Happy reading!
"Pipi lo kenapa?" tanya Lina tiba-tiba membuat Reta dan Tasya melihat ke arah pipi Riesa.
"Ih iya kok bisa sampai lebam gitu sih?" tanya Reta yang baru menyadari itu.
"Lo cerita sama kita," ucap Tasya.
Riesa pun terdiam. Ia memandang satu-persatu sabahatnya yang sangat penasaran itu. Sementara Riesa berpikir sejenak untuk mengarang cerita.
"Ehm jadi gini. Tadi malam sepulang gue nganterin Lina pulang, gu-"
"Lo emang tadi malam kemana sama Lina?" tanya Tasya memotong perkataan Riesa.
"Jadi gini tadi malam gue sama Riesa pergi ke mall beli kado buat nyokap gue," jawab Lina.
"Bagus, ngobrol aja dulu. Biar gue bisa ngarang cerita," ucap Riesa dalam hati.
"Kok kalian gak ngajak ngajak sih," ucap Reta yang diangguki kepala oleh Tasya.
"Itu juga mendadak kok," ucap Lina.
"Ya udah sekarang yang penting lo ceritain kenapa bisa ada lebam di pipi lo," ucap Reta.
"Jadi pulangnya gue mampir ke cafe dulu bentar. Gue pesen minum dong, terus pelayannya nganterin ke gue. Eh tiba-tiba itu pelayan kesandung dan minuman yang gue pesen tumpah ke bajunya kakek-kakek. Terus yang marah bukannya si kakek malah wanita yang lagi bareng dia itu. Udah make-up nya menor, bajunya udah kek wonder woman. Gue samperin lah itu, soalnya itu minuman gue kan. Si pelayannya lagi dimarahin tuh sama si tante tante itu. Gue bilang gak usah dimarahin orang kesandung juga, lebih baik urusin dulu kakeknya gitu. Eh si tante tante ini malah bilang gue kurang ajar terus gue ditampar deh. Gila ternyata tamparan seorang tante tante itu kuat loh," ucap Riesa menjelaskan panjang lebar.
Sedangkan teman temannya hanya memandang dengan wajah bingung.
"Lo ngomong apa sih? Muter muter gitu," ucap Reta yang membuat Riesa kesal.
"Gila lo ya, gue udah jelasin panjang lebar. Kalian malah kagak paham, ya udahlah gue mau ke kelas." Riesa berdiri dan berjalan menuju kelasnya.
"Oh ya Reta! Bayarin makanan gue ya," teriak Riesa dan setelah itu sosok Riesa tidak nampak lagi.
"Wah bener bener tuh anak. Lo aja yang bayar sono Tas," ucap Reta.
"Dih yang disuruh kan elo," tolak Tasya.
"Kalo gitu lo aja Lin," ucap Reta.
"Kok gue sih. Enggak mau," tolak Lina.
Reta pun menghela nafas dan terpaksa membayar makanan milik Riesa.
Sementara itu Riesa yang hendak menuju ke kelas, tertahan oleh suatu percakapan antara Arga dan temannya yang ia tau bernama Alfian.
"Gue yakin Rafa pasti masih dendam sama lo," ucap Alfian.
"Ya emang gitu kan," ucap Arga.
"Lo ngga mau ngejelasin lagi ke Rafa?" tanya Alfian.
"Udah berkali kali. Dan hasilnya tetep sama," jawab Arga.
"Gue cuma mau persahabatan kalian balik lagi. Dia kan sahabat lo dari dulu," ucap Alfian.
"Udah ah gue balik," ucap Arga.
Dan Riesa bergegas menuju kelasnya agar Arga tidak tau bahwa sedari tadi ia sedang menguping percakapan antara Arga dan Alfian.
"Arga sama Rafa sahabatan? Rafa dendam sama Arga?" tanya Riesa dalam hati.
Saat sampai di depan kelas, ia bertemu lagi dengan sahabatnya itu.
"Lah lo kok baru aja nyampe Sa?" tanya Tasya.
"Tadi gue habis dari toilet," jawab Riesa beralasan.
Mereka berempat pun masuk ke dalam kelas. Dan ternyata ada Rafa yang sedang memainkan game di handphone nya. Rafa duduk di kursi milik Riesa
"Raf awas gue mau duduk," usir Riesa. Namun Rafa tetap fokus pada game nya dan mengabaikan Riesa.
"Rafa awas," ucap Riesa dengan volume yang agak keras.
"Bentaran Sa. Hampir menang ini," ucap Rafa.
Saat Riesa hendak mengeluarkan teriakannya itu. Tanpa disangka sangka Lina mendorong Rafa hingga jatuh ke lantai.
"Woy anjay siapa tadi yang dorong gue," teriak Rafa.
"Gue. Mau apa lo?" tanya Lina dengan nada menantang.
"Tanggung jawab lo. Pinggul gue encok gini," ucap Rafa sambil berdiri dari jatuhnya.
"Masalah banget buat gue?" tanya Lina dengan mengangkat sebelah alisnya.
"Lo mau tau?" tanya Rafa balik.
Dan tiba-tiba Rafa lari dengan membawa tas milik Lina.
"Woy setan balikin tas gueee!" Teriak Lina sambil berlari mengejar Rafa.
Sedangkan Riesa, Reta, dan Tasya hanya memandang Rafa dan Lina heran.
---
"Gila ya tuh anak. Larinya kenceng banget," ucap Lina. Saat ini Riesa, Reta, dan Tasya sedang berada di dalam mobil milik Lina. Mereka berniat untuk bermain di rumah Lina.
"Hahaha, ngejar sampai mana lo?" tanya Riesa.
"Sampai taman belakang njirrr. Alasan aja tuh pinggul encok. Padahal larinya kenceng banget," ucap Lina kesal. Sedangkan para sahabatnya itu malah menertawainya.
"Eh mampir ke supermarket bentar yuk. Beli cemilan dulu gue gak bisa nonton drakor tanpa cemilan," ucap Reta dan disetujui oleh lainnya.
Mereka pun pergi ke salah satu supermarket dekat dengan daerah perumahan Lina.
Dan saat membeli cemilan, mereka berempat ribut sendiri.
"Ah kita beli yang ini aja percaya sama gue deh," ucap Tasya.
"Dih apaan percaya sama lo. Enggak enggak yang ini aja," ucap Riesa menolak.
"Sa enakan ini juga," ucap Tasya keukeuh.
"Udah sih, tinggal beli yang kalian suka aja susah." Akhirnya Lina menengahi pertengkaran mereka.
Dan ya Riesa pun membeli apa yang ia pilih begitu pun dengan Tasya.
"Udah yuk bayar," ajak Reta.
"Dikit amat Ret. Ini mah kurang," ucap Ruesa. Ya, bisa dilihat kan siapa yang membuat keributan dari tadi.
"Gila ini udah banyak banget Sa," ucap Reta.
"Banyak apaan. Ini masih dikit," ucap Riesa.
"Sa udahlah ini udah banyak," ucap Lina.
"Ya udah sih," ucap Riesa dan berjalan terlebih dahulu menuju kasir.
"Temen siapa sih?" tanya Reta.
"Bukan temen gue," jawab Tasya.
"Kagak kenal," jawab Lina.
"Woy cepetan ayo! Kagak usah gosipin gue mulu," teriak Riesa yang lagi lagi membuat malu.
Akhirnya mereka membayar cemilan yang mereka beli dan langsung menuju ke rumah Lina.
Saat ini kamar Lina diselimuti oleh tangis sesenggukan dari Riesa, Reta, dan Tasya. Ya, mereka sedang menonton drama korea yang berjudul "Goblin".
"Gitu aja nangis," ucap Lina.
"Terharu gue tauu," ucap Riesa dan diangguki oleh Reta dan Tasya.
"Ya udah gue pulang dulu ya. Udah dijemput," ucap Reta dan dibalas deheman singkat dari Lina.
"Gue juga yaaa," ucap Tasya.
Hingga saat ini tersisa Lina dan Riesa. Lina sibuk dengan handphone nya dan Tiesa sibuk menghabiskan cemilannya.
"Lo kagak mau pulang Sa?" tanya Lina.
"Lo ngusir gue Lin?" tanya Riesa balik.
"Ya enggak. Gue cuma nanya," ucap Lina.
"Iya deh gue pulang aja. Udah mulai gelap gini." Riesa menggendong tas miliknya.
"Ayo gue anter," ucap Lina.
"Eh kagak usah gue naik taksi aja," tolak Riesa.
"Em gue anter sampai depan deh. Kan susah nyari taksi kalo di sini," ucap Lina dan disetujui oleh Riesa.
Lina pun mengantar Riesa sampai depan.
"Lo beneran kagak mau gue anter Sa?" tanya Lina.
"Iya gak usah. Sono lo pulang," ucap Riesa.
Lina pun mengangguk dan pulang.
Saat Riesa sedang menunggu taksi, tiba-tiba ada mobil berhenti di depannya.
"Kayak mobilnya Arga," ucap Riesa dalam hati.
Dan benar saja, tak lama kemudian Arga keluar dari mobil tersebut dan menghampiri Riesa.
"Lo mau kemana?" tanya Arga.
"Mau pulang," jawab Riesa.
"Dijemput?" tanya Arga.
"Enggak. Gue pulang naik taksi," jawab Riesa.
"Ya udah gue anter," ucap Arga.
"Enggak usah ah," tolak Riesa.
"Udah mau malam, lo gak takut?" tanya Arga.
"Gak usah ih. Ntar pacar lo marah lagi," ucap Riesa
"Pacar?" tanya Arga mengernyitkan dahi bingung.
"Iya. Sila kan," ucap Riesa.
"Sila adik gue," ucap Arga.
"Adik?" tanya Riesa memastikan dan dijawab anggukkan kepala oleh Arga.
"Gue kira pacar lo," ucap Riesa.
"Gue anterin," ucap Arga dan Riesa pun hanya menurut.
Sepanjang perjalanan mereka berdua hanya diam. Dan Riesa tidak tahan dengan itu.
"Lo kenal Rafa?"
to be continued...