Happy reading!
Hari ini Riesa berangkat lebih awal dari biasanya. Sudah terdapat beberapa siswa siswi yang menyapa Riesa pagi ini. Dan selalu Riesa sapa kembali dengan senyumnya. Ya, walaupun pipinya itu masih terlihat kebiru biruan. Namun Riesa tak mau melewatkan satu sapaan ataupun senyuman.
Waktu masih menunjukkan pukul 06.05, namun tak sedikit siswa siswi yang sudah berangkat.
"Mereka ini berangkat ke sekolah jam berapa sih? Subuh apa," ucap Riesa dalam hatinya.
Riesa pun bergegas menuju kelasnya dan melihat Lina belum ada di bangkunya. Yang artinya, Lina belum berangkat. Riesa pun mengetuk ngetukkan jarinya ke meja. Di kelasnya hanya ada ia dan 2 anak yang bisa dikatakan sangat rajin. Mereka sedang membaca buku, buku pelajaran lagi! Huh masih pagi aja udah belajar.
Riesa pun berjalan keluar kelas dan menyusuri sekolah yang sudah ia tempati untuk menuntut ilmu selama kurang lebih 1 setengah tahun itu. Riesa memutuskan untuk pergi ke perpustakaan. Eitt jangan positif thinking dulu, kalian kira Riesa akan membaca buku di perpustakaan? Salah besar. Riesa mempunyai niat untuk tidur di sana, karena semalam ia tak henti hentinya memikirkan lelaki brengsek yang telah melukai hati Mamanya.
Riesa pun memasuki perpustakaan yang terlihat sangat sepi itu. Bahkan penjaga perpustakaan saja belum terlihat di sana. Riesa akhirnya menuju ke bangku sudut perpustakaan dan melipat tangannya di atas meja lalu ia menidurkan kepalanya. Tak butuh waktu lama bagi Riesa untuk tertidur apalagi ia sangat mengantuk.
40 menit berlalu. Riesa masih saja terlelap dalam tidurnya. Sampai ia tidak menyadari bahwa sekarang ada seseorang berjalan ke arahnya. Ah tentu saja ia tidak menyadari, kan ia sedang tidur.
Orang itu ingin membangunkan Riesa. Akhirnya ia menepuk nepuk punggung Riesa. Namun Riesa malah menepis tangan itu. Orang itu tetap saja menepuk nepuk punggung Riesa, bahkan lebih keras. Sehingga mau tidak mau Riesa membuka matanya.
"Sila?" tanya Riesa saat melihat Sila ada di sampingnya. Ya, orang yang menepuk nepuk punggung Riesa adalah Sila.
"Kakak ngapain pagi pagi gini udah tidur di perpus?" tanya Sila yang saat itu tengah membawa sebuah buku ensiklopedia.
"Lah lo sendiri ngapain pagi pagi udah bawa buku pelajaran aja?" tanya Riesa membuat Sila terkekeh kecil.
"Kakak sendiri gue nanya malah balik nanya," ucap Sila.
"Gue ngantuk makannya tidur. Kalo gue laper makan," ucap Riesa.
"Btw, pipi lo kenapa kak?" tanya Sila yang melihat lebam pda pipi Riesa.
"Ah gapapa kok," jawab Riesa.
"Ya udah gue ke kelas dulu ya Kak." Sila bangit dari duduknya.
"Iya thanks udah bangunin gue," ucap Riesa dan diangguki kepala oleh Sila.
Riesa pun melihat jam yang ternyata sudah menunjukkan pukul 06.55.
"Gue tidurnya lama ya?" gumam Riesa.
Akhirnya Riesa berjalan menuju kelasnya. Namun belum juga sampai di kelas, ia sudah di panggil oleh Kinan.
"Riesa," panggil Kinan berjalan menghampiri Riesa.
"Ada apa kak?" tanya Riesa.
"Ke ruang osis yuk, ada beberapa tugas yang mesti dikerjain." Kinan menarik tangan Riesa untuk pergi menuju ruang osis.
Riesa memasuki ruang osis yang terlihat semua sudah mulai mempersiapkan untuk lomba-lomba besok. Ya, acaranya dipercepat menjadi besok. Itu keputusan dari kepala sekolah. Jadi mau tidak mau, mereka harus menyelesaikan semuanya hari ini.
Riesa berjalan ke sana kemari untuk menunjukkan beberapa data kepada Kinan dan Bagas. Lalu menuliskan beberapa kalimat yang dibutuhkan. Riesa mulai menyelesaikan beberapa tugasnya. Beberapa anggota osis lainnya mulai beristirahat ke kantin. Namun bagi Riesa, ia harus menyelesaikan tugasnya terlebih dahulu baru beristirahat.
"Sa lo istirahat aja dulu," ucap Bagas melihat Riesa yang masih saja sibuk dengan beberapa kertas di depannya. Untung ia tidak menjadi sie perlengkapan dan sie kegiatan. Kalau iya, ia pasti akan sangat kelelahan. Karena mereka mengerjakan tugas lapangan.
"Iya Kak bentar lagi ini juga selesai kok," ucap Riesa. Dan benar saja, ternyata tugasnya telah selesai.
"Ah akhirnya." Riesa menghela nafas lega dan merenggangkan otot-ototnya pegal.
"Kak gue istirahat dulu ya. Tugas gue udah selesai kok," ucap Riesa berdiri dari duduknya.
"Iya," balas Bagas dan kembali fokus pada tugasnya itu.
Riesa pun langsung menuju kantin karena sekarang ia sangat kelaparan. Saat ia sampai di kantin, ia langsung mengedarkan pandangannya untuk mencari para sahabat gilanya itu. Namun ia tidak melihat batang hidung mereka. Justru yang ia lihat malah Arga dan Sila yang sedang berada dalam satu meja.
Ternyata Sila melihat keberadaan Riesa yang tengah mencari seseorang.
"Kak Riesa," teriak Sila pada Riesa. Sontak membuat Riesa menoleh ke arah Sila yang sedang bersama Arga.
Dengan tangannya, Sila mengisyaratkan agar Riesa menghampirinya. Riesa pun akhirnya berjalan menghampiri Sila dan Arga.
"Gue gabung sini boleh gak?" tanya Riesa saat sampai si hadapan mereka.
"Boleh kok sini aja," jawab Sila dengan senang.
Riesa pun duduk di sebelah Sila.
"Lo mau makan apa Kak biar gue pesenin?" tanya Sila pada Riesa. Sedangkan Riesa malah terheran-heran. Kenapa adik kelasnya ini sangat baik kepadanya.
"Ah gue bisa pesen sendiri kok," ucap Riesa berdiri dan hendak memesan makanan. Namun tangan Riesa ditahan oleh Sila.
"Udah gapapa gue pesenin bakso aja ya Kak." Belum sempat Riesa menjawab, Sila sudah berlalu dari hadapannya.
Sekarang hanya ada dirinya dan Arga yang sedang fokus pada handphone nya. Arga sedikit melirik ke arah Riesa.
"Sejak kapan lo di sini?" tanya Arga menatap Riesa.
"Kepo!" jawab Riesa dan mengalihkan pandangannya. Sedangkan Arga hanya mengendikkan bahunya acuh.
Tak lama kemudian Sila kembali dengan membawa makanan untuk Riesa.
"Makasih ya, harusnya lo gak usah repot-repot." Riesa menerima makanannya.
"Gapapa kok kak gue ngga ngerasa direpotin," ucap Sila.
"Btw lo gak sakit kak?" tanya Sila.
"Sakit kenapa?" ucap Riesa berbalik tanya.
"Itu sudut bibir lo kan luka, gak sakit buat makan?" tanya Sila. Saat Sila mengatakan itu, Arga melirik ke arah Riesa. Dan benar saja, Arga melihat sebuah luka di sudut bibir Riesa dan lebam pada pipinya. Ia tebak, pasti gadis itu terkena tamparan yang keras.
"Enggak kok, b aja gue mah." Riesa mulai memakan baksonya.
"Gue mau ke kelas. Lo nanti kalo mau pulang tungguin gue dulu. Gue gak mau lo diganggu lagi sama Gita." Belum sempat Sila membalas, Arga sudah terlebih dahulu pergi meninggalkan kantin.
Mera mengernyit bingung.
"Lo diganggu lagi sama Gita?" tanya Mera.
"Iya kemarin pulang sekolah gue dikunciin di toilet kak," jawab Sila.
"Itu ondel-ondel bener-bener kagak ada kapok-kapoknya ya," ucap Mera geram sendiri.
"Hahaha gue juga kesel banget sama mereka," ucap Sila.
"Gue ke kelas dulu ya kak." Sila berdiri dari duduknya dan hanya diangguki kepala oleh Mera.
"Sila sama Yoga ada hubungan apa ya?" tanya Mera pada dirinya sendiri.
"HAYO LOH!" teriak Reta membuat Mera terlonjak kaget. Sedangkan Reta yang sedang bersama Lina dan Tasya itu hanya tertawa melihat Mera terkejut.
"Anjir kaget gue. Untung gue kagak ada riwayat penyakit jantung," ucap Mera.
"Lagian lo ngelamun sih," ucap Reta.
"Lo kemana aja dari tadi?" tanya Lina.
"Iya kita kagak ngelihat lo dari pagi tadi," timpal Tasya.
"Di ruang osis," jawab Mera dan melanjutkan kegiatan makannya.
"Pipi lo kenapa?"
to be continued...