tapi dia mencoba bersikap seperti biasanya.
***
Lagi-lagi Natasha tidak mendapatkan kendaraan, dia belum memesan ojek online. Dan tepat saat itu, mobil Gara keluar dari basement dan langsung membunyikan klakson pada Natasha.
"Mau nebeng gak?" tanya Gara dengan senyuman khas nya.
Natasha mendadak tertawa saat Gara menaikkan kedua alisnya, dia mengangguk.
"Numpang ya tuan Gara," sahutnya saat masuk kedalam mobil.
Gara mengangguk, "Nyari kendaraan kah? Padahal bisa pulang bersama aku atau Raga, itu sama saja, lagipula kita searah bukan?" ucap Gara.
Natasha hanay mengangguk, perlahan berada di dekat Gara terasa sedikit nyaman karena pria itu tidak tau apa-apa mengenai dirinya. Pria ini hanya kenal Natasha tanpa kepribadian nya, Gara adalah yang terbaik untuk saat ini. Untuk dirinya.