Sepanjang acara berlangsung, Natasha benar-benar tidak tau harus bagaimana sikapnya pada Raga. Sementara memang benar Raga yang dimaksud dalam undangan itu adalah Raga Pradipta, Raga yang dia kenal. Bagaimana bisa! Bagaiman bisa Jeno dah papahnya mengenal Raga.
"Jeno, kamu nemuin dia duluan aja. Aku harus ke kamar mandi dulu," Natasha harus mengamankan dirinya, dia tidak tau harus bagaimana menghadapi Raga nantinya terlebih lagi dia berdua dengan Jeno. Apa Jeno tidak ingat dengan pria yang menumpahkan eskrim itu? Bukankah seharusnya Jeno ingat.
***
"Lagian kenapa dia gak bilang kalau hari ini birthday nya, meskipun aku gak pernah jawabkan seenggaknya dia harus bilang kalau dia hari ini ulang tahun. Untung aku udah siap dengan cantik, coba kalau aku gak sama sekali ikut Jeno ke salon?" Natasha berbicara panjang lebar di depan cermin, tidak ada yang masuk lagipun. Natasha juga kesal karena tidak diberitahu perihal ulangtahun pria itu.
Natasya membereskan pakaiannya sebelum keluar dari kamar mandi, tangannya memegang ponsel mencari keberadaan Jeno. Ternyata pria itu menunggu Natasya di depan pintu yang menuju keluar dan masuk ke dalam garden.
"Lama?" tanya Natasha memegang pergelangan tangan Jeno.
"Couple," sahutnya.
Jeno berdecih kemudian membalas genggaman tangan Natasha, keduanya tidak terusik atau terganggu dengan itu.
"Mau say birthday dulu kali ya, baru abis itu makan?"
Natasha mengangguk, "Not bad," sahutnya.
"Yaudah, langsung aja kesana. Gift nya yang tadi beli, kamu ada?"
Natasha mengangguk, menunjukkan satu kotak kecil yang terlihat elegan dibalut dengan pita yang berwarna ungu besi.
"By the way, lo gak inget siapa dia?" Natasha yang penasaran memilih langsung bertanya saja.
Jeno mengangguk, "Inget, cowok yang nari pergelangan tangan lo, kan?" tanyanya.
Natasha mengangguk, "Ternyata lo inget," gumamnya.
"Siapa lo sih Nat? Cowok lo! Mantan?"
Natasha menggeleng, "Bukan, dia itu kayak majikan gue deh. Dulu sempet kerja di perusahaannya tapi karena ada masalah kecil gitu, gue disangkut pautin sama hubungan dia with tunangannya, jadi gue resign deh," jelas Natasha.
"Terganggu?" Natasha menganggu, Jeno memang sudah lulus kalau mengenai tentang dirinya.
"Itu dia,"
Jeno menunjukkan keberadaan Raga, Natasha mengangguk. Dia bisa bersikap senatural mungkin dengan menjadi pasangan Jeno, terlebih lagi kemarin-kemarin mereka berdua berjalan bersama.
"Hai, Raga Pradipta?"
Jeno jika seperti ini terlihat sangat berwibawa, tangannya, tubuhnya, senyumnya, gerakan dia saat berbicara itu sudah termasuk paket sempurna untuk pria seumuran Jeno.
Raga mengangguk, "Selamat datang," sambut Raga.
Natasha menggenggam erat pergelangan tangan Jeno, spontan. Karena keduanya langsung bersikap profesional saat sedang seperti ini, seakan-akan kejadian kemarin tidak pernah terjadi. Natasha tidak tau bagaimana caranya karena dulu saat hendak diajari oleh orang tuanya, Natasha selalu menolak karena tidak menyukai kegiatan seperti itu.
"Papah gak bisa datang karena ada keperluan keluarga, jadi aku yang mewakilkan," Raga mengangguk paham saat Jeno menjelaskan itu.
"Lalu ini, perkenalkan ini Natasha. Pasangan saya,"
Natasha menatap Jeno saat pria itu mengatakan pasangan pada Raga, terlebih dengan telapak tangan yang membalas genggaman tangan Natasha sedari tadi.
"Salam kenal, Natasha," ucap Natasha mencoba untuk profesional, anggap saja mereka berdua tidak saling kenal dan baris aja bertemu hari itu.
"Salam kenal Raga,"
Natasha langsung melepas tautan nya dengan Raga, menghindari hal-hal yang tidak diinginkan terjadi seperti Natasha akan berbicara lebih padanya.
"Makan dulu minum dulu juga boleh,"
Jeno dan Natasha mengangguk kemudian pamit pergi.
Natasha memegang lengan Jeno dan mengajaknya pergi dari sana, jujur saja Natasha tidak nyaman berada di depan Raga terlebih lagi harus berpura-pura tidak kenal. Dan itu di depan Jeno, Jeno yang malah memiliki gestur yang biasa saja.
"Tadi gue liat ada tiramisu, Nat,"
Fokus Natasha langsung teralihkan, Jeno banyak tahu tentang apa yang sebaiknya tidak menjadi beban pikiran oleh Natasha.
"Dimana?" tanyanya langsung.
"Di deket pintu masuk sih, cuma ada beberapa. Mungkin lo gak bakal kebagian," ucap Jeno.
Saat mendengar kata Tiramisu, Natasha langsung merasa sudah senang. Tetapi saat mendengar stok nya hanya terbatas, Natasha langsung berjalan menuju pintu keluar. Kelakuannya itu memancing senyum manis dari Lee Jeno.
"Menggemaskan," gumamnya. Dan itu juga tidak teralihkan dari pandangan Raga yang terus memandang keduanya.
***
Raga membereskan kotak-kotak gift dari para tamu, dibantu dengan Gara yang harus aja kembali dari study nya yang sebentar itu. Dia tidak bisa menghadiri acara Birthday Raga dan jelas birthday nya juga karena mereka adalah anak kembar.
"Ini kado buat kakak semua?" tanya Gara apa Raga, tidak mungkin tidak ada satupun kado untuk dirinya padahal dia juga kan ulang tahun.
"Buat kamu semua saja tidak apa-apa," gumam Raga.
Gara langsung berbinar dan setuju, "Oke, jangan ambil barang-barang ku sekarang," dia langsung membawa satu persatu kotak-kotak itu masuk ke dalam kamarnya.
"Tapi jangan kotak kecil itu, isinya untukku," kado yang dibawa oleh Natasha termasuk spesial untuknya.
***
Natasha turun dari mobil Jeno, "Makasih ya Jen," ucapnya.
Jeno mengangguk, "Nat," ada yang ingin Jenk bicarakan padanya, tetapi bahkan Jeno tidak bisa menceritakannya dengan jelas. Dia akan menjadi gagu saat berbicara hal tersebut.
"Kenapa?" tanya Natasha.
Jeno menggaruk belakang lehernya, "Lo cantik," ucapnya.
Natasha tertawa lumayan kencang saat mendengar nada suara Jeno yang mendadak jadi sopan itu.
"Sejak kapan coba Natasha Aluna ini jelek?" tanyanya, Natasha mencoba untuk tidak terbawa perasaan. Meski sudah berteman satu sama lain, Natasha dan Jeno tetap saja seorang perempuan dan laki-laki. Tidak menutup kemungkinan jika salah satu dari mereka menyukai satu yang lainnya, dan bisa saja Natasha menyukai Jeno dan malah akan menyakitinya.
"Udah ah, lo gak jelas. Gue mau naik dulu,"
Jeno mengangguk dengan tertawa, geli juga mendengar apa yang dia katakan tadi.
"Ati-ati, tidur yang cepet jangan begadang mulu. Inget begadang malah bikin lo tambah pendek,"
Natasha membeo tanpa suara, mengejek Jeno.
"Ya lo nya aja ketinggian, makanya jangan tidur mulu. Tubuh lo saling menarik bukan, jadi lo tambah tinggi mulu. Dasar tinggi,"
Lee Jeno tertawa saja, "Udah sana, anak kecil harus tidur tepat waktu,"
"Dasar orang tua, dah lah gue mau masuk. Jangan kangen loh,"
Jeno mengangguk, "Paling pas gue balik malah lo yang kangen gue," ucap Jeno.
"Idih, mana ada. Percaya diri lo, udah lah! Gue mau masuk nih, jangan ngomong lagi,"
Jeno mengangguk, karena dia sudah mengizinkan Natasha pergi sejak tadi tetapi gadis itu yang terus menjawab pertanyaannya.
"Lee Jeno!" Natasha berteriak dari atas satu naik tangga.
Jeno menoleh, ternyata Natasha memberikan heart symbol menggunakan jadi telunjuk dan ibu jarinya diikuti bergantian dengan finger heart.
"Cie, bocah," padahal di dalam lubuk hati Jeno, dia merasakan butterfly effect yang lancang Natasha buat.
"Lo harus sadar Jen, sebelum terlambat,"