Chereads / Unhappy Without U / Chapter 24 - Bagian 24

Chapter 24 - Bagian 24

Happy reading!

Ruang BK. Ya sekarang di sinilah Rafa, Yoga, dan Mera berada. Mereka tertangkap basah sedang berkelahi oleh Bu Gina, ah ralat, hanya Rafa dan Yoga yang berkelahi. Namun, melihat ada lebam di pipi Mera. Bu Gina meminta Mera untuk ikut menuju ruang bk.

"Apa alasan kalian berkelahi?" tanya Bu Gina pada Rafa dan Yoga namun tidak ada yang menjawab.

"Saya sedang tanya kepada kalian!" bentak Bu Gina.

"Bu, percuma nanya sama mereka mah." Mera memutar bola matanya kesal.

"Mera kenapa pipi kamu sampai lebam begitu?" tanya Bu Gina. Untuk sekilas, Mera tau bahwa Yoga melirik ke arahnya sebentar.

"Tanya aja sama mereka berdua," ucap Mera sok kesal.

"Kata kamu percuma kalau nanya sama mereka berdua," ucap Bu Gina semakin bingung.

"Oh ya kelupaan Bu. Tapi ya kali ibu mau nanya sama tembok," ucap Mera.

"Sudah ah, bingung ibu sama kalian. Sekarang kalian obatin dulu luka yang ada di muka kalian. Setelah itu kalian harus hormat ke tiang bendera sampai jam istirahat," jelas Bu Gina.

Mereka bertiga pun berjalan beriringan menuju UKS dengan posisi Mera berada di tengah-tengah Rafa dan Yoga, hal ini menghindari agar terjadinya perkelahian lagi. Dari mereka bertiga tidak ada yang membuka pembicaraan.

Sesampainya di UKS, tidak ada orang di sana. Akhirnya Mera menjatuhkan tubuhnya di kasur.

"Enaknya baring di sini," ucap Mera yang berada di kasur tersebut.

"Kalian berdua," ucap Mera menunjuk Rafa dan Yoga.

"Ngapain diem aja? Udah sana obatin lukanya terus hormat ke tiang bendera. Kagak denger ya apa yang Bu Gina ngomong tadi," ucap Mera masih kesal. Bagaiman tidak, lebam di pipinya itu terasa nyut-nyutan.

"Mer lo gak usah marah dong," ucap Rafa mendekat ke arah Mera.

"Siapa yang marah pede!" ucap Mera.

"Udah sana ah, obatin aja luka lo," ucap Mera.

Akhirnya Rafa pun mengobati lukanya. Namun tidak halnya dengan Yoga. Yoga malah duduk di kursi UKS dan sesekali melirik ke arah Mera yang sedang memainkan handphone nya. Ya meski bagaimana pun juga, Yoga merasa sangat bersalah kepada Mera.

Rafa pun selesai mengobati lukanya dan hendak menuju lapangan. Namun, melihat Yoga yang masih duduk di sana sambil memasang earphone membuat Rafa mengundurkan niatnya.

"Eh lo," ucap Rafa menunjuk ke arah Yoga. Yoga hanya mengangkat sebelah alisnya bingung.

"Ngapain masih ada di sini?" tanya Rafa yang lagi-lagi tidak direspon oleh Yoga.

"Plis deh kalo mau berantem lagi gak usah di sini. Gue lempar pake gunting kalian berdua lama-lama," ucap Mera.

Akhirnya mereka berdua pun bungkam.

"Ya Allah apa salah hamba sampai bisa ada di sini bareng orang-orang yang penuh dosa ini," ucap Mera yang membuat Yoga dan Rafa menahan tawa mereka.

---

Jam istirahat.

Saat ini Mera sedang berada di kantin bersama sahabat-sahabatnya.

"Mer kok pipi lo bisa lebam gitu sih?" tanya Reta.

"Ya bisa dong. Kan gak ada yang gak bisa di dunia ini," ucap Meta tidak jelas.

"Serius elah Mer," ucap Reta.

"Udah gue gapapa kok. Kalian gak usah khawatirin gue gitu deh. Gue tau gue emang berarti di hidup kalian, tapi ngga usah khawatirin gue banget ya." Sahabat-sahabat Mera hanya geleng-geleng kepala mendengar ucapan Mera yang muter-muter gak jelas.

"Oh ya tadi ada tugas kagak?" tanya Mera sambil memakan bakso yang ia pesan.

"Gak ada kok," jawab Lina.

"Syukurlah gue lagi males kalo harus ngerjain tugas," ucap Mera.

"Heh bukannya lo selalu males ya kalo ngerjain tugas," ucap Lina.

"Ehehe iya kelupaan gue kalo gue itu males," ucap Mera cengengesan.

"Oh ya tadi lo kenapa di panggil Kak Bagas?" tanya Lina.

"Itu disuruh jadi sekretaris sementara," jawab Mera.

"Emang sekretaris osis kemana?" tanya Tasya yang sejak tadi hanya menyimak percakapan mereka.

"Gak tau katanya ada urusan sama keluarganya untuk beberapa minggu ini," jawab Mera.

Sepulang sekolah.

"Mer lo mau pulang bareng gue gak?" tawar Lina pada Mera.

"Gak usah gue mau kumpul dulu sama anak-anak osis." Mera berjalan meninggalkan Lina dan menuju ruang osis.

Dan ternyata semua anggota osis udah ngumpul di ruang tersebut.

"Maaf telat kak," ucap Mera tidak enak hati karena mereka menunggunya untuk memulai rapat ini.

"Iya gapapa, sekarang lo langsung duduk aja." Bagas mempersilahkan Mera untuk duduk. Mera pun akhirnya duduk di samping Kinan.

"Oke gue mulai ya rapatnya. Selamat siang semua," sapa Bagas.

"Siang."

"Jadi gue mau ngebahas tentang acara 17-an dan sebelum itu, gue udah nemuin sekretaris sementara buat ngurus acara ini. Yaitu Mera, oke kalian pasti udah kenal. Jadi langsung aja ke teknis acara nya aja ya," ucap Bagas menjelaskan panjang lebar.

"Oke sekiranya itu aja, 3 hari ke depan ngga ada pelajaran karena untuk persiapan 17-an ini. Dan semua mata lomba udah kami kasih tau ke ketua kelas masing-masing. Kalo gitu gue akhiri, terima kasih." Akhir Bagas.

Mera pun berjalan keluar dan menuju ke depan sekolah. Ia hendak menelfon Mamanya. Namun tiba-tiba ada mobil berhenti didepannya. Semula ia fikir itu Rafa, namun setelah dilihat-lihat itu bukan mobil milik Rafa. Hingga sang pemilik mobil pun turun yang ternyata adalah Yoga.

"Pulang bareng gue," ucap Yoga.

"Eh eh eh kok gitu?" tanya Mera kebingungan.

"Masuk." Bukannya menjawab pertanyaan dari Mera, Yoga malah membukakan pintu untuk Mera.

Mera pun tidak menolak dan masuk ke dalam mobil Yoga. Begitu juga dengan Yoga. Akhirnya Yoga pun melajukan mobilnya dengan kecepatan rata-rata.

"Lo gak ada niat buat nyulik gue kan?" tanya Mera pada Yoga yang sedang menyetir. Untuk sekilas Yoga menatap bingung ke arah Mera.

"Awas aja kalo lo nyulik gue," ucap Mera.

Sepanjang perjalanan Mera menatap ke luar. Hingga akhirnya.

"Yoga Yoga stoppp," ucap Mera yang membuat Yoga menghentikan laju mobilnya.

"Apa?" tanya Yoga.

"Ayo keluar bentar," ucap Mera yang sudah keluar dari mobil. Yoga pun hanya menuruti permintaan gadis itu.

"Gue pengen lo beliin es krim itu buat gue," ucap Mera menunjuk ke salah satu penjual es krim di taman tersebut.

"Hah?" Yoga masih bingung dengan semua ini.

"Ih lo tuh ah. Ya udah gue minta uang aja cepet," ucap Mera menengadahkan tangannya pada Yoga.

Mau tidak mau Yoga pun memberikan beberapa uang kepada gadis itu.

"Tuh cewek ngga waras apa gimana sih. Nyesel gue ngajak dia pulang bareng," gumam Yoga.

Mera pun kembali dengan membawa dua es krim di tangannya.

"Nih satu buat lo," ucap Mera memberikan satu es krim coklat kepada Yoga. Yoga belum juga menerima es krim tersebut.

"Gak mau?" tanya Mera. Dan Yoga langsung menerima es krim yang Mera belikan untuknya.

"Ayo duduk di sana," ucap Mera menarik tangan Yoga untuk duduk di kursi yang ada di taman tersebut.

Mereka berdua pun memakan es krim mereka masing-masing.

"Maaf," ucap Yoga lirih namun masih bisa didengar oleh Mera.

"Lo ngomong sesuatu?" tanya Mera ingin mendengar lelaki itu mengatakan 'maaf' lagi.

"Gue minta maaf," ucap Yoga dengan lebih jelas.

"Buat?" tanya Mera.

"Buat lebam yang ada di pipi lo," jawab Yoga.

"Oke tujuh kata. Itu kalimat terpanjang yang baru gue denger dari mulut lo," ucap Mera yang membuat Yoga mau tak mau menahan senyumannya agar tidak muncul.

"Lo maafin gue?" tanya Yoga.

"Iya dong kan sesama manusia harus saling memaafkan. Gue kan orangnya baik," ucap Mera memuji dirinya sendiri.

Untuk sekali ini, Yoga tidak bisa lagi menahan senyumnya. Hingga mau tak mau terbit sebuah senyum simpul dari bibirnya.

Entahlah, hanya sesederhana itu. Namun mampu membuat Yoga tersenyum.

to be continued...