Agnimaya tenggelam dalam kesedihannya. Baru saja, ibu panti asuhan di mana Arjuna tinggal, menghubungi dirinya. Ibu panti menceritakan semua yang terjadi pada Arjuna.
Tentang kenakalan Arjuna, tentang Arjuna yang selalu terlibat berkelahian antar pelajar, juga tentang Arjuna yang terlibat pergaulan bebas.
Tanpa Agnimaya sadari, ada seseorang yang berjalan mendekat ke arahnya.
"Hmmpphh!!" Agnimaya meronta, mulutnya dibekap dengan sapu tangan. Bau menyengat mulai tercium olehnya. Detik berikutnya ia kehilangan kesadaran.
***
Arjuna mendapatkan sebuah paket misterius. Tak ada nama pengirim. Ia segera membuka paket itu. Sebuah ponsel lengkap dengan SIM CARD-nya.
Arjuna segera mengaktifkan ponsel itu. Beberapa saat kemudian, ada sebuah panggilan. Buru-buru Arjuna menjawabnya.
"Wah, paketku ternyata sudah sampai di tanganmu, Arjuna Ronivanendra." Sebuah suara terdengar dari seberang telepon.
"SIAPA KAU, HAH?"
"Aku? Hmm, aku adalah utusan Dream"
"Cih! Kalau kau hanya ingin bermain-main, kau salah memilih kawan." Arjuna mendesis.
"Ah, benar juga. Sungguh membosankan jika bermain denganmu. Mungkin aku harus beralih bermain dengan perempuan rambut karamel ini. Astaga! Bibirnya mungil sekali. Cantik sekali~!"
"Tu-tunggu! Apa maksudmu, hah?!"
"Perempuan yang biasa menemuimu di panti asuhan kini bersamaku. Dia kakakmu, ya? Hm, tapi kenapa tidak mirip, ya?"
"BEDEBAH SIAPA KAU, HAH? APA YANG AKAN KAU LAKUKAN PADA KAKAKKU?!" Arjuna berteriak. Ia sedang bersama basecamp bersama teman-teman berandalnya sore ini.
Arjuna tadi sempat menaruh curiga karena paket untuknya itu ditujukan pada alamat basecampnya, bukan alamat panti asuhan tempatnya tinggal. Jadi, bukan tidak mungkin jika yang mengiri paket Arjuna sudah sangat kenal dan tahu pasti dimana Arjuna biasanya berada.
"KUPERINGATKAN SEKALI LAGI, JANGAN SENTUH KAKAKKU, SIALAN!!" Arjuna kembali membentak.
"Dalam dua jam jika kau tak berada di sini, kupastikan akan melenyapkan kakakmu ini!"
"BRENGSEK! DI MANA KAU, HAH?"
'tut ... tut ...tut'
Panggilan diputus dari seberang. Arjuna kalap. Ia membanting apapun yang dilihatnya.
Arjuna mengambil ponsel dan berlari menuju rumah temannya yang adalah hacker profesional.
Arjuna masuk begitu saja di rumah temannya yang bermana Dewa. Dewa berada di ruangan yang berada di sebelah rumah. Di tempat inilah Dewa mereparasi benda-benda elektronik.
Dewa sudah tidak sekolah, Arjuna kenal Dewa saat ia mereparasi laptop miliknya. Dan Arjuna tahu keahlian Dewa selain reparasi benda elektronik.
Beruntung, sore ini ternyata Dewa berada di ruang kerjanya.
Arjuna mengatur napasnya dulu dan menyerahkan ponsel yang ia dapat dari paket tadi kepada Dewa.
"Dewa! Aku mohon bantuanmu!"
"Tentang apa, Jun?"
"Tolong lacak tempat di mana nomor yang baru saja menghubungiku di nomor ini! Kakakku sedang dalam bahaya. Kumohon Dewa!"
Bersambung ....